Liputan6.com, Jakarta Tim peneliti yang berasal dari Denmark dan Amerika Serikat berhasil mengembangkan Life2vec, sebuah model kecerdasan buatan yang dirancang untuk meramalkan berbagai aspek kehidupan seseorang. Model ini memiliki kemampuan untuk menganalisis dan memprediksi faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya kehidupan individu.
Advertisement
Baca Juga
Para pengembang Life2vec menyatakan bahwa sistem ini memberikan kerangka kerja yang memungkinkan peneliti untuk menggali mekanisme-mekanisme yang berpotensi mempengaruhi hasil hidup seseorang. Selain itu, model ini juga membuka peluang untuk merancang intervensi yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pribadi masing-masing individu.
Advertisement
Berikut adalah ringkasan mengenai Life2vec yang dikutip dari odditycentral.com pada Senin (3/2/2025).
Model Kecerdasan Buatan Life2vec
Inovasi transformer Life2vec memadukan data besar dari catatan kesehatan dan demografi Denmark yang mencakup enam juta individu.
Hasil model Life2vec merupakan hasil kolaborasi antara para ilmuwan Denmark dan Amerika Serikat.
Data seperti tanggal lahir, sejarah pendidikan, penghasilan, kondisi tempat tinggal, dan status kesehatan dimanfaatkan dalam proses pelatihan model kecerdasan buatan ini untuk memprediksi kejadian-kejadian dalam kehidupan.
Advertisement
Kemampuan Life2vec
Gambaran yang disajikan oleh peneliti menunjukkan bahwa Life2vec memiliki kemampuan yang luar biasa dalam memperkirakan kematian seseorang berdasarkan analisis data.
Dalam uji coba yang melibatkan kelompok usia 35-65 tahun, di mana setengah dari mereka meninggal antara 2016 dan 2020, model ini berhasil memprediksi dengan akurasi sebesar 78% siapa yang akan bertahan hidup dan siapa yang tidak.
Penelitian tentang Life2vec
Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Profesor Sune Lehmann Jørgensen dari Technical University of Denmark telah menunjukkan bahwa Life2vec disiapkan dengan menggunakan data eksklusif dari Denmark sehingga hasilnya mungkin berbeda bagi individu di negara lain.
Meskipun demikian, Jørgensen menegaskan bahwa model semacam itu tidak boleh dipegang oleh perusahaan, meskipun mereka mungkin memanfaatkannya.
“Model yang kami kembangkan tidak boleh dimiliki oleh perusahaan asuransi karena asuransi bergantung pada ketidakpastian untuk membagi risiko secara adil,” kata Profesor Jørgensen.
Meskipun Life2vec belum tersedia secara luas, para pengembangnya menduga bahwa model serupa mungkin digunakan oleh perusahaan teknologi besar yang memiliki akses data yang luas.
Meskipun mempertimbangkan implikasi etis dari penggunaan model kecerdasan buatan yang dapat memprediksi dengan tepat berapa lama seseorang akan hidup, manfaat yang tidak dapat disangkal adalah bahwa prediksi semacam itu dapat membantu dalam mencegah kematian dini.
Advertisement
Siapa yang Menciptakan Artificial Intelligence?
John McCarthy, salah satu peneliti, menyusun istilah "Intelegensi Buatan" yang memegang peranan besar dalam perkembangan awal AI. Peristiwa penting dalam sejarah AI adalah Konferensi Dartmouth 1956, di mana istilah tersebut secara resmi diperkenalkan.
Bagaimana Cara Kerja Sistem Kecerdasan Buatan?
Kecerdasan buatan bekerja dengan cepat menyatukan banyak data, melakukan pemrosesan berulang, dan menerapkan algoritma cerdas. Hal ini memungkinkan perangkat lunak untuk secara otomatis mempelajari pola atau fitur dalam data.
Advertisement
AI Diciptakan untuk Apa?
Teknologi kecerdasan buatan (AI) mendekati kemampuan manusia. Dengan bijaksana menggunakannya, AI dapat meningkatkan efisiensi dalam berbagai aspek kehidupan serta memfasilitasi pekerjaan.
Mengapa Sistem AI dapat Berpikir seperti Manusia?
Kemampuan AI meniru perilaku manusia tergantung pada struktur program yang dibuat khusus. Namun, selain dari kode yang tersusun, AI juga membutuhkan akses terhadap informasi dan pengalaman baru, mirip dengan manusia.
Advertisement