Liputan6.com, Jakarta Kemajuan teknologi berdampak dan berperan besar pada perubahan positif di dalam ranah kreativitas hingga terciptanya sebuah inovasi baru. Di era modern ini, kreativitas dan teknologi perlu berkolaborasi menjadi satu dan dapat menghasilkan sebuah inovasi melalui berbagai analisis data yang tentunya sangat memudahkan para peneliti dalam merumuskan suatu pemecahan masalah terhadap masalah yang ada.
Tentunya kolaborasi antara teknologi dan kemampuan berinovasi menuntut hadirnya skill berpikir kritis. Setiap orang, termasuk remaja di era digital yang kini duduk di bangku sekolah tak hanya perlu menikmati fitur atau kecanggihan dari teknologi yang ada, tetapi juga perlu punya kemampuan dalam mengelola informasi yang ada untuk menciptakan solusi yang berguna bagi masyarat dengan berbagai topik masalah yang ada. Lebih dari itu, pelajar perlu memvalidasi informasi yang diterima dan menyaring informasi secara bijak.
Baca Juga
Membahas fenomena tersebut, peran pendidikan tentulah sangat penting dan menjadi pionir atau pondasi yang utama. Hal ini didukung oleh kajian ilmiah dari Profesor Lisa Chen, yang merupakan seorang inovator dan peneliti dari Stanford University. Sektor pendidikan perlu menghasilkan generasi masa depan yang siap berpikir kritis dan mampu mengoptimalkan teknologi dalam menciptakan solusi yang kreatif, inovatif, dan sejalan dengan perkembangan zaman.
Advertisement
Sadar akan pentingnya kebutuhan untuk mengasah kemampuan berpikir kritis, Ingatan Gajah didukung oleh BPTI (Balai Pengembangan Talenta Indonesia) menggelar Kompetisi yang bertajuk 3rd Critical Thinking Championship (CTC) 2023, pada 13 Agustus 2023. Kegiatan ini diselenggarakan di Aula BPTI, Pusat Prestasi Nasional, Kemdikbudristek RI, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Acara ini diikuti oleh 44 sekolah yang datang dari 20 kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bogor, Bekasi, Medan, Bandung, Tangerang Selatan, Balikpapan, Sukabumi dan lainnya. Pada kompetisi ini, sejumlah topik terkini dianalisis, mulai dari food waste, stunting, hingga water polution.
Seleksi yang cukup ketat
Para peserta pun telah melalui berbagai proses seleksi yang cukup ketat, yakni mulai dari babak penyisihan di mana setiap peserta harus mengerjakan soal tes yang mengasah kemampuan analisa sebanyak 50 soal. Setelah itu peserta pun membuat essai dengan pilihan topik food waste, water pollution, ataupun stunting hingga akhirnya membuat video pemaparan.
Kompetisi yang diikuti pelajar dari dari berbagai kota inipun akhirnya menyisakan sebanyak 40 peserta di babak semifinal yang berasal dari 34 sekolah. Mereka pun dibagi ke dalam beberapa kelompok yang didampingi oleh para mentor dan co-mentor dari Ingatangajah.
Dari 10 kelompok yang terbentuk, masing-masing kelompok melakukan brainstorming, riset, pembagian tugas, dan mengeksekusi project dengan beragam keahlian yang dimiliki anggota tim hingga akhirnya berhasil menciptakan berbagai prototype sesuai topik yang dipilih untuk menjawab permasalahan yang ada.
Dalam kompetisi ini hadir sejumlah panelis yang ahli di bidangnya antara lain Dr. Soepriyatna, Ph.D, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Sampoerna University, Ir. Widi Pancono selaku Ketua 3 Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia, Aang Hudaya, S.Pt., CPLM, CPGAM, Master Trainer Global Ecobrick Alliance (GEA) & Inisiator Bank Sampah Spirit, Dr. Cashtry Meher,. M.Kes, M.Ked(DV),. Sp.KK,. FIHFAA, Ketua Yayasan Cahaya Peduli Semesta Indonesia, Pemerhati Stunting, & Public Health Doctor, dan Heru Kurnadi, Praktisi Industri Digital.
Moderator yang memandu jalannya penjurian kompetisi ini ialah Yudi Lesmana, Direktur Indonesia Intelektual Akademi dan Founder Ingatangajah. Para panelis tersebut hadir memberikan insight, feedback, dan penilaian terhadap prototype yang telah dihasilkan para peserta lomba CTC 2023.
Advertisement
Para pemenang kategori kelompok
Setelah melakukan serangkaian presentasi, akhirnya posisi Juara Pertama Kategori Kelompok berhasil diraih oleh kelompok 9 dengan Prototype “Ecopet Bites”. Kelompok ini beranggotakan Muhammad Ritzy, dari SMA 14 Jakarta, Sean Gaudi dari SMAN 22 Bandung, Davar Aly Harahap dari SIS Medan, Enrashad Zharfan dari SMA Sampoerna Academy Sentul, dan Sabil Arsyad, SMP Pesat Bogor.
Kelompok tersebut mengusung topik tentang Food Waste yang diolah lebih lanjut untuk menjadi makanan kucing. Sisa makanan ini diolah melalui proses tertentu sehingga aman dan bergizi bagi hewan peliharaan. Tentu ini merupakan prototype yang sangat aplikatif karena mudah diimplementasi untuk mengurangi pembuangan sampah makanan.
Sementara itu, juara ke-2 sukses diraih oleh kelompok 5 yang mengangkat topik tentang Water Pollution. Kelompok ini beranggotakan Naura Zhafarina, Atqa Rafardiansyah, Salma Aulia Madina, Aryssa Kaureen Arifin, dan Dipodanendra. Prototype kelompok 5 ini diberi nama yang unik, yaitu PLASTER atau Plastic Water Filter.
Tak kalah keren, juara ke-3 berhasil diraih oleh kelompok 2, dengan anggota Nabil Rayhan Nuroktafi, Samuel Sitinjak, Shakira Haya Kirana, Firas Dhiya, dan Fayza Alanza. Kelompok ini sukses memproduksi prototype yang dinamakan BUTTER FIRE atau disebut juga dengan Bucket Composter yang merupakan ember yang sangat bermanfaat untuk mengelola sampah menjadi kompos.
Kompetisi 3rd Critical Thinking Championship 2023 ini tak hanya memberikan penghargaan untuk juara kategori kelompok saja, namun juga kategori individu. Untuk kategori individu usia 15 -18 tahun, juara pertama berhasil diraih oleh Safitri Az Zahra, dari SMAN 1 Jakarta dengan topik Stunting.
Sementara itu, posisi juara kedua ditempati oleh Sohans Patrick, 18 tahun dari SMA Menlo Park School, dengan topik food waste. Di urutan ketiga, ada Salma Aulia berusia 15 tahun, dari SMA Labschool Cirendeu dengan topik food waste. Juara harapan berhasil diraih oleh 2 pemenang, yakni Safina Hasna, dari SMA Edu Global Bandung dengan topik Water Pollution dan di posisi Harapan ke-2 diraih oleh Arjuna Antar H., dari Kafila International Islamic School Jakarta.
Pemenang kategori individu
Sementara itu, untuk kategori individu usia 11-14 tahun, juara pertama berhasil diraih Samuel Sitinjak dari SMP Kolese Kanisius, dengan topik food waste, kemudian disusul oleh Joachim Satria, dari SMP Santa Maria Surabaya, dan Nabil Rayhan, dari SMP Tara Salvia diposisi ke-3. Juara harapan berhasil diraih Dipodanendra, dari SMPN 41 Jakarta dan Atqa Rafardiansyah, dari SMP Islam Al Azhar 31 diposisi harapan ke-2.
Kompetisi CTC 2023 ini juga memberikan apresiasi khusus untuk kategori peserta termuda terbaik, yang berhasil dimenangkan oleh Dipodanendra, berusia 12 tahun yang membawakan topik stunting, dan kategori peserta terfavorit ditempati oleh Asyer Lie, 14 tahun dari SMP Swasta Maitreyawira Kisaran, Sumatera Utara yang memperoleh jumlah viewers youtube, like, dan komen terbanyak.
Keberanian dan keberhasilan para peserta dari kompetisi CTC 2023 ini membuktikan bahwa generasi muda di era digital ini terbukti mampu mengasah kemampuan berpikir kritisnya, selama diberikan wadah dan akses untuk mengekspresikan ide-ide baru sehingga melahirkan karya-karya inovatif yang sesuai dengan kebutuhan masa kini. Pelajar dapat ikut serta dalam kompetisi Critical Thinking Championship berikutnya dengan mengunjungi web resmi di www.criticalthinkingchampionship.com
Advertisement