Indonesia- Singapura Gelar Latihan Bahaya Ranjau

TNI AL dan Republic of Singapura Navy menggelar latihan kerjasama bilateral untuk mengatasi bahaya ranjau pada pelayaran internasional.

oleh Liputan6 diperbarui 25 Jul 2013, 11:57 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2013, 11:57 WIB
130725branjau.jpg
Citizen6, Surabaya: Indonesia sebagai negara kepulauan yang banyak berbatasan dengan negara tetangga, perlu menjalin kerjasama bilateral maupun multilateral khususnya dalam bidang militer agar keamanan kawasan tetap terjaga. Hal ini disebabkan wilayah perairan Indonesia memiliki potensi kerawanan terhadap berbagai bentuk dan jenis ancaman melalui laut.

Salah satu ancaman yang paling berbahaya di laut adalah bahaya ranjau, terutama jika terjadi pada jalur-jalur strategis yang berhubungan dengan alur pelayaran internasional. Salah satu bentuk kerjasama untuk mengatasi ancaman tersebut adalah dengan latihan bahaya ranjau yang digelar antara TNI AL dan Republic of Singapura Navy (RSN), pada 1 hingga 8 Juli 2013 di Changi Naval Base dan Perairan timur Pulau Bintan dengan sandi Joint Minex 16/2013.

Satuan Kapal Ranjau (Satran) Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) yang mempunyai kemampuan dalam menyelenggarakan peperangan ranjau turut serta dan berperan aktif dalam Latma bilateral Joint Minex 16/2013 ini. Latihan dibuka oleh Commander Maritime Security Task Force (MSTF) Rear Admiral (RADM) Harris Chan dan dihadiri oleh delegasi angkatan laut Indonesia dan Singapura di Changi Naval Base (CNB).

Latihan Joint Minex 16/2013 melibatkan 3 KRI dari TNI AL yaitu KRI Pulau Rengat-711, KRI Pulau Rupat-712 dari
Satran Koarmatim, dan KRI Pulau Rangsang-727 dari Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar). Sedangkan dari pihak AL Singapura melibatkan 2 kapal perangnya, yaitu RSS Bedok (M-105) dan RSS Punggol (M-108).

Joint Minex 16/2013 ini bertujuan untuk memperkuat hubungan dan meningkatkan kerja sama, interoperabilitas (kemampuan berbagai ragam sistem untuk bekerja sama) serta pemahaman antara TNI AL dan RSN, khususnya mengenai peperangan ranjau serta pertukaran informasi tentang kemampuan dan perkembangan teknologi dari masing-masing negara. Sekaligus sebagai wadah untuk menguji doktrin Taktik Peperangan Ranjau (TPR) dan peranjauan serta kemampuan alat utama (Alut), peralatan dan personel Satran Koarmatim dan Koarmabar secara terintegrasi untuk mendapatkan kemampuan peperangan ranjau yang optimal.

Dalam latihan ini peserta latihan juga mendapatkan cakrawala baru tentang kemampuan dan peralatan peperangan ranjau yang dimiliki oleh masing-masing negara, serta kesempatan praktek melaksanakan kerjasama taktis perlawanan ranjau. Di antaranya meliputi kegiatan exploratory hunting, clearance hunting, mineshape recovery (Diving ops), dan MDC firing antar dua negara melalui manuver lapangan. (Dispenarmatim).

Dispenarmatim adalah pewarta warga.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, Ramadan atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media, kuliner dan lainnya ke citizen6@liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya