Mengenal Toncoin, Kripto Besutan Telegram yang Sempat Ditinggalkan

Toncoin (TON) adalah blockchain layer-1 terdesentralisasi yang dikembangkan pada 2018 oleh platform pesan terenkripsi Telegram.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 12 Nov 2022, 16:36 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2022, 16:36 WIB
Ilustrasi Mata Uang Kripto atau Crypto. Foto: Freepik/Pikisuperstar
Ilustrasi Mata Uang Kripto atau Crypto. Foto: Freepik/Pikisuperstar

Liputan6.com, Jakarta - Toncoin (TON) terpantau diperdagangkan pada posisi Rp 23,28 dengan volume perdagangan 24 terakhir sebesar Rp 117,68 miliar.

Mengutip coinmarketcap, Sabtu (12/11/2022), Toncoin turun 4,38 dalam 24 jam terakhir. Peringkat CoinMarketCap pada posisi 29, dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 28,44 triliun. Terjadi peredaran suplai sebesar 1.221.401.181 TON koin dan maksimal suplai mencapai 5 miliar TON koin.

Toncoin (TON) adalah blockchain layer-1 terdesentralisasi yang dikembangkan pada 2018 oleh platform pesan terenkripsi Telegram.

Proyek ini kemudian ditinggalkan dan diambil alih oleh TON Foundation, lalu berganti nama dari ‘Telegram Open Network’ menjadi ‘The Open Network’.

Sejak 2020, teknologi telah berkembang berkat kelompok pendukung non-komersial dan komunitas penggemar independen yang menyebut diri mereka TON Foundation. Toncoin, sebelumnya dikenal sebagai Gram, yakni kripto asli dari jaringan TON.

Ide awalnya adalah untuk mengintegrasikan TON ke dalam aplikasi yang mudah digunakan yang memungkinkan pengguna untuk membel, mengirim, atau menyimpan dana.

Klien membayar biaya transaksi dan menyelesaikan pembayaran atau memvalidasi transaksi menggunakan TON. Toncoin menggunakan model konsensus kepemilikan (proof of stake/PoS) untuk skalabilitas dan keandalan jaringan.

Menurut situs web proyek, platform ini menyediakan layanan pembayaran yang cepat, transparan, dan aman kepada pelanggannya, serta memfasilitasi transaksi dengan biaya minimal dan aplikasi pihak ketiga. TON menonjol karena pemrosesan atau validasi transaksi per detik (transactions per second/TPS) yang cepat.

Pada September 2021, jaringan memproses rekor dunia saat itu sebesar 55 ribu TPS selama kontes, meskipun TPS saat ini bisa mencapai ratusan ribu atau bahkan jutaan. Fitur ini memungkinkan proyek untuk berkembang pesat sambil menghindari kerugian kinerja. Pada saat yang sama, proyek tidak merusak lingkungan.

 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Siapa Pendiri Toncoin?

Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital.
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Awalnya, platform blockchain dibuat oleh saudara Nikolai dan Pavel Durov, dan dikembangkan oleh tim Telegram. Telegram berencana untuk meluncurkan token on chain yang disebut Gram dan membangun platform untuk aplikasi terdesentralisasi (dApps).

Gram mendapat banyak perhatian dan mulai menimbulkan masalah. Pengembangannya dilarang oleh Komisi Sekuritas dan Bursa AS (Securities and Exchange Commission/SEC). Gram dianggap sekuritas, dan SEC melarang pelepasan token Gram.

Tim Telegram membawa TON ke kondisi produk yang hampir lengkap. Namun, pada 2020, CEO Telegram, Pavel Durov, meninggalkan proyek tersebut dan pengembangannya diserahkan kepada penggemar kripto independen.

Sejak awal, proyek ini dibuat sebagai kode sumber terbuka sehingga siapapun dapat melanjutkan pengembangan. Jaringan saat ini diluncurkan dan dikembangkan oleh Anatoliy Makosov dan Kirill Emelianenko, anggota komunitas yang disebut NewTON (Yayasan TON).

TON memiliki struktur multilevel yang dibangun berdasarkan prinsip sharding atau segmentasi (blockchain dalam blockchain). Fitur sharding melibatkan penggunaan beberapa subnet (pecahan) pada blockchain yang sama, di mana setiap pecahan memiliki tujuan tertentu. Ini memungkinkan jaringan untuk menghindari akumulasi blok yang tidak diverifikasi dan mempercepat tugas.

 

 

Jaringan TON

Aset Kripto
Perkembangan pasar aset kripto di Indonesia. foto: istimewa

Jaringan TON terdiri dari rantai master, work, dan shard. Pengembang fokus pada skalabilitas, efisiensi, dan adopsi massal. Karena interaksi antar segmen yang terjalin dengan baik, jaringan menyediakan transaksi yang sangat cepat, memverifikasi dan memproses sejumlah besar TPS.

Jaringan TON menawarkan beberapa layanan. Seperti TON Wallets yang berfungsi sebagai dompet built-in yang dirancang untuk mentransfer dana dan berinteraksi dengan layanan platform. Layanan itu menawarkan dua kategori dompet, kustodian dan non-kustodian.

Layanan lainnya, TON memungkinkan pengembang untuk membuat berbagai dApps sementara pengguna dapat mengakses aplikasi pihak ketiga melalui antar muka yang ramah pengguna. Kemudian ada TON Storage yang menawarkan manfaat enkripsi pribadi menggunakan kunci pribadi dari dompet pemilik.

Tak hanya itu, ada layanan TON Proxy yang menggunakan semua komponen platform dan memungkinkan klien untuk mengakses blockchain TON melalui VPN terdesentralisasi.

Kemudian TON DNS (decentralized name system) memungkinkan situs web tradisional bekerja di jaringan TON, memungkinkan pengguna untuk menetapkan nama yang pendek dan mudah dibaca.

 

Regulator AS Selidiki FTX Terkait Dugaan Salah Menangani Dana Pelanggan

Ilustrasi aset kripto, mata uang kripto, Bitcoin, Ethereum, Ripple
Ilustrasi aset kripto, mata uang kripto, Bitcoin, Ethereum, Ripple. Kredit: WorldSpectrum via Pixabay

Sebelumnya, di tengah krisis likuiditas yang dialami pertukaran kripto FTX dan gagalnya akuisisi dari Binance untuk membantu. Sekarang, FTX menghadapi regulator AS yang sedang mencari tahu apakah FTX berpotensi salah menangani dana pelanggan di platformnya.

Dilansir dari Yahoo Finance, Jumat (11/11/2022), Komisi Sekuritas AS (SEC) dan Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas (CFTC) sedang menyelidiki hubungan FTX dengan entitas saudaranya Alameda Research serta dengan FTX AS. 

Investigasi ini belum diungkapkan kepada publik, tetapi telah dimulai berbulan-bulan yang lalu sebagai penyelidikan terhadap FTX AS dan aktivitas pinjaman kripto-nya, menurut laporan bloomberg. Namun penyelidikan ini diperluas terkait kasus baru yang menimpa FTX. 

Alameda Research, sebuah perusahaan perdagangan kripto yang dijalankan oleh kepala FTX Sam Bankman-Fried, tertangkap di mata badai minggu ini ketika keuangan neraca yang bocor mengungkapkan hubungan dekat yang tidak biasa dengan FTX melalui token FTT asli bursa. 

Changpeng Zhao, kepala eksekutif Binance, mengirimkan gelombang kejutan di Twitter ketika dia menulis perusahaannya, sebagai investor awal di FTX dan pemegang besar tokennya, akan melikuidasi posisinya di FTT.

Sejak serangkaian Tweet itu, pemegang FTT Coin telah berbondong-bondong menjual token mereka. Zhao mengklaim Bankman-Fried kemudian memanggilnya, meminta Binance untuk menyelamatkan perusahaannya yang bermasalah.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya