Liputan6.com, Jakarta Sejak awal kemunculan sosok Pak Raden dalam sandiwara boneka Si Unyil, kreator sekaligus sosok Pak Raden asli yaitu Suyadi konsisten mempertahankan pakaian kebangsaannya. Ya, setelan beskap dan kain jarik, blangkon, selop, serta alis dan kumis tebal menjadi atribut yang sudah mendarah daging sejak tahun 1981 sampai akhir hayatnya.
Selain meninggalkan warisan cerita Unyil yang melegenda, sosok seniman multitalenta yang menginspirasi tersebut juga memberi pelajaran berharga bagi kita dari segi pentingnya memperhatikan cara berpakaian untuk membentuk karakter dan kepribadian. Seperti yang disampaikan desainer muda yang sedang naik, Lulu Lutfi Labibi.
Advertisement
"Kalau kita bisa ambil pelajaran dari almarhum adalah pentingnya membentuk karakter berpakaian untuk diri sendiri. Hal itu mencerminkan siapa diri kita," tutur Lulu yang mengaku salah satu penggemar sandiwara Unyil saat berkunjung ke kantor Liputan6.com, Sabtu (31/10/2015).
Jika ditilik dari kacamata fashion yang bisa diaplikasikan pada zaman sekarang, konsistensi Pak Raden dengan kostum kebanggaannya berawal dari kenyamanan dan kecintaan. Meski tren terus berganti, ia tetap setia menjaga signature style-nya.
"Selain itu kita bisa belajar untuk nyaman jadi diri sendiri tanpa harus mengikuti gaya orang lain. Yang penting sesuai dengan karakter kita," tegasnya.
Satu lagi warisan yang ditinggalkan Pak Raden adalah, ia menjadi tokoh yang menjaga warisan budaya dengan mengusung busana tradisional, salah satunya kain batik. "Saya juga mengkampanyekan cinta tanah air dengan dengan berbagai cara, salah satunya dengan memakai kain tradisional. Dan Pak Raden memberi contoh bagi kita semua," sambungnya.
Selamat jalan Pak Raden, karyamu selalu abadi dalam hati, beristirahatlah dengan damai. (Nad)
Â
Â
Â
Â