Liputan6.com, Jakarta - Masih banyak kesalahpahaman tentang penyandang disabilitas cerebral palsy di masyarakat.
Pada dasarnya, cerebral palsy (CP) adalah kondisi lumpuh otak yang menyebabkan gangguan pada otot dan saraf. Namun, pengalaman yang dimiliki penyandang disabilitas cerebral palsy tentunya tak selalu sama.
Baca Juga
Oleh sebab itu, seorang penyandang cerebral palsy bernama Ailsa, meluruskan beberapa kesalahpahaman tentang cerebral palsy yang paling sering dijumpai.
Advertisement
Cerebral Palsy Tak Mengakibatkan Gangguan Intelektual
Perempuan dengan kursi roda itu mengungkap, banyak orang menganggap penyandang cerebral palsy seperti dirinya juga mengidap gangguan intelektual.
“Hal ini seperti terlihat dari fisik dan cara bicaraku yang juga terganggu, padahal tidak,” tulis Ailsa kepada Disability Horizons.
Cerebral palsy juga memiliki tipe atau jenis yang berbeda. Ailsa menjelaskan, tipe cerebral palsy yang dimilikinya adalah Quadriplegic Athetoid.
Tipe cerebral palsy-nya membuat pergerakan tubuh tak bisa dikontrol dengan gerakan-gerakan yang tak disengaja.
“Karena itu, orang mengira aku tidak tahu apa yang terjadi di sekitarku. Tapi, itu sangat jauh dari kebenaran,” tulisnya.
Cerebral Palsy Bukan Penyakit
Tak hanya itu, Ailsa mengungkap bahwa ia kerap bertemu dengan orang-orang yang memperlakukannya sebagai orang berpenyakit.
Bahkan, terkadang orang-orang kerap menunjukkan rasa takut saat melihatnya.
“Percaya atau tidak, aku sering melihat orang bertindak seolah-olah aku mengidap penyakit. Beberapa orang menatapku dengan ketakutan, yang menjengkelkan dan merendahkan,” dia menjelaskan.
Ailsa meluruskan, bahwa cerebral palsy adalah disabilitas non-progresif, dan bukan penyakit.
“Aku tidak ingin orang-orang takut kepadaku. Mereka tidak perlu khawatir, aku berjanji,” ketiknya.
Tak Semua Penyandang Cerebral Palsy Gunakan Kursi Roda
Ailsa mengungkap, tak jarang ia mendapat kesan dari banyak orang bahwa setiap penyandang cerebral palsy menggunakan kursi roda.
“Ada banyak jenis CP yang berbeda dan ada banyak cara CP memengaruhi seseorang dengan cara yang berbeda juga,” jelasnya.
Beberapa orang dengan CP dapat berbicara dan berjalan dengan baik. Sedangkan yang lainnya, hanya dapat berbicara tetapi tidak dapat berjalan, dan beberapa sebaliknya.
“Dari mereka yang bisa berjalan, beberapa mengalami gangguan yang berarti mereka berjalan dengan pincang atau perlu menggunakan alat bantu, sementara yang lain tidak memiliki masalah berjalan,” Ailsa menerangkan.
“Itu semua tergantung pada tingkat kerusakan otak,” dia melanjutkan.
Advertisement
Penyandang Cerebral Palsy Tidak Selalu Membutuhkan Bantuan
Ailsa menerangkan, beberapa orang dengan cerebral palsy dapat menjalani kehidupan yang utuh dan mandiri. Beberapa bahkan bisa mendapatkan pekerjaan, hidup sendiri, dan pergi ke luar sendirian
“Setiap orang dengan cerebral palsy membutuhkan berbagai tingkat bantuan. Pernah ada orang yang mengatakan kepadaku bahwa aku membutuhkan 'pengawasan', tetapi itu tidak benar. Aku tidak membutuhkan seseorang denganku setiap saat,” tulisnya.
Cerebral Palsy Tak Dapat Disembuhkan
Lebih lanjut, Ailsa menegaskan bahwa cerebral palsy adalah disabilitas permanen yang disebabkan oleh kerusakan otak.
“Sesederhana itu. Aku pernah mendengar orang mengatakan bahwa mereka ingin menyembuhkan disabilitas, seperti CP, tetapi ini membuatku frustrasi,” katanya.
Ia mengaku bahwa hidup akan lebih mudah bagi orang-orang yang tak memiliki disabilitas, termasuk cerebal palsy.
“Tapi aku yakin kebanyakan orang dengan CP akan mengatakan bahwa itu sudah jadi bagian dari mereka. Bagiku, CP adalah bagian dari identitas, jadi aku tidak yakin apakah aku ingin sembuh,” jelas Ailsa.
Cerebral Palsy Bukan Hal yang Sangat Buruk untuk Dialami
Menurut Ailsa, ada banyak sekali orang yang menganggap hidupnya sebagai cerebral palsy sangat malang atau buruk untuk dialami oleh seseorang. Padahal, tidak demikian untuknya.
“Ya, fakta bahwa aku tidak bernafas ketika aku lahir sehingga terjadi kerusakan otak, adalah hal yang disayangkan. Tapi, secara keseluruhan, CP tidak seburuk itu,” tulisnya.
Ailsa bercerita, ia memiliki banyak pengalaman positif yang tidak akan didapatkannya jika ia bukan penyandang cerebral palsy.
“Aku juga tidak akan memiliki banyak tekad karena aku tidak perlu berusaha keras untuk melakukan sesuatu,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Ailsa mengaku ia juga menjadi kreatif dengan memaksimalkan potensi dirinya.
“Misalnya, aku tidak bisa menggunakan tangan saya dengan baik (tangan kiriku sedikit lebih baik), jadi aku telah melatih cara menggunakan kakiku. Aku belajar sendiri untuk menggunakan komputer dengan kaki,” jelas Ailsa.
Advertisement