Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi baru-baru ini mengenai kejahatan yang didukung oleh teknologi Kecerdasan Buatan (AI) dalam ekosistem aset mata uang kripto, mengungkapkan bahwa sebagian besar ancaman terkait AI di dunia kripto masih terbilang baru.
Mengutip News.bitcoin.com, Selasa (11/6/2024) laporan studi yang disusun oleh Elliptic menunjukkan bahwa para pemangku kepentingan dapat memitigasi penyalahgunaan AI terhadap kripto dengan melakukan respons awal yang terukur, sebelum ancaman-ancaman tersebut menjadi semakin umum.
Baca Juga
Studi Elliptic pun menyoroti meningkatnya penggunaan AI generatif dalam penipuan mata uang kripto sebagai jenis kejahatan yang dapat diatasi secara kolaboratif oleh para profesional kripto dan penegak hukum.
Advertisement
Tak hanya itu, laporan Elliptic juga menunjukkan peningkatan jumlah penjahat yang memanfaatkan teknologi untuk menciptakan apa yang disebut token AI.
Data menunjukkan lonjakan token yang menampilkan kata kunci terkait AI, dengan banyak (sekitar 4.500) hadir di BNB Smart Chain. Data tersebut juga menunjukkan bahwa sebagian besar token terkait AI lebih banyak menggunakan istilah GPT daripada Open AI atau Bard.
Kejahatan yang meluas
Selain kripto, studi ini juga menyoroti peningkatan kemampuan pelaku kejahatan baru-baru ini. yang melibatkan deepfake yang dibuat oleh AI terhadap tokoh-tokoh terkenal seperti Elon Musk.
Dalam salah satu penggunaan deepfake, oknum di dunia maya membuat video yang menampilkan mantan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong seolah-olah mendukung penipuan mata uang kripto.
Selain itu, deepfake yang meniru mantan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dan Lai Ching-te juga telah digunakan.
Â
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Â
Potensi Eksploitasi
Â
Laporan tersebut mencatat bahwa model AI, seperti Chatgpt, yang mampu mendeteksi kerentanan dalam kontrak pintar, kini dieksploitasi oleh oknum untuk melakukan pencurian mata uang kripto.
Elliptic menyebutkan, peretas yang didukung Korea Utara adalah salah satu dari mereka yang berupaya menggunakan AI untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam melakukan perampokan skala besar.
"Oknum-oknum negara yang berbasis di Korea Utara telah dikaitkan dengan lebih dari 60 perampokan mata uang kripto oleh PBB, mencuri lebih dari USD 3 miliar kripto antara tahun 2017 dan 2023. Laporan terbaru dan penilaian ancaman di masa depan menunjukkan bahwa kelompok-kelompok Korea Utara beralih ke AI untuk meningkatkan kemampuan peretasan,"Â Â kata laporan Elliptic.Â
Advertisement
Pentingnya Kolaborasi Antara Pemangku Kepentingan
Sementara itu, laporan tersebut memperingatkan bahwa keberhasilan dalam membendung ancaman-ancaman ini bergantung pada tingkat kolaborasi di antara berbagai pemangku kepentingan.
Pemangku kepentingan yang teridentifikasi termasuk penyelidik, penegak hukum, profesional kepatuhan kripto, pengguna AI dan kripto, pengembang teknologi, serta pembuat kebijakan dan regulator.
Lebih lanjut, laporan tersebut merekomendasikan langkah-langkah pencegahan yang secara kolektif disebut sebagai DECODE, yang merupakan singkatan dari Detect, Educate, Cooperate, Defend, dan Enforce.
Dengan mengadopsi langkah-langkah ini dan rekomendasi lainnya, para pemangku kepentingan dapat membantu memastikan manfaat AI dan aset kripto akan terus melampaui potensi eksploitasi kriminalnya.