Mengenal Ciri-Ciri Puisi Lama dan Baru Mulai dari Perbedaan, Jenis, dan Contoh

Pelajari ciri ciri puisi lama dan baru, perbedaan keduanya, jenis-jenis puisi, serta contoh puisi lama dan baru. Pahami karakteristik unik masing-masing.

oleh Liputan6 diperbarui 02 Des 2024, 14:44 WIB
Diterbitkan 02 Des 2024, 14:43 WIB
ciri ciri puisi lama dan baru
ciri ciri puisi lama dan baru ©Ilustrasi dibuat AI

Liputan6.com, Jakarta Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang memiliki keindahan bahasa dan kedalaman makna. Sebagai bagian penting dari khazanah sastra Indonesia, puisi telah mengalami perkembangan dari masa ke masa. Dua kategori utama puisi yang kita kenal adalah puisi lama dan puisi baru. Masing-masing memiliki karakteristik unik yang mencerminkan zamannya. Mari kita telusuri lebih dalam mengenai ciri ciri puisi lama dan baru, perbedaannya, serta contoh-contohnya.

Pengertian Puisi

Puisi adalah ungkapan perasaan atau pikiran penyair yang dirangkai dalam susunan kata-kata indah dan penuh makna. Menurut KBBI, puisi didefinisikan sebagai ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Lebih dari sekadar rangkaian kata, puisi merupakan cerminan jiwa penulisnya yang dituangkan dalam bahasa yang padat, kias, dan imajinatif.

Para ahli sastra memiliki pandangan beragam tentang definisi puisi:

  • Samuel Taylor Coleridge menyebut puisi sebagai kata-kata terindah dalam susunan terindah.
  • Carlyle memandang puisi sebagai pemikiran yang bersifat musikal.
  • William Wordsworth mendefinisikan puisi sebagai pernyataan perasaan imajinatif.
  • Herman J. Waluyo menyatakan puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa puisi merupakan ekspresi pikiran dan perasaan penyair yang dituangkan dalam bahasa indah, padat makna, dan memiliki unsur musikalitas. Puisi tidak hanya mementingkan keindahan kata-kata, tetapi juga kedalaman pesan yang ingin disampaikan.

Sejarah Perkembangan Puisi di Indonesia

Perjalanan puisi di Indonesia telah melewati berbagai fase perkembangan yang menarik. Dimulai dari tradisi lisan masyarakat Nusantara, puisi kemudian berkembang menjadi bentuk tertulis seiring masuknya pengaruh asing dan modernisasi. Berikut adalah gambaran singkat evolusi puisi di tanah air:

  • Era Pra-Kolonial: Puisi lisan seperti pantun, syair, dan gurindam berkembang sebagai bagian dari tradisi budaya berbagai suku di Nusantara. Puisi-puisi ini sering digunakan dalam upacara adat, hiburan, dan penyampaian pesan moral.
  • Masa Kolonial: Pengaruh Barat mulai masuk, memperkenalkan bentuk-bentuk puisi baru. Pujangga-pujangga seperti Amir Hamzah mulai mengadopsi gaya puisi modern sambil tetap mempertahankan unsur-unsur tradisional.
  • Era Kemerdekaan: Muncul generasi penyair seperti Chairil Anwar yang membawa angin segar dalam dunia perpuisian Indonesia. Puisi menjadi media ekspresi semangat kebangsaan dan kritik sosial.
  • Periode 1960-1980an: Eksperimentasi bentuk dan isi puisi semakin beragam. Penyair seperti W.S. Rendra, Sutardji Calzoum Bachri, dan Sapardi Djoko Damono membawa inovasi baru dalam teknik penulisan puisi.
  • Era Kontemporer: Puisi semakin bebas dalam bentuk dan tema. Muncul berbagai aliran seperti puisi konkret, puisi prosa, dan puisi multimedia yang memanfaatkan teknologi digital.

Perkembangan ini menunjukkan bahwa puisi Indonesia terus berevolusi, mencerminkan perubahan zaman dan aspirasi masyarakatnya. Dari bentuk yang terikat aturan ketat hingga ekspresi bebas, puisi tetap menjadi medium penting dalam mengungkapkan perasaan, kritik sosial, dan refleksi kehidupan.

Ciri-Ciri Puisi Lama

Puisi lama merupakan warisan sastra yang kaya akan nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal. Berikut adalah ciri-ciri utama yang membedakan puisi lama dari bentuk puisi lainnya:

  • Anonim: Mayoritas puisi lama tidak diketahui pengarangnya. Hal ini karena puisi lama sering kali merupakan karya kolektif masyarakat yang diwariskan secara turun-temurun.
  • Terikat Aturan Ketat: Puisi lama memiliki struktur yang sangat teratur, meliputi jumlah baris dalam setiap bait, jumlah suku kata dalam setiap baris, serta pola rima yang konsisten.
  • Bersifat Komunal: Isi puisi lama umumnya mencerminkan nilai-nilai, kepercayaan, dan pandangan hidup masyarakat secara umum, bukan ekspresi individual.
  • Disampaikan Secara Lisan: Puisi lama awalnya berkembang sebagai tradisi lisan, dituturkan dari generasi ke generasi sebelum akhirnya dibukukan.
  • Bahasa Arkais: Sering menggunakan kata-kata atau ungkapan kuno yang mungkin sudah jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari masa kini.
  • Bersifat Statis: Gaya bahasa dan struktur puisi lama cenderung tetap dan tidak banyak berubah dari waktu ke waktu.
  • Tema Terbatas: Umumnya berkisar pada tema-tema tradisional seperti alam, cinta, kepahlawanan, atau nasihat moral.
  • Fungsi Sosial: Puisi lama sering memiliki fungsi praktis dalam masyarakat, misalnya sebagai media pendidikan moral, hiburan, atau bagian dari ritual adat.

Ciri-ciri ini membuat puisi lama memiliki keunikan tersendiri. Meskipun terikat aturan, puisi lama mampu menyampaikan pesan-pesan mendalam dengan bahasa yang indah dan sarat makna. Pemahaman terhadap ciri-ciri ini penting untuk mengapresiasi nilai historis dan kultural yang terkandung dalam puisi lama.

Jenis-jenis Puisi Lama

Puisi lama memiliki beragam jenis yang masing-masing memiliki karakteristik unik. Berikut adalah penjelasan detail mengenai jenis-jenis puisi lama yang populer di Indonesia:

1. Pantun

Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang paling dikenal luas. Ciri khasnya adalah:

  • Terdiri dari empat baris dalam satu bait
  • Bersajak a-b-a-b
  • Dua baris pertama disebut sampiran, dua baris terakhir berisi maksud
  • Setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata

Contoh pantun:

Asam kandis asam gelugur,Ketiga asam riang-riang;Menangis mayat di pintu kubur,Teringat badan tidak sembahyang.

2. Syair

Syair berasal dari bahasa Arab dan memiliki ciri-ciri:

  • Terdiri dari empat baris dalam satu bait
  • Bersajak a-a-a-a
  • Setiap baris merupakan isi, tidak ada sampiran
  • Biasanya berisi cerita panjang atau nasihat

Contoh syair:

Pada zaman dahulu kala,Tersebutlah sebuah cerita,Negeri aman sentosa,Rakyat hidup makmur sejahtera.

3. Gurindam

Gurindam adalah jenis puisi lama yang memiliki ciri:

  • Terdiri dari dua baris dalam satu bait
  • Bersajak a-a
  • Berisi nasihat atau petuah
  • Baris pertama berisi syarat, baris kedua berisi akibat

Contoh gurindam:

Barang siapa meninggalkan sembahyang,Seperti rumah tiada bertiang.

4. Mantra

Mantra adalah jenis puisi lama yang diyakini memiliki kekuatan magis. Cirinya:

  • Menggunakan kata-kata yang dianggap sakral
  • Berirama dengan pengulangan bunyi
  • Digunakan untuk tujuan tertentu (pengobatan, perlindungan, dll)

Contoh mantra:

BismillahirrahmanirrahimAir suci menyucikanBadan kotor jadi bersihPenyakit hilang kesembuhan datang

5. Talibun

Talibun mirip dengan pantun, namun memiliki jumlah baris yang lebih banyak. Cirinya:

  • Jumlah baris dalam satu bait selalu genap (6, 8, atau 10 baris)
  • Separuh pertama adalah sampiran, separuh terakhir adalah isi
  • Bersajak a-b-c-a-b-c (untuk talibun 6 baris)

Contoh talibun:

Kalau anak pergi ke pekanYu beli belanak pun beliIkan panjang beli dahuluKalau anak pergi berjalanIbu cari sanak pun cariInduk semang cari dahulu

Memahami jenis-jenis puisi lama ini penting untuk menghargai kekayaan sastra tradisional Indonesia. Setiap jenis memiliki keunikan dan fungsi sosialnya masing-masing dalam masyarakat.

Ciri-Ciri Puisi Baru

Puisi baru muncul sebagai bentuk evolusi dari puisi lama, mencerminkan perubahan zaman dan cara berpikir masyarakat yang lebih modern. Berikut adalah ciri-ciri utama puisi baru:

  • Bebas dari Aturan Ketat: Tidak terikat pada jumlah baris, suku kata, atau pola rima tertentu seperti puisi lama.
  • Individualitas Penyair: Nama penulis puisi baru umumnya diketahui, menunjukkan ekspresi individual yang kuat.
  • Tema Beragam: Mencakup berbagai aspek kehidupan modern, termasuk kritik sosial, politik, dan refleksi personal.
  • Gaya Bahasa Dinamis: Penggunaan bahasa yang lebih eksperimental dan beragam, termasuk penggunaan majas yang lebih kompleks.
  • Bentuk Visual: Terkadang memperhatikan tata letak atau tipografi puisi sebagai bagian dari ekspresi artistik.
  • Irama Bebas: Tidak terpaku pada irama tertentu, bisa mengalir sesuai dengan emosi atau pesan yang ingin disampaikan.
  • Penyebaran Tertulis: Lebih banyak disebarkan melalui media cetak atau digital, tidak lagi bergantung pada tradisi lisan.
  • Pengaruh Asing: Sering menunjukkan pengaruh gaya puisi dari budaya lain, terutama Barat.
  • Ekspresi Emosi Lebih Eksplisit: Penyair lebih bebas mengungkapkan perasaan pribadi secara langsung.
  • Penggunaan Simbol: Sering menggunakan simbol-simbol personal atau universal untuk menyampaikan makna yang lebih dalam.

Ciri-ciri ini membuat puisi baru lebih fleksibel dan mampu mengakomodasi berbagai gaya penulisan. Puisi baru memberi ruang lebih luas bagi penyair untuk bereksperimen dengan bentuk dan isi, menciptakan karya yang lebih personal dan relevan dengan zaman modern.

Jenis-jenis Puisi Baru

Puisi baru memiliki beragam jenis yang mencerminkan kebebasan ekspresi dan eksperimentasi dalam dunia sastra modern. Berikut adalah penjelasan detail mengenai jenis-jenis puisi baru yang populer:

1. Balada

Balada adalah jenis puisi yang bercerita tentang suatu kisah atau legenda. Ciri-cirinya:

  • Berisi narasi atau cerita
  • Biasanya tentang kepahlawanan, cinta, atau tragedi
  • Memiliki irama yang kuat dan berulang

Contoh balada yang terkenal adalah "Balada Orang-orang Tercinta" karya W.S. Rendra.

2. Soneta

Soneta adalah puisi yang terdiri dari 14 baris dengan struktur yang khas:

  • Terbagi menjadi dua kuatrin (4 baris) dan dua terzina (3 baris)
  • Memiliki skema rima tertentu, misalnya abba abba cde cde
  • Sering membahas tema cinta atau alam

Contoh soneta yang terkenal di Indonesia adalah karya-karya Muhammad Yamin.

3. Ode

Ode adalah puisi yang berisi pujian terhadap seseorang, benda, atau keadaan. Cirinya:

  • Menggunakan bahasa yang tinggi dan formal
  • Biasanya panjang dan dibagi dalam beberapa bait
  • Mengekspresikan emosi yang kuat

Salah satu contoh ode dalam sastra Indonesia adalah "Ode buat Proklamator" karya Leon Agusta.

4. Elegi

Elegi adalah puisi yang mengungkapkan kesedihan atau duka cita. Karakteristiknya:

  • Bernada melankolis
  • Sering membahas tema kematian atau kehilangan
  • Dapat berupa renungan filosofis tentang hidup dan mati

Contoh elegi yang terkenal adalah "Elegi untuk Anakku" karya Amir Hamzah.

5. Epigram

Epigram adalah puisi pendek yang berisi sindiran atau kritik tajam. Cirinya:

  • Singkat dan padat
  • Mengandung humor atau ironi
  • Sering digunakan untuk kritik sosial atau politik

Banyak puisi Taufiq Ismail yang dapat dikategorikan sebagai epigram.

6. Romansa

Romansa adalah puisi yang bercerita tentang kisah cinta. Karakteristiknya:

  • Bernada romantis
  • Sering menggunakan bahasa yang indah dan metafora
  • Dapat berupa narasi panjang atau lirik pendek

Puisi-puisi Sapardi Djoko Damono sering kali mengandung unsur romansa.

7. Himne

Himne adalah puisi yang berisi pujian, biasanya ditujukan kepada Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Cirinya:

  • Bernada agung dan khidmat
  • Sering dinyanyikan atau dibacakan dalam upacara
  • Menggunakan bahasa yang formal dan penuh semangat

Contoh himne yang terkenal adalah "Hymne Guru" karya Sartono.

Jenis-jenis puisi baru ini menunjukkan keberagaman ekspresi dalam sastra modern Indonesia. Setiap jenis memiliki karakteristik dan fungsi uniknya masing-masing, memberikan ruang bagi penyair untuk mengekspresikan diri sesuai dengan gaya dan tujuan mereka.

Perbedaan Puisi Lama dan Puisi Baru

Memahami perbedaan antara puisi lama dan puisi baru sangat penting untuk mengapresiasi evolusi sastra Indonesia. Berikut adalah perbandingan detail antara kedua jenis puisi ini:

1. Struktur dan Bentuk

  • Puisi Lama: Memiliki struktur yang sangat teratur dan terikat. Jumlah baris, suku kata, dan pola rima harus mengikuti aturan tertentu.
  • Puisi Baru: Lebih bebas dalam struktur. Penyair dapat bereksperimen dengan jumlah baris, suku kata, dan pola rima sesuai keinginan mereka.

2. Kepengarangan

  • Puisi Lama: Umumnya anonim, tidak diketahui siapa pengarangnya karena merupakan karya kolektif masyarakat.
  • Puisi Baru: Nama penyair diketahui dan dianggap penting sebagai bagian dari identitas karya.

3. Tema dan Isi

  • Puisi Lama: Cenderung membahas tema-tema tradisional seperti alam, cinta, nasihat moral, atau kepahlawanan.
  • Puisi Baru: Mencakup tema yang lebih luas dan beragam, termasuk kritik sosial, politik, refleksi personal, dan isu-isu kontemporer.

4. Bahasa dan Gaya

  • Puisi Lama: Menggunakan bahasa yang cenderung baku dan formal, dengan gaya yang relatif statis.
  • Puisi Baru: Lebih eksperimental dalam penggunaan bahasa, sering menggunakan gaya bahasa yang lebih personal dan dinamis.

5. Penyebaran

  • Puisi Lama: Awalnya disebarkan secara lisan dari generasi ke generasi sebelum akhirnya dibukukan.
  • Puisi Baru: Lebih banyak disebarkan melalui media cetak atau digital sejak awal penciptaannya.

6. Fungsi Sosial

  • Puisi Lama: Sering memiliki fungsi praktis dalam masyarakat, seperti media pendidikan moral atau bagian dari ritual adat.
  • Puisi Baru: Lebih berfokus pada ekspresi artistik dan refleksi individual, meskipun tetap dapat memiliki pesan sosial.

7. Pengaruh Budaya

  • Puisi Lama: Mencerminkan nilai-nilai dan pandangan hidup tradisional masyarakat Nusantara.
  • Puisi Baru: Sering menunjukkan pengaruh dari budaya global, terutama sastra Barat.

8. Irama dan Musikalitas

  • Puisi Lama: Memiliki irama yang teratur dan sering dapat dinyanyikan atau dilagukan.
  • Puisi Baru: Irama lebih bebas dan tidak selalu mengikuti pola tertentu, tergantung pada gaya individual penyair.

9. Penggunaan Majas

  • Puisi Lama: Cenderung menggunakan majas yang sudah umum dan dipahami bersama dalam masyarakat.
  • Puisi Baru: Lebih berani dalam penggunaan majas, sering menciptakan metafora baru dan unik.

10. Tujuan Penciptaan

  • Puisi Lama: Sering bertujuan untuk menyampaikan ajaran, nasihat, atau melestarikan nilai-nilai tradisional.
  • Puisi Baru: Lebih berfokus pada ekspresi diri, kritik sosial, atau eksplorasi artistik.

Perbedaan-perbedaan ini menunjukkan bagaimana puisi telah berkembang seiring dengan perubahan zaman dan cara berpikir masyarakat. Meskipun berbeda, baik puisi lama maupun puisi baru memiliki nilai dan keindahannya masing-masing dalam khazanah sastra Indonesia.

Contoh Puisi Lama dan Puisi Baru

Untuk lebih memahami perbedaan antara puisi lama dan puisi baru, mari kita lihat beberapa contoh konkret dari masing-masing jenis:

Contoh Puisi Lama:

1. Pantun Nasihat:

Jika hendak mengenal orang berbangsa,Lihat kepada budi dan bahasa.Jika hendak mengenal orang yang berjasa,Lihat kepada ilmu dan usaha.

2. Syair Ken Tambuhan (penggalan):

Lalulah berjalan Ken Tambuhan,Diiringi penglipur dengan tadahan,Lemah lembut berjalan perlahan,Lakunya manis memberi kasihan.

3. Gurindam Dua Belas (Raja Ali Haji):

Barang siapa tiada memegang agama,Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.

Contoh Puisi Baru:

1. "Aku" karya Chairil Anwar:

Kalau sampai waktukuKu mau tak seorang kan merayuTidak juga kauTak perlu sedu sedan ituAku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuangBiar peluru menembus kulitkuAku tetap meradang menerjangLuka dan bisa kubawa berlariBerlariHingga hilang pedih periDan aku akan lebih tidak perduliAku mau hidup seribu tahun lagi

2. "Hujan Bulan Juni" karya Sapardi Djoko Damono:

tak ada yang lebih tabahdari hujan bulan Junidirahasiakannya rintik rindunyakepada pohon berbunga itutak ada yang lebih bijakdari hujan bulan Junidihapusnya jejak-jejak kakinyayang ragu-ragu di jalan itutak ada yang lebih arifdari hujan bulan Junidibiarkannya yang tak terucapkandiserap akar pohon bunga itu

3. "Doa" karya Amir Hamzah:

Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita,kekasihku?Dengan senja samar sepoi, pada masa purnamameningkat naik,Setelah menghalaukan panas payah terik.Angin malam menghembus lemah, menyejuk badan,melambung rasa menayang pikir,membawa angan ke bawah kursimu.Hatiku terang menerima katamu,bagai bintang memasang lilinnya.Kalbuku terbuka menunggu kasihmu,bagai sedap malam menyirak kelopak.Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu,penuhi dadaku dengan cahayamu,biar bersinar mataku sendu,biar berbinar gelakku rayu!

Contoh-contoh ini menunjukkan perbedaan yang jelas antara puisi lama dan puisi baru. Puisi lama memiliki struktur yang lebih teratur dan terikat, sementara puisi baru lebih bebas dalam bentuk dan ekspresinya. Puisi baru juga cenderung lebih personal dan ekspresif, mencerminkan pemikiran dan perasaan individual penyairnya.

Kesimpulan

Memahami ciri ciri puisi lama dan baru membuka wawasan kita terhadap kekayaan sastra Indonesia. Puisi lama, dengan struktur yang teratur dan pesan-pesan tradisionalnya, mencerminkan kearifan lokal dan nilai-nilai budaya yang telah diwariskan selama berabad-abad. Di sisi lain, puisi baru mewakili semangat modernitas, kebebasan berekspresi, dan refleksi terhadap perubahan zaman.

Perbedaan antara keduanya tidak hanya terletak pada struktur dan gaya penulisan, tetapi juga pada cara penyampaian pesan dan fungsi sosialnya. Puisi lama cenderung bersifat komunal dan memiliki peran penting dalam menjaga tradisi, sementara puisi baru lebih berfokus pada ekspresi individual dan kritik sosial.

Meskipun berbeda, baik puisi lama maupun puisi baru memiliki nilai estetika dan makna yang mendalam. Keduanya memperkaya khazanah sastra Indonesia dan memberikan perspektif yang beragam tentang kehidupan, masyarakat, dan kemanusiaan. Sebagai penikmat sastra, kita dapat mengapresiasi keunikan masing-masing jenis puisi ini, sambil tetap menghargai kontribusinya dalam membentuk identitas budaya dan literasi bangsa.

Pada akhirnya, memahami ciri ciri puisi lama dan baru tidak hanya penting untuk kepentingan akademis, tetapi juga untuk memperdalam apresiasi kita terhadap kekayaan bahasa dan sastra Indonesia. Dengan pemahaman ini, kita dapat lebih menghargai warisan budaya sekaligus mengikuti perkembangan sastra kontemporer, menjembatani masa lalu dengan masa kini dalam dunia puisi Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya