Bitcoin Terjun di Bawah USD 100.000, Investor Cemaskan Kebijakan Tarif AS

Tidak hanya Bitcoin, Ethereum juga mengalami koreksi signifikan dengan penurunan lebih dari 12 persen, kembali ke level yang terakhir terlihat pada awal November

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 03 Feb 2025, 12:00 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2025, 12:00 WIB
Aset digital kripto Bitcoin. (Foto by AI)
Banyak investor yang sebelumnya berharap kepemimpinan Trump akan membawa kebijakan yang lebih pro-crypto atau pelonggaran regulasi terhadap aset digital. Aset digital kripto Bitcoin. (Foto by AI)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin mengalami penurunan tajam lebih dari 4 persen pada Senin pagi di pasar Asia, merosot ke level terendah dalam tiga minggu di kisaran USD 96.606 atau setara Rp 1,57 miliar. 

Tidak hanya Bitcoin, Ethereum juga mengalami koreksi signifikan dengan penurunan lebih dari 12 persen, kembali ke level yang terakhir terlihat pada awal November atau diperdagangkan di kisaran USD 2.808, setara Rp 45,7 juta.

Melansir Yahoo Finance, Senin (3/2/2025), anjloknya harga aset digital ini dipicu oleh kebijakan ekonomi terbaru dari Presiden AS, Donald Trump

Pemerintah AS secara resmi memberlakukan tarif impor sebesar 25 persen pada barang-barang dari Meksiko dan sebagian besar Kanada, serta tarif 10 persen  terhadap berbagai produk dari Tiongkok. Kebijakan ini mulai berlaku pada hari Selasa dan telah memicu kekhawatiran luas di kalangan investor global.

Langkah yang Berdampak Negatif

Para analis melihat langkah proteksionisme perdagangan ini dapat memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dan profitabilitas perusahaan, yang pada gilirannya menambah tekanan pada pasar keuangan, termasuk aset digital seperti Bitcoin dan Ethereum.

Cryptocurrency, yang diperdagangkan sepanjang waktu tanpa batasan hari kerja, telah lama menjadi indikator utama sentimen risiko investor global. Penurunan harga yang terjadi menunjukkan pasar semakin waspada terhadap kebijakan pemerintah yang dapat mempengaruhi likuiditas dan investasi.

Selain dampak dari kebijakan tarif, koreksi yang terjadi juga disebabkan oleh aksi ambil untung setelah reli signifikan yang terjadi pasca kemenangan Trump dalam pemilu. 

Banyak investor yang sebelumnya berharap kepemimpinan Trump akan membawa kebijakan yang lebih pro-crypto atau pelonggaran regulasi terhadap aset digital. 

Namun, dengan tidak adanya langkah konkret dalam mendukung industri ini, beberapa pelaku pasar mulai kehilangan optimisme, yang turut mendorong aksi jual dalam beberapa hari terakhir.

Dengan tekanan makroekonomi yang meningkat, investor akan terus memantau langkah-langkah kebijakan selanjutnya yang dapat mempengaruhi pasar crypto. Sementara itu, volatilitas harga Bitcoin dan Ethereum kemungkinan akan tetap tinggi dalam waktu dekat.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

Diprediksi Anjlok ke Level USD 75.000

Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)
Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)... Selengkapnya

Sebelumnya, analisis pasar terbaru menunjukkan harga Bitcoin berpotensi turun hingga 26 persen selama kuartal pertama 2025, dengan kemungkinan mencapai level USD 75.000 atau setara Rp 1,21 miliar (asumsi kurs Rp 16.220 per dolar AS). Namun, beberapa analis masih meragukan kemungkinan skenario ini.

Dalam laporan yang dirilis pada 28 Januari, kepala penelitian di Derive, Sean Dawson menyatakan peluang Bitcoin (BTC) jatuh di bawah USD 75.000 pada Maret meningkat menjadi 9,2 persen, naik dari 7,2 persen dalam 24 jam terakhir.

Pergerakan harga Bitcoin sangat dipengaruhi oleh dinamika pasar secara keseluruhan. Pada 27 Januari, BTC turun 6,5 persen ke USD 97.906 di tengah penurunan lebih luas di pasar kripto dan saham. 

"Faktor utama yang memicu penurunan ini adalah rilis model kecerdasan buatan terbaru dari DeepSeek, yang mengguncang kepercayaan investor,” kata Dawson, dikutip dari Coinmarketcap, Kamis (30/1/2025).

 

Bisa Kembali ke USD 75.000

Dawson mencatat volatilitas tersirat at-the-money Bitcoin atau indikator yang mengukur permintaan opsi melonjak dari 52 persen menjadi 76 persen. Kenaikan ini menunjukkan pedagang mulai mengamankan diri dengan membeli opsi jual sebagai perlindungan dari potensi penurunan harga.

"Peningkatan kecil dalam kemungkinan Bitcoin kembali ke USD 75.000 mencerminkan perubahan sentimen pasar yang semakin waspada terhadap risiko pelemahan," ujar Dawson.

Bitcoin terakhir kali diperdagangkan di sekitar level USD 75.000 pada 8 November, hanya beberapa hari setelah Donald Trump memenangkan pemilihan presiden AS. Setelah itu, BTC mengalami reli signifikan, melampaui USD 100.000 untuk pertama kalinya pada 5 Desember.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya