Liputan6.com, Jakarta - Ajang bergengsi sepak bola pada Piala Dunia 2022 di Qatar menjadi momen yang paling dinantikan bagi para penggemar olahraga ini.
Upacara pembukaan yang meriah, aksesoris melimpah, teknologi canggih, serta fasilitas mewah menjadi keunggulan dari perhelatan Piala Dunia 2022 di delapan stadion Qatar ini.
Namun, di balik kemegahan dan fasilitas yang diberikan pada acara akbar sepak bola ini, tak luput dari kontroversi yang terjadi selama berlangsungnya kegiatan tersebut.
Advertisement
Selain larangan berpakaian terlalu terbuka dan larangan membawa alkohol ke area stadion, kontroversi penggunaan atribut LGBT pun juga menjadi sorotan utama dalam hajatan besar empat tahunan ini.
Qatar dikenal sebagai salah satu negara timur tengah yang kental dengan unsur Islamnya. Aturan serta larangan Qatar terkait penggunaan atribut LGBT pun menjadi sorotan dunia.
Simak kontroversi atribut LGBT berikut yang terjadi selama perhelatan Piala Dunia dalam seminggu terakhir.
1. Lepas Ban Kapten Pelangi Dukungan ke LGBT
Penjaga gawang sekaligus kapten timnas Prancis, Hugo Lloris mengonfirmasi bahwa dirinya tidak akan mengenakan ban kapten pelangi selama pertandingan Piala Dunia di Qatar.
Dikutip dari Doha News, Kamis (24/11/2022), Lloris mengatakan, "Saya sudah sangat jelas tentang ini dan saya tidak ingin menambahkan apa pun," kata Hugo Lloris dalam wawancara dengan AFP terkait penggunaan ban kapten pelangi untuk promosi kampanye LGBT One Love.
Selanjutnya, Lloris meminta kepada rekan-rekannya maupun pihak lain untuk menunjukkan rasa hormat kepada tuan rumah Qatar.
2. Ancaman Kartu Kuning Bagi Pemain yang Melanggar
Para kapten timnas dari Eropa seperti Inggris, Wales, Belanda, Swiss, Belgia, Jerman, dan Denmark tidak akan mengenakan ban kampanye LGBT bertuliskan One Love selama acara berlangsung usai peraturan terbaru FIFA dikeluarkan.
FIFA menjelaskan bahwa nantinya akan ada ancaman pemberian kartu kuning bagi para kapten timnas apabila tetap melanggar peraturan yang telah dibuat oleh asosiasi sepak bola tersebut pada Senin, 21 November lalu.
Peraturan FIFA yang ternyata diubah secara mendadak sebelum kick-off dimulai ini rupanya menuai kekecewaan dari Federasi Sepak Bola Belanda (KNVB).
Dilansir Channel News Asia, pihak KNVB mengatakan, “Ini benar-benar bertentangan dengan semangat olahraga kita, yang menyatukan jutaan orang,” ujar federasi tersebut pada Selasa kemarin.
Pihak FIFA mengatakan bahwa mereka akan memberikan kartu kuning apabila kapten timnas Belanda, Virgil van Dijk, tetap mengenakan atribut kampanye One Love LGBT pada ban kapten miliknya selama jalannya pertandingan.
Advertisement
3. Komentator Jerman Pakai Atribut LGBT
Seorang komentator sepak bola asal Jerman, Claudia Neumann, menjadi viral usai dirinya mengenakan atribut yang berkaitan dengan LGBT saat pertandingan Amerika Serikat vs Wales.
Dikutip dari DW Sports pada Selasa, 22 November 2022, Neumann dalam fotonya terlihat mengenakan baju berwarna hitam dengan gambar bendera LGBT di bagian depannya.
Tak hanya mengenakan baju bergambar bendera LGBT, Neumann pun mengenakan ban kapten yang berwarna khas bendera LGBT ( warna pelangi). Tentu saja aksi Neumann ini menuai kontroversi dari warganet di Twitter.
“Mengklaim sebagai negara yang mendewakan logika, memperjuangkan toleransi tapi tidak mau menghargai manusia lain yang punya pandangan yang berbeda dengannya,” ujar seorang warganet.
"Kadang heran juga sama negara negara yg dikatakan maju, maju dari mana ga bisa menghargai aturan Tuan Rumah 😰😵💫 lek salah yo wes menengo ojo ngotot, sing garai stigma makin negatif,” ujar seorang warganet, menambahkan.
4. Denmark Batal Tinggalkan FIFA
Masih memiliki keterkaitan dengan pemberian sanksi berupa kartu kuning pada 7 kapten timnas yang memaksa untuk pakai ban kapten yang berwarna pelangi khas LGBT, pihak timnas Denmark pun tak tinggal diam atas keputusan tersebut.
Dikutip dari Footbal365, Moller mengatakan “Sudah ada pembahasan ‘apakah ada dasar hukum pemberian kartu kuning?’ dan ternyata ada. Penaltinya bisa berupa kartu kuning, kapten tidak masuk ke lapangan atau dia diberi larangan.”
Sebelumnya, Asosiasi Sepak Bola Jerman telah membawa FIFA ke Pengadilan Arbitrase Olahraga atas larangan tersebut.
Mengenai keputusannya untuk meninggalkan FIFA, Moller mengungkapkan bahwa pihak timnas Denmark tengah menimbang keputusan akhir.
Namun menurut Moller, timnas mungkin tidak akan meninggalkan FIFA dan memilih untuk mengembalikan kepercayaan pada FIFA serta mengevaluasi apa yang telah terjadi.
Baginya, akan terlalu banyak risiko dan tantangan yang akan dihadapi oleh timnas Denmark di masa mendatang apabila memutuskan untuk meninggalkan FIFA.
Advertisement