Liputan6.com, Jakarta Berbicara di depan umum adalah salah satu bentuk komunikasi yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Teknik berkomunikasi yang tepat akan membantu audiens untuk menangkap pesan dengan lebih baik.
Peduli akan kemampuan membaca dengan teknik yang baik dan percaya diri, Gereja Santo Paulus Bandung menggelar talkshow public speaking. Emaya, selaku ketua lektor bersama para tim pengurus yang solid dari Gereja Santo Paulus Bandung mengadakan pelatihan public speaking pada Minggu, 10 Desember 2023 yang lalu.
Baca Juga
Hadir dalam acara tersebut, Astrid selaku pembicara dengan latar belakang ilmu psikologi dan komunikasi untuk mengajak para lektor lebih mengenal diri dan percaya diri dalam bertugas sebagai lektor. Ria selaku MC turut memandu acara tersebut.
Advertisement
“Lektor itu kan petugas di gereja yang membaca bacaan Kitab Suci yang berisi sabda Tuhan. Tapi saat talk show saya kasih script yang isinya cerita-cerita dengan narasi dan dialog yang bikin ketawa, bikin haru untuk latihan pemahaman emosi dan isi bacaan. Mirip latihan akting,” kata Astrid.
Harapannya peserta lebih bebas, santai berekspresi, mengenali jenis emosi, intonasi, dan punya pandangan positif bahwa berbicara di depan umum bukan sesuatu yang mengerikan. Di sesi pertama, para peserta diajak untuk lebih mengenal diri dan punya originalitas dalam membaca.
Salah satu kegiatan mengenal diri dikemas lewat permainan kartu yang dicetuskan oleh psikolog Carl Gustav Jung. Mulai dari kartu cup yang menandakan setiap orang, apa pun kepribadiannya butuh relasi sosial. Kartu sword, yang berarti setiap orang dalam menjalankan tugas butuh pemikiran yang kritis, kartu wand, yang melibatkan kreativitas saat menghadapi tantangan, dan kartu coins sebagai penanda pentingnya setiap orang untuk mau belajar skill baru.
Setiap aspek tersebut dibutuhkan para lektor saat bertugas. Di sesi pertama, peserta juga diajak berdiskusi tentang kendala saat melakukan eye contact ketika membaca.
“Yang penting itu pandangannya menyapu, nggak perlu melihat orangnya terus-terusan,” ujar Astrid.
Antusiasme peserta
Antusiasme para peserta turut terlihat di sesi kedua saat tersebar di dalam 5 kelompok, dibekali cerita yang berisi script dan dialog yang diwarnai dengan berbagai tema yang menarik. Mulai dari tema yang mengundang gelak tawa atau pun tema inspiratif. Kerja kelompok pun menghidupkan rasa kekeluargaan dan kekompakan satu sama lain.
Terlihat antar satu peserta dengan yang lainnya saling membantu dan mencoba memahami isi bacaan. Masing-masing kelompok sangat ekspresif dan dapat memainkan intonasi dan artikulasi dengan tepat sesuai bahan bacaan yang dibawakan. Bacaan dari Alkitab perlu dipahami terlebih dahulu dan dibaca beberapa kali supaya pesannya dapat ditangkap dengan baik.
Bertanya dan berdiskusi tentu kunci yang perlu dimiliki oleh petugas lektor, supaya dapat bertukar sudut pandang tentang suatu bacaan. Punya pengalaman yang kurang baik dalam hal membaca seharusnya tidak jadi penghalang bagi seseorang untuk menampilkan performance dengan lebih baik.
“Pelatihan ini berkesan,” ujar Maya.
Advertisement
Tips mengelola kecemasan
Astrid juga berbagi sedikit tips mengelola kecemasan ketika hendak bertugas, dengan cara fokus membayangkan atau memvisualisasikan hal baik yang akan terjadi, tapi diimbangi dengan latihan. Cemas tentu boleh tapi perlu dikelola.
Bayangkan audiens adalah orang yang sudah dikenal dan tanamkan di pikiran kalau sebagai lektor sudah menguasai bahan bacaan itu lebih awal daripada audiensnya. Setelah acara, para peserta masih dapat berdiskusi dengan pembicara lewat link online yang diberikan untuk memperdalam beberapa materi.
“Saya suka dengan vibes yang positif dari para peserta. Mereka punya semangat, pemikirannya kritis dan mau terus belajar. Sukses terus Lektor Santo Paulus, Bandung,” pesan Astrid.
Penulis:
Patricia Astrid Nadia