Liputan6.com, Jakarta Plengsengan merupakan salah satu sistem sanitasi tradisional yang masih dapat ditemui di beberapa daerah di Indonesia, terutama di kawasan pedesaan atau pegunungan. Meski terkesan sederhana, plengsengan memiliki peran penting dalam upaya penyehatan lingkungan dan pencegahan penyebaran penyakit. Mari kita telusuri lebih dalam tentang apa itu plengsengan, bagaimana cara kerjanya, serta kelebihan dan kekurangannya.
Definisi dan Pengertian Plengsengan
Plengsengan adalah jenis jamban atau kakus sederhana yang memiliki saluran pembuangan miring (melengseng) yang langsung mengarah ke tempat penampungan kotoran. Istilah "plengsengan" berasal dari bahasa Jawa "melengseng" yang berarti miring. Konstruksi dasarnya terdiri dari lubang jongkok yang terhubung dengan saluran miring menuju bak penampungan atau septic tank.
Berbeda dengan jamban leher angsa yang memiliki lekukan berbentuk U untuk menahan bau, plengsengan tidak memiliki sekat air. Oleh karena itu, biasanya lubang jongkok plengsengan dilengkapi dengan penutup untuk mencegah bau dan masuknya serangga. Meski tergolong sistem sanitasi sederhana, plengsengan tetap memenuhi kriteria jamban sehat karena dilengkapi tempat jongkok dan penampungan kotoran yang terpisah.
Plengsengan umumnya dibangun dengan konstruksi sederhana menggunakan bahan-bahan lokal seperti kayu, bambu, atau batu bata. Bagian atasnya berupa lantai dengan lubang jongkok, sementara bagian bawahnya berupa saluran miring yang mengarah ke bak penampungan. Desain miring ini membantu kotoran mengalir dengan lancar ke tempat pembuangan akhir.
Advertisement
Sejarah dan Perkembangan Plengsengan
Plengsengan telah digunakan sejak lama sebagai salah satu solusi sanitasi di daerah-daerah yang belum memiliki akses terhadap sistem sanitasi modern. Pada masa lalu, plengsengan menjadi alternatif yang lebih baik dibandingkan buang air besar sembarangan di sungai atau kebun yang dapat mencemari lingkungan dan menyebarkan penyakit.
Seiring perkembangan zaman dan meningkatnya kesadaran akan pentingnya sanitasi yang baik, pemerintah dan lembaga kesehatan mulai menggalakkan penggunaan jamban sehat, termasuk plengsengan, untuk mengurangi kebiasaan buang air besar sembarangan. Program-program penyuluhan dan bantuan pembangunan jamban sehat turut mendorong penggunaan plengsengan di berbagai daerah.
Meski kini banyak daerah telah beralih ke sistem sanitasi yang lebih modern seperti kloset leher angsa, plengsengan masih dapat ditemui di beberapa kawasan pedesaan atau pegunungan. Hal ini terutama disebabkan oleh faktor biaya yang lebih terjangkau serta kemudahan dalam pembangunan dan perawatannya.
Cara Kerja Plengsengan
Sistem kerja plengsengan cukup sederhana namun efektif dalam membuang kotoran manusia. Berikut adalah tahapan cara kerja plengsengan:
- Pengguna melakukan buang air besar di atas lubang jongkok yang terdapat pada lantai plengsengan.
- Kotoran akan jatuh dan mengalir melalui saluran miring yang ada di bawah lubang jongkok.
- Kemiringan saluran membantu kotoran mengalir dengan lancar menuju bak penampungan atau septic tank.
- Air digunakan untuk membilas dan mendorong kotoran agar mengalir lebih lancar ke tempat pembuangan.
- Setelah selesai, lubang jongkok ditutup untuk mencegah bau dan masuknya serangga.
Penting untuk diingat bahwa plengsengan membutuhkan air untuk membersihkan dan mendorong kotoran, meski jumlahnya tidak sebanyak yang dibutuhkan oleh kloset leher angsa. Penggunaan air yang cukup membantu menjaga kebersihan saluran dan mencegah penyumbatan.
Advertisement
Kelebihan Plengsengan
Meski tergolong sistem sanitasi sederhana, plengsengan memiliki beberapa kelebihan yang membuatnya masih relevan di beberapa daerah:
- Biaya pembuatan lebih murah dibandingkan sistem sanitasi modern
- Konstruksi sederhana sehingga mudah dibangun dan diperbaiki
- Cocok untuk daerah yang kesulitan air karena tidak membutuhkan banyak air untuk penggelontoran
- Dapat dibangun menggunakan bahan-bahan lokal yang mudah didapat
- Perawatan relatif mudah dan murah
- Memenuhi kriteria jamban sehat karena memiliki tempat jongkok dan penampungan kotoran yang terpisah
- Dapat menjadi solusi cepat untuk mengurangi kebiasaan buang air besar sembarangan
Kelebihan-kelebihan ini membuat plengsengan masih menjadi pilihan yang layak dipertimbangkan, terutama untuk daerah-daerah terpencil atau yang memiliki keterbatasan sumber daya.
Kekurangan Plengsengan
Di samping kelebihannya, plengsengan juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan:
- Tidak memiliki sekat air sehingga berpotensi menimbulkan bau tidak sedap
- Lebih berisiko menjadi sarang serangga seperti lalat jika tidak dijaga kebersihannya
- Kurang nyaman digunakan oleh lansia atau penyandang disabilitas karena hanya bisa digunakan dengan cara jongkok
- Berpotensi mencemari air tanah jika konstruksi bak penampungan tidak kedap air
- Kurang cocok untuk diterapkan pada desain kamar mandi modern
- Membutuhkan penutup lubang jongkok untuk mencegah bau dan masuknya serangga
- Dapat berbahaya bagi anak-anak jika tidak dilengkapi penutup yang aman
Mengingat kekurangan-kekurangan ini, penggunaan plengsengan perlu disertai dengan pemahaman yang baik tentang cara penggunaan dan perawatannya agar tetap aman dan higienis.
Advertisement
Perbandingan Plengsengan dengan Sistem Sanitasi Lain
Untuk memahami posisi plengsengan dalam konteks sistem sanitasi secara lebih luas, mari kita bandingkan dengan beberapa sistem sanitasi lainnya:
1. Plengsengan vs Kloset Leher Angsa
Kloset leher angsa merupakan sistem sanitasi yang lebih modern dan banyak digunakan saat ini. Perbedaan utamanya adalah:
- Kloset leher angsa memiliki lekukan berbentuk U yang berfungsi sebagai sekat air untuk menahan bau, sementara plengsengan tidak memiliki sekat air.
- Kloset leher angsa membutuhkan lebih banyak air untuk penggelontoran dibandingkan plengsengan.
- Dari segi estetika dan kenyamanan, kloset leher angsa umumnya lebih unggul.
- Biaya pembuatan dan perawatan kloset leher angsa lebih tinggi dibandingkan plengsengan.
2. Plengsengan vs Jamban Cemplung
Jamban cemplung merupakan sistem sanitasi yang lebih sederhana dibandingkan plengsengan. Perbedaannya meliputi:
- Jamban cemplung tidak memiliki saluran pembuangan, kotoran langsung jatuh ke lubang penampungan di bawahnya.
- Plengsengan membutuhkan air untuk mendorong kotoran, sementara jamban cemplung tidak memerlukan air.
- Risiko pencemaran air tanah pada jamban cemplung lebih tinggi dibandingkan plengsengan yang memiliki saluran pembuangan.
- Plengsengan umumnya lebih higienis dibandingkan jamban cemplung.
3. Plengsengan vs Sistem Septik Modern
Sistem septik modern merupakan peningkatan dari sistem sanitasi tradisional. Beberapa perbedaannya dengan plengsengan antara lain:
- Sistem septik modern memiliki proses pengolahan limbah yang lebih kompleks dan efektif.
- Kapasitas penampungan dan pengolahan limbah sistem septik modern jauh lebih besar.
- Sistem septik modern lebih ramah lingkungan karena mengurangi risiko pencemaran air tanah.
- Biaya instalasi dan perawatan sistem septik modern jauh lebih tinggi dibandingkan plengsengan.
Perbandingan ini menunjukkan bahwa meski memiliki keterbatasan, plengsengan masih dapat menjadi solusi yang layak untuk kondisi dan lokasi tertentu.
Cara Membuat Plengsengan yang Aman dan Higienis
Jika Anda memutuskan untuk membangun plengsengan, penting untuk memperhatikan beberapa hal agar hasilnya aman dan higienis:
- Pilih lokasi yang tepat, jauh dari sumber air minum untuk menghindari kontaminasi.
- Pastikan kemiringan saluran pembuangan cukup untuk memudahkan aliran kotoran.
- Gunakan bahan yang kuat dan tahan lama untuk konstruksi, seperti batu bata atau beton.
- Buat bak penampungan yang kedap air untuk mencegah rembesan ke tanah.
- Sediakan ventilasi yang cukup untuk mengurangi bau.
- Lengkapi dengan penutup lubang jongkok yang aman dan mudah digunakan.
- Pastikan ada sumber air yang cukup untuk membersihkan setelah penggunaan.
- Buat lantai yang tidak licin untuk menghindari kecelakaan.
- Sediakan tempat cuci tangan di dekat plengsengan untuk menjaga kebersihan.
Dengan memperhatikan hal-hal di atas, Anda dapat membuat plengsengan yang lebih aman, nyaman, dan higienis.
Advertisement
Perawatan dan Pemeliharaan Plengsengan
Untuk menjaga agar plengsengan tetap berfungsi dengan baik dan higienis, diperlukan perawatan dan pemeliharaan rutin. Berikut beberapa tips perawatan plengsengan:
- Bersihkan lubang jongkok dan area sekitarnya secara teratur dengan air dan pembersih.
- Pastikan saluran pembuangan tidak tersumbat. Jika ada sumbatan, segera bersihkan.
- Periksa kondisi penutup lubang jongkok secara berkala dan ganti jika rusak.
- Lakukan pengurasan bak penampungan secara berkala, tergantung pada intensitas penggunaan.
- Jaga agar area sekitar plengsengan tetap kering untuk mencegah perkembangbiakan serangga.
- Sediakan sabun dan air bersih untuk mencuci tangan setelah menggunakan plengsengan.
- Lakukan perbaikan segera jika ada kerusakan pada konstruksi plengsengan.
- Edukasi anggota keluarga atau pengguna tentang cara penggunaan dan perawatan yang benar.
Dengan perawatan yang baik, plengsengan dapat bertahan lama dan tetap berfungsi optimal dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Mitos dan Fakta Seputar Plengsengan
Beberapa mitos dan fakta seputar plengsengan yang perlu diluruskan:
Mitos: Plengsengan selalu bau dan kotor
Fakta: Jika dirawat dengan baik dan dibersihkan secara teratur, plengsengan bisa tetap bersih dan minim bau.
Mitos: Plengsengan pasti mencemari air tanah
Fakta: Jika dibangun dengan benar dan memiliki bak penampungan yang kedap air, risiko pencemaran air tanah dapat diminimalkan.
Mitos: Plengsengan tidak higienis
Fakta: Plengsengan yang dirawat dengan baik tetap bisa menjadi fasilitas sanitasi yang higienis.
Mitos: Plengsengan hanya cocok untuk daerah pedesaan
Fakta: Meski lebih umum di pedesaan, plengsengan bisa menjadi solusi sementara di berbagai lokasi yang belum memiliki akses sanitasi modern.
Mitos: Plengsengan tidak aman untuk anak-anak
Fakta: Dengan desain yang tepat dan pengawasan yang baik, plengsengan bisa aman digunakan oleh anak-anak.
Pemahaman yang benar tentang plengsengan dapat membantu masyarakat dalam memutuskan apakah sistem sanitasi ini cocok untuk kondisi mereka.
Advertisement
Perkembangan Teknologi dalam Sistem Sanitasi
Meski plengsengan masih digunakan di beberapa daerah, perkembangan teknologi telah membawa kemajuan signifikan dalam sistem sanitasi. Beberapa inovasi terbaru meliputi:
- Toilet kompos yang mengubah limbah manusia menjadi pupuk
- Sistem pengolahan air limbah skala kecil untuk rumah tangga
- Toilet tanpa air yang menggunakan teknologi pemisahan urin dan feses
- Sistem sanitasi berbasis membran yang dapat mendaur ulang air limbah
- Toilet pintar dengan fitur pembersihan otomatis dan analisis kesehatan
Inovasi-inovasi ini menunjukkan bahwa masa depan sanitasi akan semakin ramah lingkungan dan efisien. Namun, di daerah-daerah yang belum memiliki akses terhadap teknologi ini, plengsengan masih dapat menjadi solusi yang bermanfaat.
Peran Plengsengan dalam Pembangunan Sanitasi Pedesaan
Meski bukan solusi jangka panjang, plengsengan masih memiliki peran penting dalam upaya peningkatan sanitasi di daerah pedesaan, terutama di wilayah yang belum terjangkau sistem sanitasi modern. Beberapa peran plengsengan antara lain:
- Menjadi langkah awal dalam mengurangi praktik buang air besar sembarangan
- Memberikan akses sanitasi dasar bagi masyarakat dengan biaya terjangkau
- Membantu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya sanitasi yang baik
- Menjadi solusi sementara sambil menunggu pengembangan infrastruktur sanitasi yang lebih modern
- Mendukung program pemerintah dalam mencapai target sanitasi layak
Dengan peran-peran ini, plengsengan dapat menjadi batu loncatan menuju sistem sanitasi yang lebih baik di masa depan.
Advertisement
Pertanyaan Umum (FAQ) Seputar Plengsengan
1. Apakah plengsengan aman untuk lingkungan?
Jika dibangun dan dirawat dengan benar, plengsengan cukup aman untuk lingkungan. Namun, perlu diperhatikan agar konstruksinya kedap air untuk mencegah pencemaran air tanah.
2. Berapa lama plengsengan bisa bertahan?
Dengan perawatan yang baik, plengsengan bisa bertahan 5-10 tahun, tergantung pada kualitas konstruksi dan intensitas penggunaannya.
3. Apakah plengsengan bisa digunakan di rumah modern?
Meski bisa, plengsengan jarang digunakan di rumah modern karena ada alternatif yang lebih nyaman dan estetis seperti kloset leher angsa.
4. Bagaimana cara mengatasi bau pada plengsengan?
Bau dapat dikurangi dengan membersihkan secara rutin, menjaga ventilasi yang baik, dan menggunakan penutup lubang jongkok yang rapat.
5. Apakah plengsengan masih direkomendasikan untuk dibangun saat ini?
Di daerah yang sudah memiliki akses terhadap sistem sanitasi modern, plengsengan umumnya tidak lagi direkomendasikan. Namun, di daerah terpencil atau dengan keterbatasan sumber daya, plengsengan masih bisa menjadi solusi sementara yang bermanfaat.
Kesimpulan
Plengsengan, meski tergolong sistem sanitasi tradisional, masih memiliki peran penting dalam upaya peningkatan sanitasi di beberapa daerah di Indonesia. Dengan biaya pembuatan yang terjangkau dan konstruksi yang sederhana, plengsengan dapat menjadi solusi cepat untuk mengurangi praktik buang air besar sembarangan, terutama di daerah yang belum terjangkau sistem sanitasi modern.
Namun, penting untuk diingat bahwa plengsengan bukanlah solusi jangka panjang. Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kesadaran akan pentingnya sanitasi yang baik, masyarakat perlu didorong untuk beralih ke sistem sanitasi yang lebih modern, aman, dan ramah lingkungan.
Dalam konteks pembangunan sanitasi nasional, plengsengan dapat dilihat sebagai batu loncatan menuju sistem sanitasi yang lebih baik. Sambil terus mengembangkan infrastruktur sanitasi modern, pemerintah dan masyarakat dapat memanfaatkan plengsengan sebagai solusi sementara untuk meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan dan mencegah penyebaran penyakit.
Dengan pemahaman yang baik tentang kelebihan dan kekurangan plengsengan, serta komitmen untuk terus meningkatkan standar sanitasi, kita dapat berharap bahwa di masa depan, setiap warga negara Indonesia akan memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak, aman, dan berkelanjutan.
Advertisement