Ladang dan Persawahan Tertutup Abu Vulkanik Merapi, Harga Sayuran Merayap Naik

Akibat ladang dan persawahan tertutup abu vulkanik Merapi, harga sayuran naik

oleh Liputan6dotcom diperbarui 16 Mar 2023, 17:30 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2023, 17:30 WIB
Ladang dan Persawahan Tertutup Abu Vulkanik Merapi, Harga Sayuran Merayap Naik
Ladang dan Persawahan Tertutup Abu Vulkanik Merapi, Harga Sayuran Merayap Naik (Doc: Hermanto Asrori)

Liputan6.com, Magelang Meski sudah hampir sepekan namun ketebalan abu vulkanik Merapi masih sangat dirasakan oleh warga dusun Panggungan, Wonolelo, Kecamatan Sawangan. Terlebih hingga kini hujan belum turun di daerah tersebut.

Akibat tebalnya debu vulkanik Merapi yang menempel di sayuran yang ada di sawah atau ladang, harga sayuran mengalami peningkatan yang cukup lumayan. Parman, salah satu warga dusun Panggungan yang berprofesi sebagai tukang penjual sayur keliling, mengeluhkan kondisi tersebut.

“Harga sayuran pada naik, apalagi untuk Cesin, Kol bunga dan Kentang, kerasa sekali kenaikannya. Ya, walaupun sebenernya ini lumrah atau wajar karena sayuran yang ada di persawahan atau ladang terkena abu dari erupsi Merapi tapi kita sebagai penjual sayur keliling jadi repot juga menjualnya karena harga kulaknya udah tinggi. Jadi ya kita jualnya menyesuaikan harga kulakan," keluhnya pada Kamis (16/2/2023).

Parman menambahkan, kondisi tersebut kemungkinan bisa segera berakhir bila sudah ada hujan. “Hingga kini belum ada hujan, kalau sudah ada hujan kemungkinan harga-harga sayuran akan kembali normal karena abu yang pada menempel di sayuran sudah hilang jadi tidak perlu penanganan lebih saat mereka panen. Ini otomatis bisa menekan biaya operasional yang nantinya akan berdampak pada harga jadi turun lagi,” terang Parman yang menjual dagangannya sampai ke kota Yogyakarta.

Sementara itu Kepala Desa Windusajan, Wonolelo, Sawangan, Marpomo mengatakan bahwa ada sekira 2.306 Kepala Keluarga dan banyak dari mereka yang berprofesi sebagai penjual sayur. “Daerah kami berjarak kira-kira 9 KM dari Gunung Merapi namun dampak dari erupsi Merapi beberapa waktu lalu hingga kini masih sangat kami rasakan, utamanya para petani," terangnya.

"Kalau untuk penanganan khusus kepada Manula dan Balita memang tidak ada. Namun begitu, kemarin pihak desa dengan dibantu BPBD juga melakukan pembagian masker, penyemprotan masjid dan sekolah yang ada di lingkungan kami,” tambah dia.

“Kalau untuk pertanian ya hanya menunggu turun hujan, kalau sudah ada hujan debu-debu akan berkurang dan tanaman atau sayuran bisa menjadi bersih. Ini juga tergantung dari curah hujan yang turun, tentunya kalau hujannya deras ya akan semakin cepat bersih,” pungkas Marpomo.

 

Penulis:

Hermanto Asrori


Gunung Merapi Luncurkan 11 Kali Guguran Lava Pijar Sejauh 1.200 Meter

Terjadi Awan Panas Guguran di Gunung Merapi, pada 11 Maret 2023 pukul 12.12 WIB ke arah Kali Bebeng/Krasak. (Dok. BNPB)
Terjadi Awan Panas Guguran di Gunung Merapi, pada 11 Maret 2023 pukul 12.12 WIB ke arah Kali Bebeng/Krasak. (Dok. BNPB)

Gunung Merapi pada Kamis (16/3/2023) tercatat mengeluarkan guguran lava pijar sebanyak 11 kali dengan jarak luncur 1.200 meter. Hal itu diungkapkan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) melalui siaran resminya.

Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso, dalam keterangannya menjelaskan berdasarkan pengamatan pukul 00.00 sampai 06.00 WIB, guguran lava pijar itu meluncur ke arah barat daya.

"Teramati 11 kali guguran lava pijar dengan jarak luncur 1.200 meter ke barat daya," katanya.

Selama periode pengamatan itu, menurut BPPTKG, Gunung Merapi juga mengalami 16 kali gempa guguran dengan amplitudo 4-35 mm selama 24.4-166.8 detik, tujuh kali gempa fase banyak dengan amplitudo 3-6 mm selama 5 -7.6 detik, satu kali gempa vulkanik dangkal dengan amplitudo 62 mm selama 8,3 detik, dan gempa vulkanik dalam dengan amplitudo 6 mm selama 11,7 detik.

Asap kawah tebal di atas puncak Merapi teramati selama pengamatan.

Pada periode pengamatan Rabu (15/3) pukul 18.00-24.00 WIB, Gunung Merapi tercatat tiga kali meluncurkan awan panas guguran dengan jarak luncur maksimum 1.300 meter ke arah barat daya.

Selain itu, guguran lava juga terpantau sebanyak 49 kali dengan jarak luncur 1.500 meter ke barat daya.

 


Status Masih Siaga

Ilustrasi - Erupsi Gunung Merapi. (Foto: Liputan6.com/Wisnu Wardhana)
Ilustrasi - Erupsi Gunung Merapi. (Foto: Liputan6.com/Wisnu Wardhana)

BPPTKG masih mempertahankan status Siaga atau Level III yang ditetapkan sejak November 2020 silam.

Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas guguran yakni di Kali Woro sejauh 3 km dari puncak, Kali Gendol sejauh 5 km dari puncak.

Selain itu, potensi bahaya juga di Kali Boyong sejauh 5 km dari puncak, serta Kali Bedog, Krasak, Bebeng sejauh 7 km dari puncak.

Sedangkan lontaran material vulkanik jika terjadi erupsi eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

BPPTKG juga mengimbau masyarakat mewaspadai bahaya lahar di alur sungai berhulu Merapi, terutama saat terjadi hujan di puncak gunung.

Infografis Rentetan Awan Panas dan Lava Pijar Gunung Merapi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Rentetan Awan Panas dan Lava Pijar Gunung Merapi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya