Liputan6.com, Jakarta Gloria Natapradja Hamel ikut melakukan tes kesehatan jiwa tertulis di bawah pengawasan Departemen Kesehatan Jiwa RSPAD Gatot Soebroto. Tes ini diberikan ke seluruh anggota Paskibraka yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan militer. Sementara Gloria bercita-cita menjadi Pilot atau Presiden.
Sewaktu awak media bertanya apakah ia tertarik menjadi seorang anggota polisi wanita atau tidak, Gloria Natapradja Hamel mengaku tak ada bakat di bidang kepolisian. "Enggak, sama sekali enggak. Enggak suka, bukan passion aku," kata Gloria saat berkunjung ke Mabes Polri bersama anggota Paskibraka yang lain pada Jumat (19/8/2016)
Gloria tidak sendiri. Nilam Sukma Pawening dan anggota Paskibraka 2016 yang lain juga melakukan tes kesehatan jiwa tertulis. Tes yang berlangsung selama lima sampai enam jam dilakukan gara-gara tidak sedikit anggota Paskibraka yang ingin menjadi personel TNI. Pengakuan ini mereka sampaikan saat berkunjung ke Markas Besar TNI di Cilangkap, Jumat pagi (19/8/2016).
Advertisement
Tes kesehatan jiwa yang diikuti Gloria, Nilam Sukma, dan anggota Paskibraka yang lain merupakan prosedur awal yang harus dilalui calon anggota TNI. Menurut Spesialis Kedokteran Jiwa dari Departemen Kesehatan Jiwa RSPAD Gatot Soebroto, Dr Lidwina Marlina, TNI menyebut ini sebagai penerimaan awal yang sudah dilakukan sejak dulu.
"Tidak hanya penerimaan awal. Tapi diperuntukkan juga bagi TNI-TNI yang akan melanjutkan sekolah, pendidikan, karier, bertugas ke luar negeri, atau daerah-daerah tertentu. Ini adalah standar yang dimiliki oleh TNI," kata Lidwina di Aula Wisma Soegondo Djojopoespito, PP-PON Menpora, Cibubur, Jakarta Timur, Sabtu (20/8/2016)
Meski Gloria mengatakan bercita-cita ingin sekali jadi Pilot atau Presiden, tidak menutup kemungkinan gadis blasteran Jawa dan Prancis tersebut memiliki potensi menjadi anggota TNI dan sejenis. "Analisa saya, dari semua kejadian yang dia alami, tanpa perlu ikut tes kejiwaan seperti ini juga sudah tahu kalau anaknya tegar dan tidak pantang mundur. Tinggal diwawancara, mudah sekali mengetahui minatnya," kata Lidwina.
Serupa dengan Gloria Natapradja Hamel, Paskibraka dari Sulawesi Utara, Syukran Maulana tidak bercita-cita menjadi anggota TNI atau Polisi. Remaja kelahiran Raha 16 Juni 2000 dari dulu memiliki cita-cita ingin jadi pemimpin daerah. Sehingga nanti ketika lulus dari SMA ingin melanjutkan pendidikan di IPDN.
"Orang kayak saya rasanya kurang pantas menjadi pemimpin negara. Pemimpin daerah saja sudah syukur kalau memang beneran jadi. Lihat nanti saja 30 tahun lagi," kata Maul (panggilan akrab Syukran Maulana).
Maul tidak keberatan mengikuti tes kesehatan jiwa tertulis yang tidak sebentar itu. Menurut putra pasangan Iraman (ayah) dan Amriah ini, tidak ada salahnya mencoba segala sesuatu selama itu memang baik. Ia percaya rezeki sudah ada yang menentukan. Manusia boleh saja kekeuh dan bebas menentukan yang dicita-citakan tapi kalau memang belum rezeki mau diapakan?
"Saya coba saja. Sejujurnya memang mau masuk IPDN. Tapi kalau ternyata jodohnya di TNI atau Polri, mau bagaimana? Kan sudah diatur sama Allah," kata Maul menambahkan.
Tes kesehatan jiwa berbeda dengan psikotes. Selain pelaksananya yang berbeda, tujuan dari tes kesehatan jiwa juga berbeda. "Kalau tes kesehatan jiwa, kita lebih menilai saat ini apakah ada gangguan atau tidak, jiwanya. Adakah faktor risiko untuk terjadi gangguan jiwa dengan kondisi kepribadiannya. Termasuk menilai karakter positif dan negatifnya," kata Lidwina menambahkan.
Dengan begitu akan mudah untuk menggali lebih dalam nilai positif dari anggota Paskibraka dan menekan segala sesuatu yang bersifat negatif. Sehingga daya tahan mental mereka cukup stabil. "Kita jadi lebih mudah mengarahkan mereka dari sekarang. Kekurangannya apa bisa kita bantu perbaiki. Kemampuannya lebih kita arahkan," kata Lidwina.
Â