Tak Kalah dengan Hawaii, Natuna Punya Situs Kapal Tenggelam Bernilai Sejarah Tinggi

Siapa sangka, Natuna memiliki situs bersejarah kapal tenggelam yang nilai sejarahnya amat tinggi

oleh Sulung Lahitani diperbarui 15 Mei 2024, 06:19 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2024, 00:43 WIB
Pemandangan ke arah Pulau Tiga, Natuna
Pemandangan ke arah Pulau Tiga, Natuna (Doc: Liputan6/Sulung Lahitani)

Liputan6.com, Natuna Wakil Bupati Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Rodhial Huda memiliki impian suatu saat Natuna dapat terkenal seperti Hawaii. Ia membandingkan hal tersebut dengan kekayaan alam maupun situs bersejarah di Natuna yang menurutnya tak jauh berbeda dengan apa yang dimiliki Hawaii.

"Itu di Hawaii, jutaan turis datang melihat satu kapal yang dibom Jepang di Pearl Harbour. Lah sementara Natuna ada setidaknya 24 situs kapal tenggelam," ungkap dia saat ditemui di kediamannya, Senin (13/5/2024).

Hanya saja, menurut dia, Pemerintah Daerah Natuna butuh dibantu oleh Pemerintah Pusat terkait situs-situs kapal tenggelam tersebut untuk mengetahui mana yang memiliki nilai jual.

"Karena apa yang menurut kami bagus, belum tentu demikian menurut Pusat. Bisa juga yang menurut kami tidak ada nilainya, ternyata bagi turis itu ada nilainya," tambah Rodhial lagi. 

Untuk diketahui, salah satu titik bangkai kapal karam di Natuna yang terkenal adalah KM Djadajat yang disebut pernah digunakan oleh Presiden Soekarno. Bangkai kapal yang berada di Selat Lampa dan Pulau Tiga ini digunakan oleh presiden pertama Republik Indonesia itu dalam ekspedisi nusantara pada tahun 1958. 

 

 

Jalur strategis pelayaran perdagangan internasional

Pulau Tiga, Natuna
Pulau Tiga, Natuna (Doc: Liputan6/Sulung Lahitani

Sebelum karam akibat menabrak karang saat melintasi Kepulauan Natuna pada tahun 1980, kapal tersebut masih digunakan oleh Kementerian Perhubungan sebagai kapal perintis. 

Berada di jalur strategis pelayaran perdagangan internasional dari Laut Tiongkok Selatan, Natuna merupakan situs yang menarik bagi para peneliti. Malahan, keberadaan kapal-kapal karam di wilayah Natuna sudah diduga sebelumnya dari banyak ditemukannya pecahan keramik di sepanjang pesisir Kepulauan Natuna. 

 

Upaya menggalakkan geopark dan geosite

Wakil Bupati Natuna Rodhial Huda di kediamannya
Wakil Bupati Natuna Rodhial Huda (Doc: Liputan6/Sulung Lahitani)

Selain situs kapal tenggelam, Pemerintah Daerah Natuna tengah menggalakkan geosite dan geopark di Natuna. Setidaknya, terdapat sembilan geopark yang tersebar di Natuna. Dari Tanjung Katuk, Tanjung Senubing, Batu Kasah, Gua Kamak, hingga Pulau Setanau, tiap geosite dan geopark di Natuna memiliki keistimewaannya masing-masing. 

"Bahkan usia geopark di sini ada yang melebihi Ciletuh yang menjadi Taman Bumi Geopark karena sudah berumur 20 juta tahun. Di Natuna, ternyata ada yang berumur 200 juta tahun," ujar Rodhial.

Hanya saja, ia mengakui bahwa pemahaman masyarakat terhadap geopark masih kurang. Karena itu, menurutnya butuh edukasi masyarakat agar usaha pelestarian geopark hingga situs bersejarah tersebut dapat lestari dan menarik semakin banyak wisatawan.

"Saya selalu membayangkan, Raja Ampat yang hanya alam saja kok banyak yang datang? Natuna punya alam, kuliner, dan budaya. Tinggal bagaimana mengemasnya saja," pungkas dia.

Gaet Wisatawan, Natuna Geopark Marathon Diikuti 840 Peserta Dalam dan Luar Negeri

Gaet Wisatawan, Natuna Geopark Marathon Diikuti 840 Peserta Dalam dan Luar Negeri
Gaet Wisatawan, Natuna Geopark Marathon Diikuti 840 Peserta Dalam dan Luar Negeri (doc: Liputan6.com/Sulung Lahitani)

Sebagai salah satu pulau terluar di wilayah Indonesia, Natuna memiliki banyak potensi wisata. Apalagi, sejak ditetapkannya Natuna sebagai kawasan Geopark Nasional oleh Komite Nasional Geopark Indonesia (KNGI) pada tahun 2018. 

Untuk semakin memperkenalkan Natuna sebagai tujuan wisata, Natuna Geopark Marathon 2024 pun diadakan. Bupati Natuna Wan Siswandi mengaku, hal tersebut sebagai salah satu cara menarik wisatawan agar semakin banyak yang berkunjung ke Natuna.

 "Tujuannya memang Natuna Geopark Marathon ini untuk memperkenalkan Natuna karena sudah ditetapkan sebagai geopark. Yang kedua, agar turis datang ke sini. Ini perdana diadakan dan akan menjadi agenda tahunan," ungkap Wan Siswandi usai melepas peserta Natuna Geopark Maraton di Natuna, Minggu (12/5/2024).

Ia menambahkan bahwa ke depannya acara-acara serupa akan kembali diadakan. "Tahun kemarin ada lomba sepeda, tahun ini selain lomba lari maraton, juga akan ada lomba mancing dan juga balap sepeda lagi," tambah dia.

Selengkapnya...

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya