Hindari FOMO: Rahasia Hidup Tenang Tanpa Kurang

Mengindari fenomena Fear Of Missing Out (FOMO), meningkatkan rasa lega tanpa takut ketinggalan.

oleh Renta Nirmala Hastutik diperbarui 11 Okt 2022, 16:00 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2022, 16:00 WIB
sosial media
ilustrasi media sosial facebook/Photo by Kaboompics .com from Pexels

Liputan6.com, Jakarta - Fear Of Missing Out atau biasa dikenal dengan istilah FOMO adalah suatu fenomena ketika seseorang selalu merasa gelisah ketika suatu tren baru muncul ke media sosial.

Keadaan FOMO terjadi ketika seseorang merasa orang-orang di sekitar mereka melakukan suatu kesenangan dan mengunggahnya ke media sosial.

Orang-orang yang FOMO akan merasa cemas ketika mereka tidak melibatkan diri dalam sebuah keseruan atau tren yang sedang terjadi.

Mengutip dari laman Free Malaysia Today, Selasa (11/10/2022), fenomena ini sering membangkitkan penggunaan internet secara berlebihan dengan tujuan agar mereka tidak ketinggalan informasi sedikit pun.

Fenomena ini selain menimbulkan kecemasan juga membuat orang-orang FOMO cenderung mengabaikan informasi dan berita penting yang ada dalam media sosial.

Mereka justru akan berfokus pada suatu tren yang ada ketimbang suatu peristiwa yang terjadi.

Selain itu, fenomena ini memberikan rasa iri dan persaingan, ketika orang-orang FOMO menghabiskan waktu mereka selama berjam-untuk menelusuri kehidupan orang lain.

Inilah saat paling rentan terhadap jebakan FOMO atau rasa takut ketinggalan.

Akan muncul suatu rasa tidak tenang ketika tidak mengikuti ataupun ketinggalan mengikuti suatu tren yang sedang terjadi, bahkan sekarang ini banyak ditemui kasus orang-orang yang rela untuk menunggu, mengantre dan berpegian jauh hanya untuk mengikuti suatu tren.

Sadar atau tidak, fenomena dan perasaan FOMO ini mempunyai dampak buruk apabila semakin dipelihara karena akan mempengaruhi aspek kehidupan sehari-hari.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bagaimana FOMO Menjebak Rasa Tidak Nyaman?

Ilustrasi Takut
Ilustrasi takut. (dok. Unsplash.com/Melanie Wasser/@melwasser)

Pada awalnya, FOMO mungkin terjadi tanpa disadari. Ketika kita meihat orang-orang di media sosial sedang melakukan suatu aktivitas bersama dengan teman atau keluarga yang memang kita inginkan.

Ketika kita merasa ingin dan harus melakukan hal tersebut juga, perasaan FOMO ini muncul.

Mungkin, kita akan mencari-cari jalan pintas dengan ingin melakukan aktivitas yang sama dengan tempat yang berbeda hanya untuk mencari kesengan atau rasa ingin tahu.

FOMO sering dikaitkan dengan media sosial karena terkait dengan tingkat keterlibatan yang lebih tinggi dan keterikatan yang bermasalah.

FOMO juga dapat diterapkan pada aspek kehidupan lain di luar penggunaan media sosial. Istilah ini pertama kali diciptakan pada tahun 2004, ketika platform berbasis gambar memberi kita gambaran yang sangat visual ke dalam kehidupan orang-orang.

Pada 2013, FOMO didefinisikan sebagai kekhawatiran yang meluas bahwa orang lain mungkin memiliki pengalaman berharga yang tidak dimiliki seseorang.

Hal ini dapat menimbulkan dampak yang negatif seperti kurang tidur, berkurangnya kompetensi hidup, kesehatan fisik, kecemasan, dan kurangnya kontrol emosional.


Cara untuk Mengurangi FOMO

Digital Detox
Ilustrasi Media Sosial Credit: pexels.com/Tracy

Solusi paling sederhana untuk mengendalikan FOMO adalah membatasi, bahkan menghilangkan jumlah waktu yang dihabiskan di media sosial.

Mengutip dari laman Psychiatric Times, tindakan lain termasuk menerapkan cara JOMO (joy of missing out) dengan berfokus pada kepuasan dan kepuasan dengan diri sendiri. Beberapa tipsnya antara lain:

1. Tetapkan batas harian untuk waktu Anda di media sosial.

2. Tekan bisukan. Jika melihat foto-foto liburan semua orang membuat Anda tidak nyaman, hapus atau hentikan sementara aplikasi media sosial untuk jangka waktu tertentu.

3. Bersihkan feed Anda dengan meninjau secara berkala siapa dan apa yang Anda ikuti. Tanyakan pada diri Anda bagaimana perasaan mereka. Jika negatif, berhentilah mengikuti mereka.

4. Terlibat dengan teman secara langsung. Media sosial tidak akan pernah menggantikan kehangatan dan spontanitas kontak manusia.

5. Jelajahi mengapa Anda merasa FOMO dan apa yang memicunya. Hadapi rasa tidak aman Anda, berusahalah untuk menerima kekurangan, dan beradaptasilah dengan baik.

 


Cara Mudah Buat Scrolling Text yang Sedang Viral di Media Sosial

Ilustrasi
Ilustrasi main media sosial. (dok. pexels.com/Lisa Fotios)

Bagi Anda pengguna media sosial khususnya Tiktok mungkin akhir-akhir ini kerap menemukan tren Scrolling Text.

Scrolling Text adalah tren yang dilakukan warganet dengan mengirimkan isi chat WhatsApp yang sangat panjang dan bisa bergerak dan digulirkan. Uniknya Scrolling Text akan muncul dengan berbagai pola menarik.

Umumnya tujuan Scrolling Text sendiri untuk prank atau atau tindakan iseng kepada teman. Pasalnya orang yang akan menerima Scrolling Text ini bisa membutuhkan waktu membaca cukup lama yaitu bisa lebih dari 5 hingga 10 detik. 

Agar tak menghabiskan waktu dengan membuatnya secara manual, Anda bisa membuat scrolling text dengan masuk ke situs Scrolling Text Time Waster di patorjk.com. Berikut langkah-langkah membuatnya:

1. Buka situs Scrolling Text Time Waster di laman patorjk.com.

2. Scroll ke bagian paling bawah hingga menemukan kotak untuk memasukkan kata yang Anda ingin jadikan scrolling text.

3. Ketik kata yang diinginkan seperti “halo”, "scroll ke bawah", dan lainnya, setelah itu klik ‘Again! Again I Say!’.

4. Nantinya secara otomatis kata tersebut akan muncul secara berurutan dari atas sampai bawah dengan pola yang unik.

5. Anda bisa mengaktifkan fitur scroll ke bawah secara otomatis dengan klik ‘Auto Scroll’.

6. Anda juga bisa melakukan pengaturan waktu auto scroll yang diinginkan dalam hitungan detik jika ingin melakukan modifikasi.

Infografis Journal_Fakta Tren Istilah Healing Bagi Pengguna Media Sosial
Infografis Journal_Fakta Tren Istilah Healing Bagi Pengguna Media Sosial (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya