Harga Kripto Hari Ini 5 Oktober 2023: Bitcoin dan XRP Pimpin Penguatan

Pasar kripto masih bergerak beragam pada perdagangan Kamis (5/10/2023).

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 05 Okt 2023, 06:04 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2023, 06:04 WIB
Harga Kripto Hari Ini 5 Oktober 2023: Bitcoin dan XRP Pimpin Penguatan
Harga Bitcoin dan kripto teratas lainnya terpantau alami pergerakan yang beragam pada Kamis, (5/10/2023). (Foto: Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin dan kripto teratas lainnya terpantau alami pergerakan yang beragam pada Kamis, (5/10/2023). Mayoritas kripto jajaran teratas terpantau kembali berada di zona merah.

Berdasarkan data dari Coinmarketcap, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) kembali menguat 1,58 persen dalam 24 jam dan 5,49 persen sepekan.

Saat ini, harga bitcoin berada di level USD 27.758 per koin atau setara Rp 432,9 juta (asumsi kurs Rp 15.596 per dolar AS).

Ethereum (ETH) masih melemah. ETH turun 0,22 persen sehari terakhir, tetapi masih menguat 3,24 persen sepekan. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level Rp 25,68 juta per koin. 

Kripto selanjutnya, Binance coin (BNB) kembali menguat. Dalam 24 jam terakhir BNB naik 0,19 persen dan 0,89 persen sepekan. Hal itu membuat BNB dibanderol dengan harga Rp 3,33 juta per koin. 

Kemudian kripto Cardano (ADA) kembali berada di zona merah. ADA ambles 0,46 persen dalam 24 jam terakhir, tetapi masih menguat 6,07 persen sepekan. Dengan begitu, ADA berada pada level Rp 4.053 per koin.

Adapun Solana (SOL) kembali melemah. SOL merosot 0,84 persen dalam sehari, tetapi masih menguat 22,42 persen sepekan. Saat ini, harga SOL berada di level Rp 362.925 per koin.

XRP terpantau kembali berada di zona hijau. XRP menguat 4,15 persen dalam 24 jam dan 6,43 persen sepekan. Dengan begitu, XRP kini dibanderol seharga Rp 8.313 per koin. 

Koin Meme Dogecoin (DOGE) turut memerah. Dalam satu hari terakhir DOGE turun 0,01 persen tetapi masih menguat 1,64 persen sepekan. Ini membuat DOGE diperdagangkan di level Rp 957,56 per token.

Kripto hari ini stablecoin Tether (USDT) dan USD coin (USDC) sama-sama menguat 0,01 persen. Hal tersebut membuat harga keduanya masih bertahan di level USD 1,00

Sedangkan Binance USD (BUSD) menguat 0,01 persen dalam 24 jam terakhir, membuat harganya masih berada di level USD 1,00.

Adapun untuk keseluruhan kapitalisasi pasar kripto hari ini berada di level USD 1,08 triliun atau setara Rp 16.851 triliun. 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pasar Kripto Masih Belum Stabil Sejak Keruntuhan FTX

Ilustrasi Kripto (Foto: Traxer/unsplash)
Ilustrasi Kripto (Foto: Traxer/unsplash)

Sebelumnya diberitakan, pasar mata uang kripto global masih mengalami kerusakan parah setelah jatuhnya bursa kripto FTX dan pemain besar lainnya tahun lalu, dengan harga, volume, dan investasi modal ventura kripto jauh di bawah puncaknya pada 2021.

Mantan CEO FTX, Sam Bankman-Fried, diadili di New York pada Selasa, 3 September 2023 didakwa dengan tujuh tuduhan penipuan dan konspirasi yang berasal dari keruntuhan mendadak bursa pada November 2022. 

Dilansir dari Yahoo Finance, Rabu (4/10/2023), FTX adalah salah satu dari serangkaian kehancuran industri yang menyebabkan bitcoin jatuh ke harga terendah sejak 2020. Meskipun bitcoin dan token utama lainnya telah pulih sebagian, sektor ini masih jauh dari puncaknya yang melanda pada akhir 2021.

Gerak Harga Bitcoin Usai Keruntuhan FTX

Bitcoin, sejauh ini merupakan mata uang kripto terbesar dan barometer utama sentimen pasar kripto, telah bangkit kembali sekitar 37 persen sejak 1 November 2022. 

Mata uang kripto ini melonjak tinggi pada 2021, mencapai rekor USD 69.000 atau setara Rp 1 miliar (asumsi kurs Rp 15.596 per dolar AS) pada November tahun itu. 

 


Bitcoin Melemah

Ilustrasi kripto (Foto: Kanchanara/Unsplash)
Ilustrasi kripto (Foto: Kanchanara/Unsplash)

Namun ketika bank sentral mulai menaikkan suku bunga pada awal 2022, aset berisiko seperti mata uang kripto mulai merasakan dampaknya karena investor mencari keuntungan yang lebih baik di tempat lain.

Bitcoin kehilangan lebih dari 65 persen nilainya tahun lalu, terpukul oleh jatuhnya stablecoin terraUSD, yang menyebabkan dana lindung nilai Singapura Three Arrows Capital mengajukan kebangkrutan dan menyebabkan kekacauan yang lebih luas di pasar kripto.

Beberapa perusahaan lain juga bangkrut, tetapi jatuhnya FTX mendorong bitcoin di bawah USD 16.000 atau setara Rp 249,5 juta pada November tahun lalu. Bitcoin kembali terpukul awal tahun ini ketika Silvergate Bank, mitra populer perusahaan kripto di AS, mengatakan akan ditutup.

 


Mantan Bos Kripto Terra Do Kwon Akui Palsukan Volume Perdagangan

Ilustrasi Kripto, Crypto atau Cryptocurrency. Foto: Freepik/Frimufilms
Ilustrasi Kripto, Crypto atau Cryptocurrency. Foto: Freepik/Frimufilms

Sebelumnya, mantan bos kripto perusahaan Terra Labs, Do Kwon, mengaku memalsukan volume perdagangan, menurut dokumen pengadilan dari Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC).

Pengajuan SEC pada  22 September menunjukkan pertukaran pesan teks antara Do Kwon dan Daniel Chin, pendiri aplikasi pembayaran Chai, di mana Do Kwon mengatakan kepadanya hanya bisa membuat transaksi palsu yang terlihat nyata yang akan menghasilkan biaya.

Chai bermitra dengan Terra Do Kwon untuk mempercepat pembayaran. Namun tahun lalu, Terra bangkrut dan kini SEC menuduh Do Kwon melakukan penipuan. 

Dalam gugatan SEC terhadap Terra, agensi tersebut menuduh kemitraan tersebut tidak seperti yang dipasarkan kepada pengguna dan Terra tidak pernah menggantikan sistem pembayaran Chai.

Tuduhan tersebut merupakan tuduhan yang besar mengingat pendiri Chai, Daniel Shin, juga mendirikan Terraform bersama Kwon pada 2018. 

Dalam sebuah pernyataan di Twitter, CEO Terraform Labs Chris Amani menolak pesan teks yang bocor itu dan menyebutnya tidak memberatkan. 

"Ini adalah percakapan pribadi, tentang perlunya meningkatkan validator untuk memastikan keamanan rantai. Di banyak rantai kosmos saat ini, hal itu dilakukan melalui imbalan inflasi. Terra hanya mengandalkan biaya sehingga mereka membutuhkan cara lain untuk melakukannya,” kata Amani, dikutip dari Decrypt, Selasa (3/10/2023).

Pada 2019, Terra mengumumkan kemitraannya dengan Chai, menulis dalam postingan blog mereka akan membangun kembali tumpukan pembayaran di blockchain untuk menyederhanakan sistem pembayaran lama dan memberikan biaya transaksi dengan harga diskon kepada pedagang.

 

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya