Penelitian Temukan Alasan Banyaknya Hewan Beracun di Australia

Australia, panggung eksotis bagi laba-laba, ular beracun, ubur-ubur mematikan, dan makhluk aneh seperti platipus. Mengapa senjata biologis begitu melimpah di sini? Keunikan ini berasal dari evolusi dan adaptasi ribuan tahun, membentuk ekosistem yang menakjubkan dan penuh misteri.

oleh Haneeza Afra Nur Zhafirah diperbarui 28 Des 2023, 22:35 WIB
Diterbitkan 28 Des 2023, 21:09 WIB
Ilustrasi Australia
Ilustrasi hubungan Australia dan Indonesia. (Pixabay/Simon)

Liputan6.com, Jakarta Australia, dengan keindahan alamnya yang memukau, juga menjadi panggung bagi sejumlah makhluk berbisa yang unik dan terkadang menakutkan. Benua ini menjadi rumah bagi laba-laba berbisa, ular beracun, ubur-ubur berbahaya, gurita yang misterius, semut dan lebah penyengat, bahkan hingga makhluk aneh seperti platipus. Pertanyaan yang muncul secara alami adalah: mengapa begitu banyak hewan di Australia menggunakan senjata biologis ini?

Melacak akar dari fenomena ini membawa kita ke masa lalu yang jauh. Banyak dari makhluk-makhluk berbisa yang mendiami Australia telah menjadi bagian integral dari ekosistem benua ini sejak zaman pembentukan benua tersebut. Mereka telah mengembangkan mekanisme pertahanan diri yang kuat selama ribuan tahun untuk bertahan hidup di lingkungan yang unik dan seringkali keras. Tidak hanya itu, beberapa di antaranya diyakini telah berevolusi menjadi makhluk berbisa untuk mengatasi tekanan lingkungan yang khas di Australia.

Namun, ada pula kisah menarik di balik kehadiran ular berbisa di Australia. Berbeda dengan banyak makhluk berbisa lainnya, ular-ular ini ternyata datang ke Australia setelah pembentukan benua tersebut.

Bagaimana mereka tiba di sini, dan apa kontribusi mereka terhadap ekosistem yang sudah ada? Jawaban terhadap pertanyaan ini memberikan gambaran yang menarik tentang dinamika ekologi di Australia dan bagaimana makhluk-makhluk berbisa dapat membentuk ekosistem yang semakin kompleks dan penuh keajaiban.

1. Spesies yang Tertahan di Benua Australia Setelah Terisolasi

Australi
Foto: AntWiki

Seabad juta tahun yang lalu, peristiwa dramatis memisahkan Australia dari superbenua selatan Gondwana, sebuah penemuan yang diungkapkan oleh Kevin Arbuckle, seorang profesor di Universitas Swansea, Inggris. Menariknya, dampak perpisahan tersebut terus terasa hingga saat ini, terutama dalam kelompok serangga 'berbisa'. Garis keturunan semut berbisa ini ternyata memiliki sejarah yang mengesankan, mencapai usia 2-3 kali lebih tua daripada waktu perpisahan benua tersebut. Beberapa spesies yang telah mengembangkan senjata biologis ini hanya terdapat di Australia setelah benua tersebut menjadi terisolasi.

Salah satu contoh menarik dalam arthropoda berbisa di Australia adalah semut rahang-jebak dari genus Odontomachus. Dengan kemampuan memberikan gigitan yang menyakitkan, semut ini telah bertahan sejak zaman perpisahan benua, menjadi simbol keunikan adaptasi hewan di Australia. Selain itu, semut bulldog Australia dari genus Myrmecia juga menarik perhatian sebagai salah satu semut paling mematikan di dunia. Mampu menyengat dan menggigit secara bersamaan, semut ini bahkan dikabarkan telah menyebabkan kematian tiga orang sejak tahun 1936, menjadikannya pencatat rekor Guinness World Records.

Garis keturunan semut berbisa yang sudah ada di Gondwana pada saat perpisahan benua tersebut menghadirkan titik awal yang menarik dalam evolusi dan adaptasi hewan-hewan ini. Terus berlanjut di Australia setelah pembentukan benua yang baru, keberlanjutan dan keberhasilan mereka memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana peristiwa sejarah geologis dapat membentuk dan memengaruhi evolusi spesies di berbagai penjuru dunia.

2. Laba-laba Berbisa Mematikan

Australia
Foto: Wikipedia

Laba-laba funnel-web, yang termasuk dalam genus Hadronyche dan Atrax, mendominasi daftar hewan berbisa eksklusif dari Australia. Kemampuan mereka untuk membunuh manusia dengan gigitan berbisa menjadikan mereka predator mematikan. Kevin Arbuckle menegaskan bahwa spesies ini memiliki sejarah yang menakjubkan, berasal dari Australia yang terisolasi setelah perpisahan dengan Gondwana sekitar 100 juta tahun yang lalu. Meskipun laba-laba funnel-web diduga telah membunuh 13 orang, perkembangan serum antivenom pada tahun 1981 oleh Australian Museum telah mengurangi risiko kematian manusia akibat gigitan mereka.

Selain laba-laba funnel-web, redback (Latrodectus hasselti) merupakan jenis laba-laba janda yang juga memiliki gigitan berbisa mematikan. Kehadiran mereka di Australia menunjukkan bahwa keturunan leluhur mereka telah hadir sebelum Australia menjadi benua yang terpisah. Meskipun ukuran tubuh redback relatif kecil, kemampuannya untuk menyebabkan kematian melalui gigitan berbisa membuatnya dikenal sebagai salah satu laba-laba yang berbahaya. Sejarah evolusi mereka yang panjang mencerminkan adaptasi mereka terhadap lingkungan yang berubah dan keras.

Ketika melihat laba-laba funnel-web dan redback, kita mendapati bahwa keberadaan dan evolusi spesies berbisa di Australia membawa dampak serius terhadap manusia. Meskipun serangan mematikan oleh laba-laba ini telah berkurang sejak diperkenalkannya serum antivenom, pengetahuan tentang sejarah dan adaptasi hewan-hewan ini memberikan wawasan tentang dinamika kompleks ekosistem Australia dan pentingnya keberlanjutan dalam perlindungan diri manusia dari ancaman berbisa.

3. Cephalopoda Berbisa di Perairan Sekitar Australia

Australia
Foto: Australian Museum

Cephalopoda berbisa, yang mencakup kelompok cumi-cumi, gurita, dan sotong, memiliki sejarah keberadaan yang mencengangkan selama 300 juta tahun. Keberadaan mereka di dunia laut jauh mendahului fase ketika Australia menjadi benua yang berdiri sendiri. Meskipun demikian, kenyataan bahwa cephalopoda berbisa telah eksis selama periode geologis yang sangat panjang menunjukkan adaptasi luar biasa mereka terhadap perairan sekitar. Cumi-cumi, dengan tentakel berbulu yang dilengkapi dengan cincin berbisa, serta gurita dan sotong yang juga memiliki mekanisme pertahanan berbisa, mengungkapkan keberlanjutan dan evolusi yang memukau di dunia laut.

Ketika Australia masih merupakan bagian dari Gondwana, cephalopoda berbisa telah berperan sebagai predator dan pemangsa dalam ekosistem laut. Meskipun Australia kemudian menjadi benua yang terpisah, keberadaan mereka tetap konsisten dan berlanjut hingga saat ini. Sebagai pemain utama di lingkungan laut, cumi-cumi, gurita, dan sotong berbisa memainkan peran penting dalam rantai makanan dan dinamika ekosistem laut di sekitar Australia.

Sejarah panjang dan kelangsungan keberadaan cephalopoda berbisa memberikan perspektif yang mendalam tentang kehidupan laut di sekitar Australia. Peran mereka sebagai makhluk yang telah menyesuaikan diri dengan perubahan iklim dan lingkungan laut sepanjang ratusan juta tahun menunjukkan betapa pentingnya pemahaman tentang evolusi dan adaptasi dalam melindungi keberlanjutan kehidupan laut. Dengan penelitian yang terus berlanjut, kita dapat terus menggali rahasia dan kompleksitas kehidupan laut yang telah berlangsung selama jutaan tahun di perairan sekitar Australia.

4. Asal-usul Ular Beracun

Australia
Foto: Australian Geographic

Pergeseran benua mengubah pemandangan Australia, mendorongnya melintasi Kutub Selatan yang dingin, menyebabkan kepunahan sebagian besar reptil yang sebelumnya mendominasi wilayah tersebut. Namun, seiring pergerakan perlahan ke utara, suhu di benua ini mulai meningkat, menciptakan lingkungan yang lebih hangat dan menyenangkan bagi reptil. Proses ini menciptakan celah bagi keluarga Elapidae, termasuk kobran, mamba, ular karang, dan taipan, untuk menjadi ular pertama yang mendiami Australia setelah 40 tahun.

Keluarga Elapidae, dengan gigi beracun di bagian depan, memasuki benua ini sebagai pionir dan membentuk dasar bagi kelahiran ular-ular yang lebih beracun. Perkembangan ini menjadi titik awal bagi evolusi ular beracun di Australia. Proses evolusi ini tidak hanya membuka pintu bagi variasi spesies ular yang lebih beracun, tetapi juga memberikan landasan untuk peran penting mereka dalam ekosistem Australia. Seiring waktu, ular-ular ini terus berkembang, menghadapi tantangan dan beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah.

Seiring berjalannya waktu, leluhur ular dari keluarga Elapidae di Australia menjalani transformasi evolusi yang luar biasa, menghasilkan keturunan yang semakin beracun dan mampu bertahan di berbagai kondisi lingkungan. Perkembangan ini tidak hanya mencerminkan kemampuan adaptasi alamiah yang luar biasa, tetapi juga memberikan wawasan tentang bagaimana pergeseran benua dapat membentuk dan memengaruhi evolusi spesies tertentu di wilayah tertentu.

5. Ubur-Ubur Mematikan

Australia
Foto: Australian Geographic

 

Ubur-ubur, makhluk laut yang penuh misteri, telah menghiasi lautan selama lebih dari 500 juta tahun. Sejalan dengan sejarah evolusinya yang panjang, ubur-ubur telah melintasi lautan sejak jauh sebelum Australia menjadi benua yang terpisah. Meskipun beberapa spesies ubur-ubur yang berbisa, seperti ubur-ubur kotak mematikan (seperti Carukia barnesi) dan Portuguese man o' war (Physalia physalis), dapat ditemui di perairan Australia, Kevin Arbuckle menekankan bahwa makhluk-makhluk ini tidak eksklusif bagi wilayah tersebut. Ubur-ubur ini lebih cenderung mendiami perairan tropis dan subtropis di seluruh dunia, menambahkan lapisan keanekaragaman hayati di ekosistem laut global.

Perjalanan panjang ubur-ubur di lautan mencerminkan ketahanan dan kemampuan adaptasinya terhadap berbagai kondisi lingkungan. Sejak zaman prasejarah hingga saat ini, ubur-ubur telah menjadi bagian integral dari ekosistem laut, memainkan peran penting dalam rantai makanan dan dinamika ekologi. Meskipun beberapa spesies ubur-ubur dapat membawa bahaya bagi manusia dengan bisa mereka, pemahaman tentang sejarah evolusi dan distribusi mereka di seluruh dunia memberikan pandangan yang lebih komprehensif tentang ekosistem laut global dan interaksi yang kompleks di dalamnya.

Keberadaan ubur-ubur yang telah bertahan selama ratusan juta tahun memberikan kita kesempatan untuk mengamati bagaimana makhluk ini terus beradaptasi dengan perubahan iklim dan kondisi laut yang terus berubah. Dengan pemahaman lebih lanjut tentang peran dan interaksi ubur-ubur di ekosistem laut, kita dapat memberikan kontribusi lebih efektif dalam upaya pelestarian dan perlindungan lingkungan laut di seluruh dunia.

6. Australia Punya Ekosistem yang Mendukung Untuk Hewan Berbisa

Australia
Foto: Australian Geographic

Garis pantai Australia membentuk ekosistem yang sangat mendukung hewan-hewan berbisa. Meskipun menghitung jumlah pasti makhluk berbisa di Australia menjadi tantangan, Dieter Hochuli, seorang profesor ekologi di University of Sydney, menyatakan bahwa jawaban singkatnya adalah "banyak, dan mungkin lebih dari yang [kita] pikirkan." Keberadaan ekosistem pesisir dan kondisi iklim yang unik di sepanjang garis pantai menciptakan habitat ideal bagi berbagai spesies yang memiliki senjata biologis untuk bertahan hidup dan beradaptasi.

Meskipun persepsi umumnya adalah bahwa Australia adalah rumah bagi beragam invertebrata berbisa, Kevin Arbuckle, seorang peneliti, membantah pandangan tersebut. Arbuckle berpendapat bahwa fauna berbisa di Australia sebenarnya berada dalam kisaran yang tipikal, kecuali untuk ular. Menurutnya, Australia tidak begitu kaya atau beragam dalam invertebrata berbisa seperti yang mungkin dipersepsikan oleh banyak orang. Dia menarik perhatian pada citra yang "dibesar-besarkan" tentang keberagaman hewan berbisa di Australia dan mencurigai bahwa persepsi ini mungkin dipengaruhi oleh keunggulan infrastruktur kesehatan dan perawatan medis di negara tersebut.

Arbuckle juga menyoroti bahwa keanekaragaman hewan berbisa tidak selalu berkorelasi dengan wilayah tropis. Meskipun Australia dikenal sebagai negara dengan iklim yang sebagian besar tropis, keberagaman makhluk berbisa di sana tidak seistimewa yang mungkin diharapkan. Pemahaman yang lebih akurat tentang keanekaragaman dan distribusi hewan berbisa di Australia menjadi kunci untuk mengatasi stereotip dan menciptakan strategi konservasi yang efektif untuk melindungi keanekaragaman hayati yang ada.

Binatang apa yg ekornya berbisa?

Kalajengking dikenal sebagai hewan kecil yang agresif dan dapat menyengat dengan racun di ekornya. Total ada sekitar 25 dari 2.600 spesies arachnida yang mengandung racun cukup kuat untuk membunuh manusia.

 

Apa bedanya hewan berbisa dan beracun?

"Jika kamu menggigitnya dan kamu jadi sakit, itu beracun. Jika itu menggigit atau menyengat dan kamu jadi sakit, maka itu berbisa," ungkap Jason Strickland, seorang ahli biologi di University of South Alabama yang mempelajari racun.

 

Hewan apa yang berbisa selain ular?

Hewan berbisa yang umum kita ketahui adalah ular. Faktanya, masih banyak hewan-hewan lain yang juga sangat berbisa. Dalam kategori hewan paling berbisa di dunia, kita akan menemui laba-laba, semut, ubur-ubur, hingga siput.

 

Ular apa yg paling berbisa?

Eastern Tiger Snake (Notechis scutatus) merupakan salah satu ular berbisa yang paling mematikan di dunia. Ular ini dapat ditemukan di Australia, termasuk Tasmania dan pulau-pulau pesisirnya.

 

Hewan kadal Apakah berbisa?

Sejauh ini, dikenal hanya ada dua jenis kadal yang gigitannya terbukti berbisa, yakni kadal Gila dan kadal manik-manik Meksiko. Kedua jenis kadal yang berkerabat ini hidup di gurun di Amerika Serikat bagian barat daya dan Meksiko utara.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya