Citizen6, Jakarta: Lembaga Riset Frost & Sullivan memprediksi angka penjualan kendaraan Low Cost Green Car (LCGC) tahun ini mencapai 1,31 juta unit.
Sementara itu angka penjualan mobil pada Januari 2014 telah mengalami kenaikan dan mencapai 107.496 unit. Mengenai LCGC ini semuanya bergantung dari bagaimana sudut pandang kita. Jika dilihat dari aspek ekonomi tentu saja menunjukkan bahwa di Indonesia ekonominya sedang tumbuh. Salah satu indikatornya yaitu terjadi peningkatan daya beli masyarakat terhadap kendaraan roda empat.
Lain lagi jika kita melihat dari aspek sosial kemasyarakatan. Dengan bertambah banyaknya kendaraan roda empat maka secara logika pasti akan semakin bertambah pula kemacetan di negeri ini.
Sehubungan dengan hal ini, Gubernur DKI Jokowi menolak keberadaan LCGC di Jakarta, karena akan membuat ibu kota semakin macet. Jokowi juga menyindir Menteri Keuangan Chatib Basri yang justru tidak memberi insentif untuk Bus Transjakarta, tetapi untuk LCGC malah diberi insentif. Hampir senada dengan pernyataan Gubernur DKI, Presiden SBY juga menyesalkan terjadinya salah kaprah mengenai kebijakan LCGC ini.
Presiden menegaskan, kebijakan mobil murah untuk diterapkan bagi angkutan pedesaan yang ramah lingkungan. Bukan untuk kepentingan perusahaan-perusahan otomotif yang akan berlomba-lomba memenuhi kebutuhan mobil pribadi. Kebijakan mobil murah yang dimaksud SBY adalah untuk memikirkan angkutan di pedesaan yang diharapkan ramah lingkungan dan akan membawa kebaikan.
"Bukan mobil-mobil kebutuhan pribadi," pernyataan SBY pada salah satu media.
Ada pernyataan menarik dari Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa yakni "Kalau seandainya kita tidak melakukan ini. Indonesia tidak ambil ini. Maka ini akan dikembangkan di negara ASEAN yang lain. Pada 2015 kita hadapi ASEAN Economic Community. Kita menjadi pasar tunggal. Kita mau jadi basis industri. Maka keberadaan LCGC ini harus," ucap Hatta pada media.
Menurut hemat saya, semestinya pemerintah dapat memikirkan matang-matang sebelum mengambil kebijakan. Boleh saja negara ini berambisi untuk menjadi basis industry otomotif di Asean, tetapi pada kenyataannya di lapangan, apa pemerintah dapat menjamin mobil impor tidak akan masuk ke Indonesia? Bagaimana pula dengan kemacetan, yang tidak hanya terjadi di Jakarta saja tapi juga di daerah-daerah lain? Semoga pemerintah dapat lebih bijaksana dalam membuat kebijakan.
Sekadar masukan bagi pemerintah agar koordinasi dan komunikasi antara Presiden dengan bawahannya lebih baik lagi. Tujuannya supaya tidak terjadi saling menyalahkan antara satu dengan yang lainnya. Kita tunggu saja perkembangan masalah ini nantinya. (mar)
Penulis:
Okky Zulindra
Jakarta
Baca juga:
Gelombang Nasionalisme Pemuda Indonesia
Otonomi Daerah dan Pemekaran Wilayah yang Kebablasan
Media Massa Jangan Terpancing Manuver Politisi
Disclaimer:
Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.
Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Mulai 7 Januari sampai 7 Februari 2014 Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan tema "Warga Mengadu". Ada hadiah dari Liputan6.com dan Dyslexis Cloth bagi 6 artikel terpilih. Caranya bisa disimak di sini.
Sementara itu angka penjualan mobil pada Januari 2014 telah mengalami kenaikan dan mencapai 107.496 unit. Mengenai LCGC ini semuanya bergantung dari bagaimana sudut pandang kita. Jika dilihat dari aspek ekonomi tentu saja menunjukkan bahwa di Indonesia ekonominya sedang tumbuh. Salah satu indikatornya yaitu terjadi peningkatan daya beli masyarakat terhadap kendaraan roda empat.
Lain lagi jika kita melihat dari aspek sosial kemasyarakatan. Dengan bertambah banyaknya kendaraan roda empat maka secara logika pasti akan semakin bertambah pula kemacetan di negeri ini.
Sehubungan dengan hal ini, Gubernur DKI Jokowi menolak keberadaan LCGC di Jakarta, karena akan membuat ibu kota semakin macet. Jokowi juga menyindir Menteri Keuangan Chatib Basri yang justru tidak memberi insentif untuk Bus Transjakarta, tetapi untuk LCGC malah diberi insentif. Hampir senada dengan pernyataan Gubernur DKI, Presiden SBY juga menyesalkan terjadinya salah kaprah mengenai kebijakan LCGC ini.
Presiden menegaskan, kebijakan mobil murah untuk diterapkan bagi angkutan pedesaan yang ramah lingkungan. Bukan untuk kepentingan perusahaan-perusahan otomotif yang akan berlomba-lomba memenuhi kebutuhan mobil pribadi. Kebijakan mobil murah yang dimaksud SBY adalah untuk memikirkan angkutan di pedesaan yang diharapkan ramah lingkungan dan akan membawa kebaikan.
"Bukan mobil-mobil kebutuhan pribadi," pernyataan SBY pada salah satu media.
Ada pernyataan menarik dari Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa yakni "Kalau seandainya kita tidak melakukan ini. Indonesia tidak ambil ini. Maka ini akan dikembangkan di negara ASEAN yang lain. Pada 2015 kita hadapi ASEAN Economic Community. Kita menjadi pasar tunggal. Kita mau jadi basis industri. Maka keberadaan LCGC ini harus," ucap Hatta pada media.
Menurut hemat saya, semestinya pemerintah dapat memikirkan matang-matang sebelum mengambil kebijakan. Boleh saja negara ini berambisi untuk menjadi basis industry otomotif di Asean, tetapi pada kenyataannya di lapangan, apa pemerintah dapat menjamin mobil impor tidak akan masuk ke Indonesia? Bagaimana pula dengan kemacetan, yang tidak hanya terjadi di Jakarta saja tapi juga di daerah-daerah lain? Semoga pemerintah dapat lebih bijaksana dalam membuat kebijakan.
Sekadar masukan bagi pemerintah agar koordinasi dan komunikasi antara Presiden dengan bawahannya lebih baik lagi. Tujuannya supaya tidak terjadi saling menyalahkan antara satu dengan yang lainnya. Kita tunggu saja perkembangan masalah ini nantinya. (mar)
Penulis:
Okky Zulindra
Jakarta
Baca juga:
Gelombang Nasionalisme Pemuda Indonesia
Otonomi Daerah dan Pemekaran Wilayah yang Kebablasan
Media Massa Jangan Terpancing Manuver Politisi
Disclaimer:
Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.
Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Mulai 7 Januari sampai 7 Februari 2014 Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan tema "Warga Mengadu". Ada hadiah dari Liputan6.com dan Dyslexis Cloth bagi 6 artikel terpilih. Caranya bisa disimak di sini.