Liputan6.com, Jakarta Sidiki Conde adalah seorang penari dan drummer yang mencari nafkah dengan mengajar anak-anak sekolah dengan menari lewat tangannya. Ia kehilangan fungsi kakinya pada usia 14 tahun karena polio.
Baca Juga
Namun ketika pandemi melanda sejak Maret lalu, sekolah dan tempat pertunjukan ditutup hingga ia kehilangan sebagian besar sumber pemasukan.
Advertisement
Tetapi, Conde yang merupakan penduduk asli Guinea yang pindah ke New York pada 1998, telah terbantu oleh seri konser online yang disebut Beat of the Boroughs: NYC Online. Itu diselenggarakan oleh the Center for Traditional Music and Dance. Proyek ini telah membayar lebih dari 50 seniman imigran untuk melakukan streaming pertunjukan mereka sejak Oktober. Serial ini akan berakhir musim semi ini.
Dilansir dari NYTimes, Conde yang berusia 59 tahun tinggal di lantai lima di di East Village of Manhattan bersama istrinya, seniman Deborah Ross, dan kucing mereka yang berusia 21 tahun, Mimi.
Rutinitasnya setiap hari Minggu, yaitu ia bangun sekitar jam 7 pagi untuk berdoa. "Saya merupakan seorang Muslim. Setelah berdoa, saya duduk dan menonton berita sebentar dan mengisi energi dengan teh. Terkadang saya membawakan teh untuk Deborah," cerita Conde.
"Kami tinggal di rumah petak tua yang tidak cocok untuk disabilitas, jadi saya harus melakukan apa yang bisa saya lakukan. Kemudian saya berlatih musik saya sedikit. Saya tidak berlatih menari karena ruang keluarga saya sangat kecil. Untuk menjaga kekuatan saya, saya naik turun lima lantai. Ini latihan saya selama pandemi, ketika saya belum cukup bergerak (tidak sebanyak pada saat sebelum pandemi)," lanjutnya.
Simak Video Berikut Ini:
Kebiasaan berubah semenjak pandemi
Menurut Sidiki Conde, sejak pandemi COVID-19 kebiasaannya sedikit berubah. Ia juga tidak berhenti berkomunikasi dengan saudara perempuan dan laki-laki serta kedua putranya dan pamannya di Guinea melalui telepon.
Karena lockdown, Conde mengaku khawatir dengan keluarga besarnya di Guinea. "Kami adalah penopang keuangan utama bagi sebagian besar keluarga saya di sana."
Conde juga suka pergi ke taman untuk sekadar menenangkan pikiran. Ia mengatakan akan muncul beberapa orang yang menunggunya atau bahkan sampai mencarinya, beberapa adalah musisi yang menunggunya untuk bermain selama dua jam.
"Orang-orang akan berdansa dengan saya. Saya membawa alat musik tradisional Afrika Barat yang terbuat dari labu," katanya.
Sore harinya, ia akan bersantai di sofa dan berbincang dengan orang yang ia kenal atau menonton video komedi dari Guinea di Youtube. Makan malamnya, ia juga memiliki menu yang sama dari pasar Afrika. "Anda dapat memesan makanan besar ini dan membawanya pulang," katanya.
"Terkadang saya berdoa dan terkadang saya tertidur di sofa setelah makan malam dan istri saya membangunkan saya. Pandemi telah membuat saya lesu. Saya selalu bangun dan makan lagi, makan besar, di tengah malam."
Advertisement