Liputan6.com, Jakarta Penggunaan gawai yang berlebihan dapat membawa dampak pada kesehatan mata anak. Salah satunya adalah meningkatnya risiko gangguan penglihatan.
Mengutip keterangan yang ditinjau ulang oleh dokter spesialis mata dari KMN EyeCare, dr. Kevin, SpM, orangtua perlu memerhatikan kesehatan mata anak sejak dini mengingat gangguan penglihatan sering datang tanpa gejala yang jelas.
Baca Juga
“Anak-anak sangat rentan terhadap gangguan penglihatan akibat faktor genetika, lingkungan, atau kebiasaan seperti penggunaan gadget yang berlebihan,” kata Kevin dalam keterangan pers.
Advertisement
Kementerian Kesehatan melaporkan bahwa di Indonesia, sebanyak 3,6 juta anak mengalami kelainan refraksi, dan jumlah ini berpotensi terus meningkat. Diperkirakan 3 dari 4 anak dengan kelainan refraksi belum mendapatkan koreksi dengan kacamata.
Ada beberapa jenis gangguan penglihatan yang umum terjadi pada anak-anak di Indonesia, yakni:
Kelainan Refraksi
Kelainan refraksi mencakup rabun jauh (miopia), rabun dekat (hipermetropia), dan astigmatisme (silinder). Anak dengan kelainan refraksi biasanya kesulitan membaca tulisan di papan tulis atau melihat dengan jelas pada jarak tertentu.
Mata Malas
Gangguan mata malas atau amblyopia terjadi ketika salah satu mata tidak berkembang dengan baik, sehingga otak lebih dominan menggunakan mata yang sehat. Penanganan dini sangat penting untuk mencegah gangguan permanen alias disabilitas netra di masa dewasa.
Strabismus
Strabismus atau mata juling ditandai dengan mata yang tidak sejajar sehingga anak sulit memfokuskan penglihatannya. Jika tidak segera ditangani, strabismus dapat menyebabkan mata malas.
Katarak Anak
Katarak tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi juga dapat ditemukan pada anak-anak, terutama akibat infeksi selama kehamilan atau genetika. Di Nusa Tenggara Barat (NTB), katarak menjadi penyebab utama disabilitas netra, meski prevalensinya lebih banyak ditemukan pada orang dewasa.
Dry Eye Syndrome
Dry eye syndrome atau sindrom mata kering dapat disebabkan penggunaan gawai dalam waktu lama tanpa istirahat. Mata kering dapat disertai gejala gatal dan iritasi. Anak-anak yang sering menatap layar dalam waktu lama tanpa berkedip rentan mengalami kondisi ini.
Advertisement
Mata Anak Rentan Terhadap Gangguan
Kevin menjelaskan, mata anak-anak masih dalam tahap perkembangan, terutama pada usia awal kehidupan hingga usia 5-11 tahun. Pada periode ini, anatomi mata dan kemampuan melihat terus berkembang, sehingga kesehatan mata anak sangat rentan terhadap gangguan.
Jika anak-anak sering menggunakan gawai tanpa memerhatikan jarak pandang, bayangan yang masuk ke mata tidak akan jatuh tepat di retina. Hal ini dapat menyebabkan elongasi aksial (memanjangnya bola mata), yang berisiko menimbulkan kelainan refraksi seperti miopia.
“Penggunaan gawai dalam waktu lama tanpa jeda dapat mempercepat risiko elongasi aksial ini, apalagi jika anak bermain dengan jarak sangat dekat. Dampaknya, kemampuan melihat buram pada jarak tertentu menjadi keluhan yang umum. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat memperburuk penglihatan anak hingga dewasa,” terang Kevin.
Waspada Gejala Gangguan Penglihatan pada Anak
Gangguan penglihatan pada anak sering tidak terdeteksi hingga kondisinya cukup parah. Anak-anak mungkin tidak menyadari atau tidak dapat menjelaskan masalah yang mereka alami.
Orangtua perlu waspada terhadap beberapa gejala berikut:
Sering Menyipitkan Mata
Anak yang mengalami kesulitan melihat objek yang jauh atau dekat sering menyipitkan mata untuk membantu fokus. Hal ini biasanya menandakan kelainan refraksi seperti miopia dan hipermetropia.
Posisi Kepala Tidak Normal
Anak yang memiliki masalah penglihatan, seperti astigmatisme, mungkin sering memiringkan kepala untuk mendapatkan penglihatan yang lebih jelas.
Mendekatkan Objek ke Wajah
Jika anak sering melihat layar gawai, buku, atau objek lain dari jarak yang sangat dekat, ini bisa menjadi tanda gangguan penglihatan seperti miopia.
Mengucek Mata Secara Berlebihan
Mata yang mudah lelah atau terasa gatal sering menjadi gejala mata kering atau gangguan lainnya. Kebiasaan mengucek mata juga dapat memperburuk kondisi tersebut.
“Gangguan penglihatan pada anak tidak hanya memengaruhi kesehatan fisik tetapi juga perkembangan akademik dan sosial mereka. Deteksi dini melalui pemeriksaan mata rutin adalah langkah penting untuk mencegah komplikasi jangka panjang,” pungkas Kevin.
Advertisement
