Eksis di Jepang, Tenun Tanimbar Jadi Harapan Maluku

Berkat dukungan INPEX, perusahaan minyak dan gas dari Jepang, tenun Tanimbar bisa eksis di Negeri Sakura.

oleh Unoviana Kartika Setia diperbarui 12 Mei 2017, 13:12 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2017, 13:12 WIB
Berkat dorongan dan sokongan dari  INPEX, perusahaan minyak dan gas Jepang, tenun Tanimbar bisa eksis di Negeri Sakura itu.
Berkat dorongan dan sokongan dari INPEX, perusahaan minyak dan gas Jepang, tenun Tanimbar bisa eksis di Negeri Sakura itu.

Liputan6.com, Jakarta Tenun Tanimbar telah menjadi ciri khas dari Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB). Sejak dulu, masyarakat di sana, terutama kaum ibu menenun untuk dijadikan mata pencaharian. Namun, gaya tradisional yang dilakukan para perajin membuat kain tenun tidak lagi memberikan peluang ekonomi yang menjanjikan.

Namun berkat dorongan dan sokongan dari  INPEX, perusahaan minyak dan gas Jepang, tenun Tanimbar bisa eksis di Negeri Sakura itu. Didukung oleh kreativitas dari desainer Wignyo Rahadi, pemilik brand Tenun Gaya yang membuat desain pakaian dari bahan tenun Tanimbar.

INPEX beraktivitas di Tanimbar. Perusahaan itu pun tergerak membangkitkan kembali tradisi setempat melalui program investasi sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR) dengan menggandeng Wignyo untuk melakukan revitalisasi tenun Tanimbar.

Puri Minari, Manager Land Acquisition & Social Performance INPEX, mengatakan, sejak 2015, pendampingan terhadap para perempuan perajin tenun di Tanimbar dilakukan untuk mengembangkan tenun yang semula kaku, terasa berat, dan warna yang rentan luntur menjadi lebih ringan, lembut, dan tidak luntur sehingga nyaman dikenakan. Namun, tenun tersebut tidak meninggalkan motif tradisi yang menjadi identitasnya.

Kepala Dinas Koperasi dan UKM MTB Elizabeth Werembinan mengatakan, awalnya tenun terasa kaku karena benangnya dibuat sendiri dari kapas menggunakan tangan. Ukurannya juga relatif kecil sehingga butuh beberapa kain untuk membuat satu pakaian.

"Pewarnaannya juga sangat tradisional, dengan menggunakan abu atau dibakar untuk menghasilkan warna cokelat. Tak heran warnanya cepat luntur," ujarnya, di Jakarta, Rabu (10/5/2017).

Ia pun berharap dengan program ini, pendapatan masyarakat di Tanimbar khususnya dan MTB umumnya dapat meningkat. Mereka berdaya untuk membuat karya yang mudah dipasarkan.

Wignyo sendiri mendesain pakaian dengan potongan kontemporer dari tenun Tanimbar. Dengan hasrat dan kecintaan yang besar di dunia fashion, ia pun mampu membuat karya yang menakjubkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya