Studi: Marah Bisa Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung dan Stroke

Kemarahan yang berulang- ulang berpotensi meningkatkan risiko penyakit jantung dalam jangka panjang.

oleh Yulia Lisnawati diperbarui 15 Mei 2024, 16:20 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2024, 16:03 WIB
Studi: Marah Bisa Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung dan Stroke
Studi: Marah Bisa Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung dan Stroke - Credit: unsplash.com/Carly

Liputan6.com, Jakarta - Para peneliti telah menemukan bahwa kemarahan memiliki efek yang unik dibandingkan emosi negatif umum lainnya, seperti kesedihan atau kecemasan, terhadap kesehatan pembuluh darah.

Meskipun efek tersebut mungkin bisa dibalik dalam jangka pendek, kemarahan yang berulang- ulang berpotensi meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dalam jangka panjang.

Temuan ini dipublikasikan baru-baru ini di Journal of American Heart Association, dan memberikan lebih banyak pencerahan tentang hubungan kompleks antara kesehatan mental dan kesehatan fisik.

"Kami menemukan bahwa kemarahan, namun bukan emosi lain yang kami pelajari, mempunyai dampak buruk bagi kesehatan pembuluh darah," kata seorang Ahli Jantung dan Profesor Kedokteran di Divisi Kardiologi di Amerika Departemen Kedokteran di Columbia University Irving Medical Center, Daichi Shimbo, MD, dan penulis pertama studi tersebut, kepada Healthline.

Sementara itu, Archrekar, MD, MPH, Wakil Ketua Eksekutif Kodekteran di divisi kardiologi di Universitas New Mexico, yang tidak berafiliasi dengan penelitian ini, menyebutkan "luar biasa."

"Mereka telah mengukur cara untuk melihat biologi vaskular kita, seberapa sehat fungsi sel-sel kita, dengan sesuatu yang sangat umum pada manusia: keadaan emosional," katanya.

Tujuan mereka adalah untuk menyelidiki hubungan antara keadaan emosional dan kesehatan sel endotel, yang merupakan indikator kesehatan pembuluh darah secara keseluruhan.

Sel endotel melapisi bagian dalam pembuluh darah dan merupakan mekanisme penting untuk menjaga kesehatan aliran darah ke seluruh tubuh.

"Pembuluh darah kita bukan sekadar saluran; mereka adalah organ aktif yang mengatur dirinya sendiri dan berfungsi untuk meningkatkan atau terkadang memperburuk kesehatan jantung kita secara keseluruhan,” kata Achrekar.

Penelitian melibatkan 280 peserta dewasa

membentak
Ilustrasi orang tua yang sedang marah dan membentak anaknya. (Foto: Unsplash/Julien L)

Penelitian ini melibatkan 280 peserta dewasa sehat yang secara acak melakukan salah satu dari empat "tugas mengingat emosional." Selama ingatan emosional, peserta diminta untuk mengeksplorasi ingatan dan pengalaman yang terkait dengan emosi tertentu.

Dalam kasus ini, peserta diacak berdasarkan "marah," "kecemasan," "sedih" dan "kondisi netral secara emosional."

Setelah sesi tersebut, para peneliti menggunakan kombinasi penanda serologis untuk menilai kesehatan sel endotel. Setelah itu, mereka menguji hiperemia reaktif, atau seberapa cepat pembuluh darah dapat melebar dan memfasilitasi aliran darah setelah oklusi.

Para peneliti menemukan bahwa kemarahan berdampak negatif terhadap kesehatan sel endotel dengan mengganggu kemampuan pembuluh darah untuk melebar, sehingga membatasi aliran darah.

Keadaan gangguan ini bertahan hingga 40 menit setelah latihan mengingat, sebelum kembali ke kondisi awal.

Kemarahan bisa berperan dalam risiko penyakit jantung

Saturasi Oksigen
Ilustrasi Penyakit Jantung Credit: unsplash.com/Emily

Kemarahan memiliki dampak besar pada tubuh dan pikiran, namun cenderung luput dari perhatian dalam diskusi tentang kesehatan mental. Ini adalah emosi yang kuat yang menyentuh jauh ke dalam respons "lawan atau lari" Anda.

"Ini sangat berkaitan dengan ancaman. Ia mengalami ancaman dan menyatakan ancaman kepada orang lain. Hal ini dipicu di dasar otak, amigdala dan menstimulasi gairah simpatik yang mempersiapkan tubuh untuk melawan atau melarikan diri," kata David Spiegel, MD, Associate Chair of Psychiatry & Behavioral Sciences, Director of the Center of on Stress and Behavioral Sciences.

Saat Anda marah, tubuhmu dibanjiri ketekolamin, atau hormon stres. Katakolamin mencakup hal-hal seperti dopamin, epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin).

Hormon-hormon ini menghasilkan perubahan fisiologis yang bisa dideteksi seperti detak jantung yang cepat dan peningkatan tekanan darah.

Sebuah studi terkenal yang diterbitkan oleh para peneliti di Harvard pada tahun 2014 menemukan bahwa setelah ledakan amarah, seseorang berisiko lebih tinggi mengalami kejadian kardiovaskular seperti serangan jantung atu stroke.

Infografis  Apa yang Mempengaruhi Orang Mendiagnosis Sendiri Terkait Kesehatan Mental?
Apa yang Mempengaruhi Orang Mendiagnosis Sendiri Terkait Kesehatan Mental?(Liputan6.com/Abdillah).
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya