Liputan6.com, Jakarta Pergerakan pasar kripto dalam seminggu terakhir, cukup membuat wajah investor muram dan senyum dalam waktu yang berdekatan. Membuka awal pekan ini, pasar sempat menghijau, tapi tak lama anjlok dan menjelang akhir pekan kembali positif.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Minggu (5/6/2022) pagi, secara umum pasar crypto berkinerja apik. 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar berhasil melaju ke zona hijau dalam 24 jam terakhir.
Baca Juga
Seperti, Bitcoin (BTC) berhasil tumbuh tipis 0,47 persen dalam sehari terakhir dan kini berada di USD 29.856,73 atau sekitar Rp 430,9 juta. Sementara itu, nilai Ethereum (ETH) naik 1,72 persen ke USD 1.806,21 di waktu yang sama.
Advertisement
Meskipun begitu, secara keseluruhan Bitcoin sendiri masih berada di kisaran USD 29.000 hingga USD 30.000 sepanjang pekan pertama Juni 2022. Altcoin lainnya pun ikut menguat meski dengan angka yang tak begitu signifikan.
Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, mengatakan stabilnya pasar kripto di akhir pekan pertama Juni ini, mengikuti pergerakan yang terjadi di pasar saham. Laju kencang indeks saham AS berimbas pada market kripto yang kembali bergairah, sehingga investor percaya diri untuk melakukan aksi beli.
"Ada kecenderungan investor kini kembali tergugah masuk ke pasar aset berisiko. Hal ini sejalan dengan tren positif di pasar saham. Namun, ada kemungkinan ini tidak akan berlangsung lama. Market kripto belum memiliki sentimen yang kuat untuk reli kencang dalam waktu dekat," kata Afid dalam keterangan tertulis dikutip Minggu (5/6/2022).
Bisa Saja Berumur Pendek
Namun, Afid memperingatkan kinerja pasar kripto yang mulai stabil ini, bisa saja kembali berumur pendek. Sentimen pasar pun masih terpantau bearish akibat situasi makroekonomi yang tidak menentu.
Investor masih dihadapkan pada ancaman resesi ekonomi, kebijakan moneter agresif The Fed, dan inflasi yang meroket.
Dari sisi analisis teknikal, harga-harga kripto masih bergerak di rentang harga yang sangat pendek dan bahkan belum sukses menembus level resistance-nya. Seperti, Bitcoin harus menyentuh level USD 33.500 untuk memulai fase bullish-nya.
"Jika Bitcoin tidak mampu mempertahankan level saat ini atau kembali menembus harga di atas USD 30.000, maka akan melanjutkan periode bearish-nya, di pemberhentian pertama di level USD 28.630. Namun, jika harga rebound dari USD 28.600, BTC dapat kembali mencoba reli ke USD 32.659," jelas Afid.
Advertisement
Prediksi harga Bitcoin turun ke level USD 14.000
Kontributor CryptoQuant, Venturefounder, menyebutkan jika ditilik dari pola historis setelah siklus halving Bitcoin sebelumnya, maka harga terendah makro BTC saat ini berada di level USD 14.000 hingga USD 21.000. Ia menganalisis kemungkinan level tersebut akan terbentuk di enam bulan ke depan.
“Dalam 670 hari ke depan, BTC akan menyerah dalam 6 bulan ke depan dan mencapai titik terendah (USD 14.000-USD 21.000), kemudian memotong sekitar USD 28.000 hingga USD 40.000 di sebagian besar 2023 dan berada di USD 40.000 lagi setelah halving berikutnya (2024),” tulis Venturefounder di akun Twitter-nya.
Prediksi ini tentu bukan kabar baik bagi investor Bitcoin dan kripto secara umum, namun hal ini sangat mungkin untuk terjadi. Data menunjukan jika setelah halving harga BTC memang akan mengalami penurunan.
Contoh, satu tahun setelah halving di 2017 Bitcoin raih harga tertinggi sepanjang masa (ATH) di kisaran angka USD 20.000, di Desember 2018 Bitcoin sempat turun ke USD 3.100 dan baru berhasil pulih tujuh bulan sesudahnya ke angka USD 13.800. Selanjutnya kembali turun ke harga USD 3.600 di Maret 2020 saat pandemi COVID-19 menerjang dunia.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.