Liputan6.com, Jakarta Kamis 18 Februari 2015 jelang perayaan Chinese New Year, atraksi barongsai dan riuh musik yang mengiringinya menghibur tamu-tamu Lobby Longue Shangri-La Hotel Jakarta. Kemeriahan semacam ini tak akan mungkin dapat disaksikan tanpa terjadinya proses perjalanan budaya dari satu daerah ke daerah lain. Masuknya kebudayaan dari berbagai belahan bumi ke Indonesia juga menghasilkan produk-produk akulturasi yang memperkaya khasanah budaya Nusantara.
`Boket Pradaan` dan `Kembang Chrysant Hokokai`, 2 motif batik karya Maestro Iwan Tirta yang komposisinya merupakan hasil percampuran budaya tradisional Indonesia dengan mancanegara terpajang elegan di Lobby Longue Shangri-La. Aura eksotisme etniknya juga terasa. Jingga di atas hitam hadir dalam rupa kembang-kembang krisan, mekar ataupun kuncup. `Kembang Chrysant Hokokai` adalah hasil olah rasa dari desainer bernama lahir Nusjirwan Tirtaamidjaja di genre batik Jawa Hokokai, sebuah jenis motif batik yang timbul pada masa kolonial Jepang di pesisir utara Jawa.
Varian batik Hokokai ini menampilkan juga motif kupu-kupu selain bunga krisan. Pengaruh era kolonial Eropa di Indonesia pada motif batik juga berkaitan dengan bunga. Batik Boketan menampilkan motif-motif bunga yang merujuk pada bouquet atau kumpulan bunga. Ditambah dengan elemen Prada (daun emas), `Boket Pradaan` karya Iwan Tirta hadir di sebelah kain krisan. Kedua motif yang dilelang untuk sebagian hasilnya didonasikan pada SMPN 181 Bendungan Hilir melalui program Corporate Social Responsibility hotel Shangri-La tersebut merupakan bagian dari 10.000 lebih motif yang dibuat tangan oleh Iwan Tirta.
Advertisement
“Sejak tahun 1960-an sudah ada lebih dari 10.000 motif buatan Iwan Tirta. Tugas saya adalah mempreservasi dan mengasuh motif-motif tersebut sehingga arti-artinya bisa kembali timbul ke permukaan,” ucap desainer Era Soekamto, Creative Director Iwan Tirta Private Collection. Baginya, motif-motif batik berujung pada peran komunikasi visual tentang pencapaian spiritual tertinggi: Manunggaling Kawulo Gusti. Bicara tentang nilai-nilai yang terkandung dalam motif batik, sebagian motif batik merupakan motif-motif yang dilindungi oleh pakem-pakem khusus. Menggunakan kain batik ini tak boleh sembarang, tak boleh digunting ataupun dikenakan secara terbalik.
Untuk mengenakan kain batik seperti itu, Era mendemonstrasikan apa yang disebut sebagai `The Art of Knotting`. Beberapa teknik simpul kain yang dipresentasikan memang memukau. Selembar kain panjang bisa tampil layaknya dress dengan berbagai kesan, mulai dari keanggunan etnik hingga moderen nan artistik. Satu ciri khas dari motif-motif buatan desainer Iwan Tirta yang karya-karyanya telah masuk ke halaman Vogue hingga New York Times adalah ukurannya yang cenderung besar. Kekhasan motif batik dari desainer asal Blora (1935-2010) lulusan London School of Economics dan Yale Law School ini hadir dengan nafas moderen di koleksi `Vandaloka`.
Sebagaimana arti dari tema berbahasa Sanskrit itu, yakni `Taman yang Indah`, keindahan batik Iwan Tirta di atas material satin, katun, dan sutra itu hadir dalam desain-desain Era Soekamto yang juga cantik dalam nuansa berbeda. Siluet-siluet yang clean menjadi sebuah kemasan moderen untuk spirit batik Iwan Tirta yang tradisional. Hal ini tampak sebagai sebuah pernyataan Era tentang bagaimana ia meneruskan dan mengapresiasi legasi sang Maestro.
Capsule collection Vandaloka ini menjadi sebuah petunjuk yang sekaligus menyulut rasa penasaran tentang bagaimana koleks-koleksi Iwan Tirta Private Collection selanjutnya di bawah arahan Era yang telah bergabung dengan label itu sejak tahun 2012. Yang terdekat adalah koleksi Spring 2015 bertajuk `Dewaraja` yang akan dihelat pada fashion show tunggal perdana di bulan April 2015.
(Fotografer: Panji Diksana - Liputan6.com)