Cerita Musisi Indie Difabel yang Salurkan Pengalamannya Lewat Musik

Cerita perjalanan Róisín Ní Haicéid, seorang musisi asal Dublin Utara yang didiagnosis menderita skoliosis idiopatik

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Nov 2020, 10:00 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2020, 10:00 WIB
Hasil Tangkapan Layar Instagram @banrionbaby
Hasil Tangkapan Layar Instagram @banrionbaby

Liputan6.com, Jakarta Róisín Ní Haicéid, musisi difabel asal Dublin Utara didiagnosis menderita skoliosis idiopatik yaitu kelainan muskuloskeletal langka yang biasanya menyerang gadis-gadis muda selama masa pubertas saat usianya 13 tahun.

Penyakit ini menyebabkan tulang belakangnya melengkung menjadi bentuk 'S'. Namun, kondisi ini malah mendorongnya untuk berkarya menjadi musisi indie yang autentik. 

Simak Juga Video Berikut Ini:

Cerita Penyakit Róisín

Kondisi skoliosis idiopatik yang menyerang tulang belakangnya mengharuskan Róisín untuk menjalankan serangkaian operasi yaitu penempatan serangkaian batang dan sekrup titanium di kedua sisi tulang belakang Róisín untuk membantu meluruskan dan menopangnya.

Namun, terjadi komplikasi dari salah satu prosedur yang menyebabkan Róisín menderita kelumpuhan sementara di kaki kirinya yang mengakibatkan kelemahan permanen dan atrofi otot. Karena hal ini, ia sekarang bergantung pada alat bantu jalan dan penyangga kaki pendukung ankle-foot orthosis (AFO) dan terus menjalankan rehabilitasi untuk penyesuaian tubuh barunya.

"Saya terbangun dari operasi, kemudian muncul rasa sakit," kenang musisi itu. "Saya menghabiskan empat bulan berikutnya di Rumah Sakit Rehabilitasi Nasional untuk memulihkan kaki saya kembali".

Kemunduran lain terjadi dengan Róisín di tahun 2018. Hal ini membuatnya mengambil cuti satu tahun dari studinya di Trinity College untuk fokus pada kesehatannya. Selama waktu inilah musik menjadi pusat perhatian dan dia mengakui proses kreatif penulisan lagu telah membantunya berdamai dengan keterbatasannya.

"Ini (musik) memberikan akses kepada siapa pun yang ingin mendengarkan pengalaman nyata saya sebagai orang yang telah menjalani lima operasi tulang belakang dalam enam tahun dan yang menggunakan tongkat. Saya pikir itu hal yang cukup berani untuk dilakukan,” ujar Róisín.

Hasil Tangkapan Layar Instagram @banrionband
Hasil Tangkapan Layar Instagram @banrionband

Perjalanan Musik Róisín

Banrion Band merupakan band yang telah dibuat oleh Róisín yang saat ini masih baru. "Musik cukup baru. Saya mengikuti beberapa pelajaran gitar saat remaja dulu tapi tidak ada yang utama," kata Róisín, dilansir dari Independent.ie.

Róisín menceritakan bagaimana musik sangat berdampak dan membantu di kehidupannya.

“Musik memunculkan respons beragam dari jiwa manusia. Hal itu bisa membuat kita ingin menari, menangis, bernyanyi. Musik juga dapat menawarkan penyembuhan.”

Selain itu, menurut Róisín penting untuk menulis musik secara autentik yang dapat menjelaskan dirinya. Karena itu, dalam musik yang dibuat, Róisín secara terus terang menggambarkan tentang keterbatasannya dan hubungan yang dia miliki dengan tubuhnya.

“Saya menggabungkan disabilitas saya ke dalam segala hal. Terutama adalah lirik saya karena hal itu membentuk setiap aspek hidup saya.”

Penyesuaian- Penyesuaian Yang Dilakukan Róisín

Róisín mengakui bahwa menyesuaikan diri dengan kehidupan dengan mobilitas terbatas terkadang merupakan rollercoaster yang bergejolak yang penuh dengan pasang surut.

Namun, Róisín berhasil menemukan komunitas online bahkan terlibat dalam aktivisme disabilitas. Dalam komunitas ini Róisín diberitahu untuk tidak hanya menerima disabilitasnya, tetapi juga membangun makna baru untuk disabilitas, yang menempatkan kemampuan dan kelebihan di garis depan percakapan.

 "Melalui aktivisme disabilitas saya telah melatih kembali cara saya berpikir tentang disabilitas sebagai label. Masyarakat menonaktifkan Anda lebih dari kondisi Anda sendiri karena stigma, kurangnya kesetaraan, dan aksesibilitas."

Róisín menjuluki waktu ini sebagai musim panas yang ia putuskan untuk berhenti menyembunyikan kaki bioniknya dan setelah empat tahun setelah operasi yang mengubah hidupnya, mahasiswa Sosiologi dan Kebijakan Sosial ini terus mendorong batas-batas keterbatasannya sendiri.

Namun, Róisín mengakui bahwa dia masih memiliki beberapa kesulitan untuk melangkah dalam hal cinta dan penerimaan diri secara total.

"Segala jenis citra tubuh positif yang saya rasakan bukanlah sesuatu yang muncul secara alami dan ada begitu banyak hal yang belum dipelajari untuk dilakukan. Secara keseluruhan saya merasa baik dengan citra tubuh saya sekarang, tetapi butuh waktu lama dan banyak upaya. Saya harap itu hanya akan menjadi lebih baik seiring bertambahnya usia."

 

(Vania Accalia)

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya