Hadiri Kegiatan Walk for Autism, KND Libatkan Anak-Anak dalam Pengarusutamaan Isu Disabilitas

Dalam menyuarakan isu autisme, Junior Chamber International (JCI) Jawa Timur dan Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menggelar kegiatan Walk for Autism (WFA).

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 09 Mar 2023, 18:00 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2023, 18:00 WIB
walk for autism
Walk for Autism (WFA), Surabaya (5/3/2023). Foto: Dok pribadi.

Liputan6.com, Jakarta Dalam menyuarakan isu autisme, Junior Chamber International (JCI) Jawa Timur dan Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menggelar kegiatan Walk for Autism (WFA).

Acara ini dihadiri Ketua Komisi Nasional Disabilitas Republik Indonesia (KND RI) Dante Rigmalia. Dalam sambutannya, Dante menyampaikan rasa bahagianya karena acara ini memberikan ruang luas bagi anak-anak penyandang disabilitas intelektual untuk menyampaikan ekspresinya.

Perempuan penyandang disabilitas ganda hard of hearing dan disleksia itu juga menyampaikan bahwa pihaknya akan melibatkan anak-anak dalam mengarusutamakan isu disabilitas.

“KND akan senantiasa melibatkan penyandang disabilitas khususnya usia anak-anak untuk terus mengarusutamakan isu disabilitas di tengah masyarakat. Kita harus senantiasa bergandengan tangan dan saling membersamai demi terwujudnya penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak khususnya anak disabilitas,” katanya dalam acara yang digelar pada Minggu, 5 Maret 2023.

Tak lupa, Dante mengajak semua pemangku kepentingan dan kelompok masyarakat untuk terus melakukan praktik-praktik baik. Sebagai wujud partisipasi menciptakan ruang yang inklusif dan ramah anak di berbagai tempat.

Sementara itu, Local President JCI East Java 2023 Hana Cicilia menargetkan acara WFA dapat terlaksana setiap tahun dan semakin bertambah pula partisipasinya untuk membantu para penyandang autisme.

Tahun ini, WFA dikemas dengan cara yang unik dan berbeda dari tahun lalu. Kegiatan dimulai dengan melipat pesawat kertas dan menulis harapan yang diikuti seluruh peserta termasuk guru dan jajaran pimpinan lembaga yang hadir. Mereka kemudian menerbangkan pesawat itu sebagai simbol kebebasan, kebersamaan serta harapan dan komitmen bersama.

 

Jalan Sehat dan Pertunjukan

Selepas itu, para peserta yang mengenakan kostum khas sekolah membawa spanduk dan papan bertuliskan slogan inklusinya masing-masing.

Mereka pun melakukan jalan sehat dan senam bersama yang diikuti dengan beragam pertunjukan mulai dari tarian, permainan alat musik tradisional (angklung), dan lain-lain.

Dalam acara yang sama, Wakil Rektor III UNESA Junaidi Budi Prihanto menyampaikan, angka autisme di Indonesia terus meningkat sebanyak 5.000 orang setiap tahunnya.

“Ini komitmen kita bersama, kami di UNESA terus mendukung acara yang seperti ini,” katanya dalam keterangan pers, ditulis Kamis (9/3/2023).

Terobosan dan Inovasi

Di samping itu, UNESA melalui Program Studi (Prodi) Pendidikan Luar Biasa (PLB), Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD), Divisi Disabilitas, serta guru-guru besar bidang disabilitas juga terus melahirkan terobosan.

“Kami melahirkan terobosan dan inovasi yang mengarah pada perluasan dan peningkatan akses disabilitas di Indonesia termasuk untuk teman-teman yang autis,” kata Junaidi.

Belum lama ini, UNESA meluncurkan tiga aplikasi yang berkaitan dengan penyandang disabilitas.

Aplikasi yang pertama adalah In-Mhare atau Inclusive Mobile Health for Teacher. Ini merupakan aplikasi berbasis android yang bisa membantu guru sekolah luar biasa (SLB) untuk mengelola stres ketika menghadapi siswa berkebutuhan khusus.

Contoh Inovasi Bidang Disabilitas

Guru Besar Bidang Manajemen Pendidikan Khusus Prof. Dr. Sujarwanto, M.Pd., mengatakan, In-Mhare memiliki tiga fitur utama yaitu, self report, self healing dan evaluation.

"Ini bisa diakses guru meski tanpa koneksi dengan internet. Bahkan, guru bisa konsultasi lebih lanjut ketika guru mengalami stres atau kecemasan lebih lanjut. Ini bisa buat guru di berbagai negara, sementara bahasa yang tersedia, Indonesia, Thailand dan Inggris," katanya mengutip laman resmi UNESA, Rabu 1 Maret 2023.

Aplikasi kedua adalah Gusi atau guru inklusi. Ini merupakan aplikasi self-assessment berbasis android yang bisa digunakan untuk menganalisis pengalaman guru dalam mengelola pembelajaran manajemen inklusi. Sehingga hasil asesmen dapat menjadi bahan analisis untuk menunjang proses pembelajaran.

Aplikasi Gusi berisi berbagai macam materi penjelasan tentang tupoksi guru pembimbing khusus yang disusun dosen dan praktisi profesional. Juga ada menu uji pemahaman, kuesioner, skor dan rekomendasi pembelajaran dan materi.

Aplikasi disabilitas ketiga adalah VR Bina Gerak untuk anak cerebral palsy tipe spastik. Aplikasi ini dikembangkan untuk mengatasi kesulitan anak penyandang cerebral palsy dengan kondisi spastik diplegia pada kedua kaki untuk memastikan keterampilan motorik sehingga berkembang dengan baik.

 

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya