Fenomena Sehat FOMO: Olahraga Rutin karena Tren atau Kesadaran?

Menurut beberapa pengamat gaya hidup, banyak orang mulai berolahraga karena melihat lingkungan sekitar mereka melakukannya.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 08 Feb 2025, 12:00 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2025, 12:00 WIB
caption gym
caption gym ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Tren hidup sehat semakin populer dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu dampaknya adalah meningkatnya jumlah orang yang mulai berolahraga, terutama di gym. Namun, apakah fenomena ini murni didorong oleh kesadaran akan pentingnya kesehatan, atau hanya sekadar mengikuti tren alias FOMO (Fear of Missing Out)?

Di berbagai kota besar, gym semakin menjamur dengan berbagai konsep dan fasilitas. Beberapa menawarkan layanan personal trainer (PT), kelas kebugaran, hingga gym 24 jam untuk menarik lebih banyak anggota. Tren ini juga diperkuat dengan media sosial yang dipenuhi oleh influencer fitness yang membagikan tips latihan, diet sehat, serta transformasi tubuh yang menginspirasi banyak orang.

Menurut beberapa pengamat gaya hidup, banyak orang mulai berolahraga karena melihat lingkungan sekitar mereka melakukannya. Hasrat untuk tidak ketinggalan tren sering kali menjadi pendorong utama untuk mendaftar keanggotaan gym atau mengikuti kelas kebugaran. Namun, pertanyaannya: apakah ini bisa menjadi kebiasaan jangka panjang atau hanya tren sesaat?

Sehat Karena Tren, Apakah Salah?

FOMO dalam olahraga sebenarnya bukanlah hal yang sepenuhnya negatif. Banyak orang yang awalnya hanya ikut-ikutan akhirnya merasakan manfaat nyata dari olahraga dan menjadikannya kebiasaan. Aktivitas fisik terbukti meningkatkan hormon dopamin dan serotonin yang berperan dalam kesejahteraan mental.

Salah satu contoh nyata adalah Nadia K. Putri (29), seorang penggiat weightlifting asal Bekasi. Awalnya, ia mulai berolahraga untuk meningkatkan massa otot dan stamina, tetapi kemudian menyadari dampak positifnya terhadap kesehatan mentalnya.

“Saya didiagnosa Major Depressive Disorder (MDD), dan olahraga membantu saya merasa lebih hidup serta berpikir lebih positif,” ungkapnya kepada liputan6.com, Sabtu (8/2/2025).

Bagi beberapa orang, FOMO bisa menjadi titik awal untuk perubahan gaya hidup yang lebih sehat. Namun, ada juga yang hanya bertahan sebentar sebelum akhirnya berhenti karena kurangnya motivasi intrinsik.

 

Menjaga Konsistensi Berolahraga

Lama Tidak Olahraga dan Ingin Memulainya Kembali? Begini Tips Persiapkan Diri agar Semakin Konsisten
Ilustrasi perempuan berolahraga di gym. (c) Southtownboy/Depositphotos.com... Selengkapnya

Bagi Nadia, olahraga bukan sekadar tren sesaat, melainkan investasi kesehatan jangka panjang, baik fisik maupun mental. “Olahraga dapat meningkatkan hormon dopamin dan serotonin yang berperan dalam kesehatan mental. Bagi penderita depresi mayor seperti saya, ini sangat membantu,” kata Nadia.

Ia juga menyebutkan bahwa kecenderungannya memiliki ADHD membuatnya sering kehilangan fokus. “Olahraga membantu saya lebih mindful dan sadar terhadap gerakan yang saya lakukan, sehingga bisa lebih terstruktur dalam latihan,".

Menurutnya, memiliki teman sebaya yang memiliki visi-misi olahraga yang sama juga dapat membantu seseorang lebih termotivasi. “Tapi tetap harus selektif, jangan hanya sekedar ikut-ikutan atau FOMO. Konsistensi adalah kunci,” tambahnya.

 

Bagaimana Agar Olahraga Menjadi Kebiasaan Jangka Panjang?

caption singkat gym
caption singkat gym ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Agar olahraga tidak hanya menjadi tren sesaat, penting untuk membangun kebiasaan yang konsisten. Berikut beberapa langkah yang dapat membantu:

  1. Tetapkan Tujuan yang RealistisJangan hanya berolahraga untuk ikut-ikutan. Tentukan tujuan yang jelas, seperti meningkatkan daya tahan tubuh, membentuk otot, atau menjaga kesehatan mental.
  2. Pilih Olahraga yang SesuaiTidak semua orang cocok dengan latihan di gym. Coba berbagai jenis olahraga, seperti lari, yoga, atau bersepeda, untuk menemukan yang paling nyaman dan menyenangkan.
  3. Gabung dengan Komunitas yang MendukungBerolahraga bersama teman atau komunitas dapat meningkatkan motivasi. Namun, penting untuk memiliki teman sebaya yang memiliki visi-misi yang sama dalam olahraga, bukan hanya sekadar FOMO.
  4. Jangan Takut Memulai dari yang SederhanaJika belum siap berkomitmen ke gym, mulailah dengan olahraga ringan di rumah, seperti mengikuti video latihan di YouTube atau menggunakan aplikasi kebugaran.
  5. Fokus pada Proses, Bukan Hasil InstanBanyak orang berhenti berolahraga karena tidak segera melihat hasil. Ingat, perubahan fisik dan kesehatan membutuhkan waktu dan konsistensi.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya