Bolehkah Muslim Mengucapkan Selamat Natal? Ini Pandangan Buya Yahya dan Habib Husein Ja’far

Hukum mengucapkan selamat Natal dalam Islam sudah banyak dibahas oleh para ulama. Ada ulama yang membolehkan sebagai wujud toleransi, sebagian melarangnya karena alasan akidah.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 24 Des 2024, 04:30 WIB
Diterbitkan 24 Des 2024, 04:30 WIB
Buya Yahya dan Habib Husein Ja'far Al-Hadar
Buya Yahya dan Habib Husein Ja'far Al-Hadar. (YouTube Al Bahjah TV/Adrian Utama Putra)

Liputan6.com, Jakarta - Umat Kristiani merayakan Natal setiap tahunnya pada 25 Desember. Hari Natal dirayakan untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus. Biasanya, perayaan Natal sudah dimulai sejak malam malam 24 Desember.

Natal bukan hari raya umat Islam. Karena itu, setiap tahunnya selalu menjadi perdebatan mengenai hukum mengucapkan selamat Natal. Apakah memberi ucapan selamat Natal dibolehkan dalam Islam atau tidak?

Hukum mengucapkan selamat Natal dalam Islam sudah banyak dibahas oleh para ulama. Ada ulama yang membolehkan sebagai wujud toleransi, sebagian melarangnya karena alasan akidah.

Terkait hukum muslim mengucapkan selamat Natal, Liputan6.com mengulas pandangan dua pendakwah kondang KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya dan Habib Husein Ja’far Al-Hadar. 

Simak berikut penjelasan mengenai hukum mengucapkan selamat Natal bagi muslim dari Buya Yahya dan Habib Husein Ja’far

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Penjelasan Buya Yahya

KH Yahya Zainul Ma'arif alias Buya Yahya
Pengasuh LPD Al Bahjah, KH Yahya Zainul Ma'arif alias Buya Yahya. (Foto: YouTube Al Bahjah TV)

Buya Yahya mendapat pertanyaan soal hukum mengucapkan selamat Natal dari jemaahnya. Sebelum menjawabnya, Buya Yahya mengajak jemaahnya untuk memahami makna toleransi. Menurut Buya Yahya, sebenarnya dalam Islam tidak mengenal toleransi, yang ada adalah kewajiban.

“Kalimat toleransi itu begini sebetulnya, ‘Anda sebetulnya gak boleh masuk ke sini karena Anda bukan pegawai sini. Ya karena satu hal jadi boleh.’ Enak gak? Gak enak. Itu toleransi, itu sebetulnya Anda gak boleh masuk karena satu hal jadi boleh,” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV.

“Tapi dalam Islam gak ada toleransi, adanya kewajiban. Misalnya, tetangga sakit kita wajib ngasih bukan irama toleransi. Tetangga Nasrani yang sakit wajib kita kasih makan, kita kasih obat. Kalau tetangga Nasrani lapar kita wajib ngasih makanan,” tutur Buya Yahya mencontohkan.

“Jadi bukan toleransi (tapi) kewajiban. Yang ada dalam Islam lebih tinggi (derajatnya) dari toleransi, tapi kewajiban,” sambungnya.

Namun, kata Buya Yahya, banyak orang yang sudah menggunakan istilah toleransi. Istilah toleransi juga berlaku di Indonesia untuk merujuk sikap toleran terhadap perbedaan.

Menurut Buya Yahya, toleransi bukanlah sesuatu yang memaksa. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang memaknai toleransi dengan baik.

“Toleransi itu jangan paksa orang lain untuk ikuti kamu, itulah toleransi. Kita harus paham makna toleransi. Jadi gara-gara salah memaknai toleransi, salah (juga) dalam penerapannya,” ujarnya.

Buya Yahya mencontohkan, ketika seorang Muslim mengadakan acara hari raya Idul Fitri, maka Muslim tersebut jangan memaksakan karyawan lain yang Nasrani untuk mengucapkan hariraya atau memberi bingkisan. Contoh lainnya, memaksa Nasrani ikut pengajian karena kerja di wilayah Muslim.

“Jadi toleransi itu jangan dipaksa dia untuk ikut. Dan ingat, Anda pun gak boleh maksa kaum minoritas ikuti Anda dalam urusan keagamaan,” katanya.

Buya Yahya mengatakan, seorang Muslim tidak perlu kecewa apabila tetangga Nasrani tidak mengucapkan selamat untuk hari-hari besar dalam Islam. Muslim juga tidak boleh memaksa dia untuk mengucapkan selamat dan mengikuti acaranya.

“Begitu juga apalagi di sini kaum mayoritas. Jangan paksa orang Islam mengucapkan selamat Natal, kalau Anda paksa berarti tidak ngerti toleransi. Ini kan urusan agama saya,” imbuh Buya Yahya.

Arti Mengucapkan Selamat Natal Menurut Buya Yahya

KH Yahya Zainul Ma'arif (Buya Yahya)
Ulama kharismatik sekaligus Pengasuh LPD Al Bahjah, Buya Yahya. (YouTube Al Bahjah TV)

Buya Yahya lantas menjelaskan arti mengucapkan selamat Natal. Menurutnya, selamat Natal adalah selamat atas kelahiran Yesus yang dianggap Tuhan oleh umat Kristiani.

“Kalau seandainya orang Nasrani dia punya fatwa bahwa haram bagi kita ikut-ikutan mengucapkan selamat Maulid Nabi SAW kita hargai, memang itu bukan nabimu kok. Anda sah-sah saja wahai orang Nasrani,” jelas Buya Yahya.

“Mestinya juga di balik. Di saat ada seorang Islam berfatwa bahwasanya haram mengucapkan selamat Natal, ya jangan pusing, memang nabi Isya bukan Tuhan saya kok,” tambah Buya Yahya.

Buya Yahya melanjutkan, bagi orang yang mengatakan haram mengucapkan selamat Natal tidak akan dipermasalahkan oleh orang Nasrani. Hal ini juga dialami oleh Buya Yahya yang memiliki sahabat Nasrani.

“Saya punya kawan Nasrani, sahabat Nasrani, tidak pernah mempermasalahkan di saat saya tidak mengucapkan selamat Natal. Yang mempermasalahkan kalangan ustadz-ustadz yang lagi ‘ngantuk’ dia,” kata Buya Yahya.

“Kenapa dipermasalahkan? Gak boleh mempermasalahkan. Kalau ada orang mengatakan haram karena memang saya tidak punya keyakinan, sederhana sebetulnya,” sambungnya.

Kata Buya Yahya soal Fatwa Haram Mengucapkan Selamat Natal bagi Muslim

buya yahya 222
Buya Yahya (TikTok)

Buya Yahya mengatakan, fatwa haram mengucapkan selamat Natal sudah sejak dulu dan tidak dipermasalahkan. Pengharaman juga berlaku bagi orang Islam yang mengganggu acara Natalan orang Nasrani.

“Kita tidak diperkenankan mengucapkan selamat Natal kepada orang Nasrani karena ini ada hubungannya dengan keyakinan mereka. Tapi ingat kita tidak boleh mencaci dan tidak boleh menghalangi orang Nasrani merayakan Nnatal. Seperti halnya Anda pun tidak boleh melarang mereka masuk gereja. Nabi Muhammad Saw melarang kita mengganggu mereka,” pungkas Buya Yahya dikutip dari pustakaalbahjah.com.

Berdasarkan penjelasan Buya Yahya, hukum mengucapkan selamat Natal dalam Islam diharamkan. Meski demikian, umat Islam tidak boleh mengganggu acara Natalan umat Kristiani. 

Penjelasan Habib Husein Ja’far

Habib Husein Jafar Bahas Silaturahmi dan Mantan
Di momen tersebut, Habib juga mengatakam masyarakat sering kali mengingat Tuhan di saat terpuruk. Padahal seharusnya di mana pun dan kapan pun harus mengingat Allah.

Pendakwah muda Habib Husein Ja’far Al Hadar mengatakan, ulama berbeda pendapat soal hukum mengucapkan selamat Natal bagi Muslim. Ada ulama yang membolehkannya dan ada yang mengharamkannya. Masing-masing memiliki dalilnya.

“Namun bagi saya cenderung kepada pendapat bahwa membolehkan mengucapkan selamat Natal kepada umat Kristiani,” kata Habib Ja’far dikutip dari tayangan YouTube Salaam Indonesia.

Habib Ja’far membeberkan beberapa alasan mengapa ia lebih condong pada pendapat yang membolehkan mengucapkan selamat Natal. Pertama adalah ada dasar-dasarnya.

“Misalnya, salah satunya menurut Al-Qur’an, ketika kita membuka surah Maryam ditemukan di sana ada ayat menyatakan selamat atas kelahiran Nabiyullah Isya yang merupakan salah satu nabi dalam keyakinan kita,” tuturnya.

Kedua adalah hadis nabi. Habib Ja’far mengutip hadis nabi yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah berdiri ketika seorang Yahudi membawa jenazah sahabat Yahudi-nya melewati depan masjid.

“Nabi berhenti ketika khutbah dan maju ke depan masjid, berdiri mengheningkan cipta, menghormati seorang Yahudi yang mati dan digotong pada saat itu,” ucapnya menyampaikan kutipan hadis nabi.

Kemudian sahabat bertanya, “Bukankah mereka orang Yahudi?”

Nabi berkata, “Bukankah dia juga manusia? Maka kita harus menghormati dia sebagai sesama manusia.”

“Artinya, karena keimanan kita tentu berbeda dengan umat Kristiani, maka tidak ada masalah dengan landasan keimanan kita bahwa Isya nabi kita. Maka kita mengucapkan selamat atas kelahiran Nabiyullah Isya, dan artinya kita diperbolehkan mengucapkan selamat Natal,” jelas Habib Ja’far.

Menurut Habib Ja’far, Muslim Boleh Ucapkan Selamat Natal, tapi…

Habib Husein Jafar Bahas Silaturahmi dan Mantan
Habib Husein mengaku baru pertama kalinya mengisi ceramah di acara event seperti KapanLagi Buka Bareng. Dikarenakan, biasanya dia mengisi ceramah di masjid.

Habib Ja’far mengatakan, sebagian besar ulama membolehkan mengucapkan selamat Natal. Misalnya di Indonesia seperti Prof Quraish Shihab dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tidak melarang umat Islam mengucapkan selamat Natal.

“Di luar negeri, misalnya, ulama-ulama Al-Azhar mengucapkan selamat Natal. Habib Ali Al-Jufri juga mengatakan bahwa beliau membolehkan mengucapkan selamat Natal dan akan mengucapkan selamat Natal,” ungkapnya.

Menurut Habib Ja’far, tujuan mengucapkan selamat Natal kepada umat Kristiani adalah menjaga hubungan muamalah sesama manusia agar semakin harmonis.

“Karena Allah katakan bahwa kita harus lebih baik dari umat agama lain. Ketika mereka mengucapkan selamat Idul Fitri, maka kita juga harus mengucapkan selamat Natal ketika kita merayakan hari mereka,” imbuhnya.

Habib Ja’far menyimpulkan, hukum mengucapkan selamat Natal bagi seorang Muslim boleh-boleh saja sebagaimana pendapat sebagian ulama yang membolehkannya. Dengan catatan, tidak mengimani Yesus sebagai Tuhan dalam hal ini yang diyakini umat Islam adalah nabi, yaitu Nabi Isya.

“Jadi bagi saya untuk menjaga hubungan baik dengan umat beragama lain perlu kiranya kita mengucapkan selamat Natal,” tandasnya. 

Wallahu a’lam.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya