Liputan6.com, Jakarta - Banyak perusahaan dan individu bertaruh metaverse, akan memiliki peran penting di masa depan pekerjaan, memungkinkan orang untuk menyelesaikan tugas dari jarak jauh.
Dilansir dari Bitcoin.com Kamis (23/6/2022), penelitian terbaru yang dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Coburg, Universitas Cambridge, Universitas Primorska, dan Microsoft Research, menunjukkan gambaran yang berbeda tentang masalah ini.
Laporan yang berjudul “Quantifying the Effects of Working in VR for One Week” atau yang berarti “Mengukur Efek Bekerja di VR selama Satu Minggu” membandingkan kinerja 16 pekerja berbeda yang mengembangkan tugas mereka di lingkungan normal dan dalam pengaturan metaverse umum selama 40 jam kerja seminggu.
Advertisement
Hasilnya sebagian besar negatif dan belum optimal yang mengisyaratkan kemungkinan metaverse saat ini masih terlalu terbatas untuk mendukung aplikasi berbasis kerja.
Menurut penelitian, orang-orang melaporkan hasil negatif dengan menggunakan pengaturan metaverse, mengalami 42 persen lebih banyak frustrasi, 11 persen lebih banyak kecemasan, dan hampir 50 persen lebih banyak ketegangan mata jika dibandingkan dengan pengaturan kerja normal mereka.
Penelitian itu lebih dalam menjelaskan, subjek juga mengatakan mereka merasa kurang produktif secara keseluruhan. Juga, 11 persen dari peserta tidak dapat menyelesaikan bahkan satu hari percobaan kerja, karena beberapa faktor termasuk migrain yang terkait dengan pengaturan alat Virtual Reality (VR) dan kurangnya kenyamanan saat menggunakannya.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Hasil Penelitian Terkait Metaverse
Teknologi Metaverse saat ini terkait dengan teknologi game dan hiburan, tetapi salah satu aplikasi masa depan yang penting dari industri ini diyakini memungkinkan kerja jarak jauh.
Dalam studi terbaru yang dilakukan oleh Globant, sebuah perusahaan perangkat lunak Argentina, 69 persen dari yang disurvei menyatakan teknologi metaverse akan memainkan peran penting dalam aplikasi itu.
Namun, hasil penelitian menunjukkan teknologi saat ini akan mempersulit pekerjaan Tetapi tidak semuanya negatif, penelitian ini juga menemukan peserta mampu mengatasi keterbatasan teknologi metaverse dan ketidaknyamanan awal saat penelitian berlangsung.
Tim di belakang penelitian menyerukan penyelidikan lebih dalam terkait dengan efek jangka panjang pekerjaan produktif dalam penyiapan VR pada masa mendatang.
Advertisement
Garap Proyek Metaverse Indonesia, Grup WIR Usung Kearifan Lokal
Sebelumnya, PT WIR Asia Tbk (Grup WIR), perusahaan berbasis teknologi Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR) dan Artificial Intelligence (AI) yang telah mendalami industri ini sejak 2009 tengah menggarap proyek Metaverse Indonesia.
Proyek metaverse ini digadang-gadang akan membawa kearifan lokal Indonesia dan akan ditampilkan pada presidensi G20 nanti.
Direktur Utama Grup WIR, Michel Budi menuturkan, dengan adanya metaverse ini cara komunikasi bisa berubah dan lebih ekspresif.
"Jika di era sekarang kita komunikasi via chat menggunakan emoji, nanti di metaverse kita akan saling mengirim avatar yang tentunya lebih ekspresif dan komplit," jelas Michel dalam panel diskusi dengan tema "Indonesia to Enter The Metaverse - What's In It For Us?" yang diselenggarakan Grup WIR, Jumat, 10 Juni 2022.
Selain itu Michel menuturkan, tren metaverse akan semakin berkembang sejalan dengan perusahaan teknologi yang mulai mengeluarkan device dengan harga-harga terjangkau.
"Mungkin lama-lama harga device tersebut bisa seharga handphone," ujar Michel.
Keamanan di Metaverse Indonesia
Chief Metaverse Officer Grup WIR, Stephen NG mengungkapkan keamanan di Metaverse Indonesia menjadi prioritas pihaknya.
"Metaverse Indonesia dibangun dengan kearifan lokal, risiko yang akan timbul sejak awal sudah kami pikirkan. Dalam metaverse bisa saja satu orang memiliki avatar yang berbeda. Maka dari itu kami bekerja sama dengan berbagai pihak agar bisa tahu siapa orang di balik avatar tersebut," ujar Stephen.
"Kita juga meminta dukungan dari Kominfo agar Metaverse Indonesia diisi dengan konten-konten positif," lanjut Stephen.
Kontribusi Metaverse di Indonesia
Adapun Stephen menjelaskan nantinya di Metaverse Indonesia para pengguna tidak datang hanya sebagai konsumen tetapi juga bisa sebagai kreator
"Maka dari itu kita ajak anak-anak muda agar nanti bisa membuat konten edukatif. Banyak pihak yang ingin bekerja sama dengan kita untuk membuat konten edukasi untuk anak-anak," kata Stephen.
Kontribusi Metaverse Indonesia
Berkembangnya teknologi metaverse di Indonesia menurut Michel dapat berkontribusi bagi kehidupan di dunia nyata dan kemajuan ekonomi di Indonesia.
"Contoh kasusnya kami sempat membuat toko virtual untuk orang-orang berjualan dengan konsep metaverse secara kecil seperti franchise, itu salah satu kasus kontribusi metaverse," ujar Michel.
"Begitu juga dengan sektor edukasi. Metaverse dapat memberikan informasi secara real time sehingga manfaatnya langsung dirasakan, pungkas Michel.
Sebelumnya, Grup WIR belum lama ini bekerja sama dengan aplikasi edukasi, CAKAP untuk menghadirkan sektor edukasi di metaverse.
Proyek tersebut dibawa oleh Grup WIR untuk ditampilkan di Indonesia Pavilion pada acara World Economy Forum di Davos.
Advertisement