Sulit Cari Kerja Jadi Motivasi Awal Berdirinya Kopi Tuli

Menyambut Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2021, co-founder Kopi Tuli Putri Santoso menceritakan perjalanannya membangun usaha kopi tersebut.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 05 Des 2021, 10:00 WIB
Diterbitkan 05 Des 2021, 10:00 WIB
Kopi Tuli
Kopi Tuli Jakarta Selatan, Foto: Ade Nasihudin/Liputan6.com (13/2/2020).

Liputan6.com, Jakarta Menyambut Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2021, co-founder Kopi Tuli Putri Santoso menceritakan perjalanannya membangun usaha kopi tersebut.

Menurut penyandang Tuli ini, Kopi Tuli atau Koptul berawal dari masalah sulitnya mencari pekerjaan bagi para penyandang Tuli akibat hambatan komunikasi.

“Kopi Tuli adalah jawaban atas kekecewaan kami yang sama-sama sulit mendapatkan kerja sehingga kami ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa sebetulnya kami ini bisa dan punya kemampuan,” kata Putri melalui juru bahasa isyarat (JBI) dalam Liputan6 Update, Jumat (3/12/2021).

Ia pun menjelaskan alasannya memilih kopi ketimbang makanan atau minuman lain. Menurutnya, kopi sendiri merupakan alat komunikasi. Contoh, ketika orang memesan dan menikmati sajian kopi biasanya terbangun interaksi.

“Jadi kami ingin orang dengar dan Tuli saling berinteraksi melalui media kopi dan sebagai perantara untuk lanjut belajar bahasa isyarat.”

Belajar Nama-nama Hari dalam Bahasa Isyarat

Perjuangan di Masa Pandemi

Seperti pengusaha lain, Putri dan rekan-rekannya pun mengalami tantangan selama masa pandemi COVID-19.

“Dari tantangan yang kami rasakan, kami menyadari bahwa tetap harus produktif. Saat pandemi seperti ini keadaan berbeda, orang-orang pakai masker sehingga kami tidak bisa membaca bibir. Walau mereka pakai masker kita harus tetap mengedukasi.”

Salah satu cara interaksi yang dilakukan adalah dengan media tulisan jika memang belum bisa berbahasa isyarat. Selain itu, isyarat-isyarat dasar dari gestur dan gerakan tangan juga dapat digunakan.

“Sebetulnya bahasa isyarat ini hal yang sangat penting bagi teman-teman Tuli karena pada akhirnya ini adalah sebuah alat untuk berkomunikasi.”

Beban Ganda

Tantangan mendirikan kedai kopi yang berbeda dengan tempat lainnya merupakan tantangan tersendiri bahkan sebelum adanya pandemi COVID-19, lanjut Putri.

Tantangan ini ditambah dengan pandemi akhirnya menjadi beban ganda. Sebelum pandemi, komunikasi antara teman dengar dan teman Tuli bukan perkara mudah. Ditambah saat pandemi harus mengenakan masker, maka lebih sulit lagi.

Namun, di balik semua kesulitan tersebut masih ada cara lain yang dapat digunakan agar komunikasi bisa terjalin. Salah satu hal yang dilakukan adalah menyediakan papan tulis untuk menuliskan pesanan atau menyampaikan sesuatu.

Upaya lain yang dilakukan adalah membuat menu yang mudah dimengerti. Menu tersebut disertai bahasa isyarat dasar, abjad, deskripsi, dan gambar visual yang jelas.

“Jadi tidak ada lagi alasan teman-teman yang datang takut untuk komunikasi walau pakai masker. Kami juga menyediakan kemasan yang disertai abjad bahasa isyarat, jadi pelanggan bisa belajar dari kemasan tersebut.”

Hal ini tak lain untuk memperkenalkan bahasa isyarat pada siapa pun yang datang ke Kopi Tuli, tutup Putri.  

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya