Tak Hanya Penyataan Gaya Fashion Semata, Blus Pussybow Jadi Simbol Feminisme

Bukan pernyataan fashion semata, blus pussybow kembali populer di Swedia sebagai simbol solidaritas untuk Sara Danius, peraih Nobel Sastra yang juga merupakan Sekretaris Swedish Academy dan dilengserkan karena skandal #MeToo

oleh Ana Fauziyah diperbarui 20 Apr 2018, 15:45 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2018, 15:45 WIB
Fashion
Bukan pernyataan fashion semata blus pussybow menjadi simbol solidaritas untuk Sara Danius peraih Nobel Sastra. (Foto: Instagram @saradanius @thronullberg @svenskaakademien)

Liputan6.com, Jakarta Saat ini blus pussybow kembali populer di Swedia sebagai simbol solidaritas untuk Sara Danius, peraih Nobel Sastra yang juga merupakan Sekretaris Swedish Academy yang dilengserkan karena skandal #MeToo. Blus dengan pita lebar di kerah yang biasa disebut dengan pussybow ternyata bukan pernyataan fashion semata.

Sejak tahun 1980-an, selain berfungsi sebagai fashion statement, blus dengan aksen pussybow telah dijadikan sebagai simbol feminisme sebagai tandingan gaya kemeja plus dasi yang biasa dikenakan pria saat bekerja atau dalam situasi resmi.

Blus yang termasuk salah satu item fashion bergaya retro tersebut mulai digunakan pada tahun 70-an dan 80-an ketika para perempuan mulai mengisi jabatan-jabatan penting seperti CEO, manajer atau jabatan eksekutif lainnya yang biasa hanya diduduki oleh para pria. 

Meg Whitman, mantan CEO Hewlett-Packard, menjelaskan bahwa saat ia pertama kali menjabat sebagai brand manager di P&G pada tahun 1979, tidak ada aturan yang jelas tentang busana kerja untuk wanita.

“Kami dulu memakai jas dengan rok dan jaket dengan kemeja button-down dan dasi kupu-kupu kecil, karena itu semacam penafsiran kami tentang dasi pria. Itu adalah usaha kami untuk menjadi feminin, tetapi juga tetap mengimbangi gaya busana para pria,” jelas Whitman, dikutip dari Jezebel (Jumat, 20/4/2018).

 

Pussycat bow

 

Sara Danius lämnar arbetet i Svenska Akademien. Det meddelar hon i ett uttalande efter torsdagens sammankomst. Sara Danius blir den fjärde ledamoten som inom loppet av sex dagar lämnar arbetet i Svenska Akademien. Hon offentliggjorde sitt beslut efter torsdagens ordinarie sammankomst, där flera ledamöter, enligt SVT, hade planer om att genomföra en omröstning kring förtroendet för henne som intuitionens ständiga sekreterare. . – Jag lämnar Akademien som ständig sekreterare. Det var Akademiens vilja. Därmed beslöt jag mig också för att lämna min stol, stol nummer sju i Svensak Akademien. Det här beslutet gäller med omedelbar verkan. - Det är Akademiens vilja och jag rättar mig efter den viljan. Jag hade gärna velat fortsätta, men det finns annat att göra här i livet, säger Sara Danius till medierna utanför Börshuset, men vill inte kommentera om hennes beslut föregåtts av en omröstning. . Foto: Jonas Ekströmer/TT

Sebuah kiriman dibagikan oleh Dagens Nyheter (@dagens_nyheter) pada

Pussybow juga merujuk pada bagian anatomi tubuh wanita, yaitu bagian kelamin yang menurut mereka menyimbolkan feminisme. Namun, blus dengan pita lebar di bagian kerah tersebut juga sering disebut dengan pussycat bow yang kemungkinan merujuk pada cara orang mengikat pita di leher kucing kesayangan mereka.

Thatcher collar

Menurut survei terbaru yang dilakukan oleh majalah Glamour, banyak orang tidak menyukai nama pussybow. Mereka ingin mengganti istilah tersebut denga nama baru. Istilah yang banyak dipilih adalah ‘Thatcher collar’ yang merujuk pada Margareth Thatcher.

Hal ini mengingat bahwa mantan Perdana Menteri Inggris yang dijuluki wanita bertangan besi tersebut sering memakai blus pussybow. Lalu, bagaimana dengan Anda, apakah Anda memakai blus pussybow sekadar untuk pernyataan gaya fashion atau sebagai dukungan gerakan feminisme?

Ana Fauziyah 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya