Liputan6.com, Jakarta - Ranitidine merupakan salah satu obat yang umum digunakan untuk mengatasi masalah asam lambung berlebih. Obat ini termasuk dalam golongan antagonis reseptor histamin H2 yang bekerja dengan cara menghambat produksi asam lambung. Meski efektif, penggunaan ranitidine perlu memperhatikan dosis dan aturan pakai yang tepat.
Artikel ini akan membahas secara lengkap tentang fungsi ranitidine, manfaat, dosis, efek samping, serta hal-hal penting lainnya yang perlu diketahui.
Pengertian Ranitidine
Ranitidine adalah obat yang termasuk dalam golongan antagonis reseptor histamin H2. Obat ini bekerja dengan cara menghambat secara kompetitif kerja reseptor histamin H2 yang berperan penting dalam sekresi asam lambung. Dengan menghambat reseptor H2, ranitidine dapat menurunkan produksi asam lambung baik dalam kondisi istirahat maupun saat ada rangsangan dari makanan, histamin, pentagastrin, kafein dan insulin.
Obat ini tersedia dalam berbagai bentuk sediaan seperti tablet, kaplet, sirup, dan cairan suntik. Beberapa merek dagang ranitidine yang beredar di pasaran antara lain Acran, Fordin, Gasticid, Hufadine, Limaag, Novaxidin, Ranitidine HCl, Rantamid, Titan, dan Tricker. Ranitidine termasuk obat keras yang hanya boleh dibeli dengan resep dokter.
Fungsi utama ranitidine adalah untuk mengatasi kondisi yang disebabkan oleh kelebihan produksi asam lambung, seperti:
- Tukak lambung (ulkus peptikum)
- Tukak usus dua belas jari (ulkus duodenum)
- Penyakit refluks gastroesofageal (GERD)
- Esofagitis erosif
- Sindrom Zollinger-Ellison
- Dispepsia
Selain itu, ranitidine juga dapat digunakan untuk mencegah tukak lambung akibat penggunaan obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) serta mengurangi risiko aspirasi pneumonitis pada pasien yang akan menjalani operasi.
Advertisement
Mekanisme Kerja Ranitidine
Untuk memahami cara kerja ranitidine, kita perlu mengetahui terlebih dahulu proses produksi asam lambung. Asam lambung diproduksi oleh sel parietal di dinding lambung. Produksi asam lambung dirangsang oleh beberapa faktor, salah satunya adalah histamin yang berikatan dengan reseptor H2 di sel parietal.
Ranitidine bekerja dengan cara:
- Menghambat pengikatan histamin pada reseptor H2 di sel parietal lambung
- Mencegah aktivasi sel parietal untuk memproduksi asam lambung
- Menurunkan volume, konsentrasi, dan jumlah total asam lambung yang dihasilkan
- Mengurangi sekresi pepsin (enzim pencernaan protein) yang dirangsang oleh histamin
Mekanisme kerja tersebut, ranitidine efektif menurunkan produksi asam lambung hingga 70%. Efek penghambatan asam lambung oleh ranitidine mulai terlihat dalam 1-2 jam setelah pemberian oral dan bertahan selama 10-12 jam. Puncak efek terjadi sekitar 2-3 jam setelah pemberian.
Dibandingkan dengan golongan penghambat pompa proton (PPI) seperti omeprazole, ranitidine memiliki onset kerja yang lebih cepat namun durasi efek yang lebih singkat. Oleh karena itu, ranitidine sering digunakan untuk mengatasi gejala akut, sementara PPI lebih dipilih untuk pengobatan jangka panjang.
Manfaat dan Kegunaan Ranitidine
Ranitidine memiliki berbagai manfaat dan kegunaan dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan asam lambung berlebih. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari penggunaan ranitidine:
1. Mengobati Tukak Lambung dan Tukak Duodenum
Ranitidine efektif dalam mengobati tukak (ulkus) yang terjadi pada lambung maupun usus dua belas jari (duodenum). Dengan mengurangi produksi asam lambung, ranitidine membantu mempercepat penyembuhan luka pada dinding lambung atau duodenum. Pengobatan biasanya berlangsung selama 4-8 minggu.
2. Mengatasi Gejala GERD
Penyakit refluks gastroesofageal (GERD) terjadi ketika asam lambung naik ke kerongkongan, menyebabkan gejala seperti heartburn dan regurgitasi. Ranitidine dapat mengurangi gejala GERD dengan menurunkan produksi asam lambung, sehingga mengurangi iritasi pada kerongkongan.
3. Mengobati Esofagitis Erosif
Esofagitis erosif adalah peradangan pada kerongkongan yang disebabkan oleh paparan asam lambung dalam jangka panjang. Ranitidine membantu menyembuhkan lesi pada kerongkongan dengan mengurangi paparan asam lambung.
4. Mengatasi Sindrom Zollinger-Ellison
Sindrom Zollinger-Ellison adalah kondisi langka yang menyebabkan produksi asam lambung berlebihan akibat tumor di pankreas atau usus dua belas jari. Ranitidine dapat membantu mengendalikan produksi asam lambung pada penderita sindrom ini.
5. Mencegah Tukak Akibat Penggunaan NSAID
Penggunaan obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko tukak lambung. Ranitidine dapat digunakan sebagai profilaksis untuk mencegah terbentuknya tukak pada pengguna NSAID jangka panjang.
6. Mengurangi Risiko Aspirasi Pneumonitis
Pada pasien yang akan menjalani operasi, ranitidine dapat diberikan untuk mengurangi volume dan keasaman cairan lambung. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko aspirasi pneumonitis jika terjadi regurgitasi selama operasi.
7. Mengatasi Dispepsia
Ranitidine dapat membantu mengurangi gejala dispepsia seperti nyeri ulu hati, kembung, dan mual yang disebabkan oleh kelebihan asam lambung.
Â
Advertisement
Dosis dan Aturan Pakai Ranitidine
Dosis ranitidine yang tepat dapat bervariasi tergantung pada kondisi yang diobati, usia pasien, dan bentuk sediaan obat. Berikut adalah panduan umum dosis ranitidine untuk berbagai kondisi:
1. Tukak Duodenum dan Tukak Lambung
- Dewasa: 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg 1 kali sehari sebelum tidur, selama 4-8 minggu
- Anak usia 3-11 tahun: 2-4 mg/kg BB, 2 kali sehari. Dosis maksimal 300 mg per hari
2. Penyakit Refluks Gastroesofageal (GERD)
- Dewasa: 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg 1 kali sehari sebelum tidur, selama 8-12 minggu
- Anak usia 3-11 tahun: 5-10 mg/kg BB per hari, dibagi menjadi 2 dosis. Dosis maksimal 600 mg per hari
3. Esofagitis Erosif
- Dewasa: 150 mg 4 kali sehari, selama 12 minggu. Dosis pemeliharaan 150 mg 2 kali sehari
4. Sindrom Zollinger-Ellison
- Dewasa: Dosis awal 150 mg 2 kali sehari, dapat ditingkatkan hingga maksimal 6 gram per hari dalam dosis terbagi
5. Pencegahan Tukak Akibat NSAID
- Dewasa: 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg 1 kali sehari sebelum tidur, selama penggunaan NSAID
6. Dispepsia
- Dewasa: 150 mg 2 kali sehari, selama 6 minggu
Aturan pakai ranitidine yang perlu diperhatikan:
- Ranitidine dapat diminum dengan atau tanpa makanan
- Jika diresepkan untuk diminum 1 kali sehari, sebaiknya diminum sebelum tidur
- Untuk penggunaan jangka panjang, ranitidine biasanya diminum 2 kali sehari (pagi dan malam)
- Jangan mengunyah atau menghancurkan tablet ranitidine, telan utuh dengan segelas air
- Jika menggunakan sirup ranitidine, kocok botol terlebih dahulu dan gunakan sendok takar yang disediakan untuk mengukur dosis dengan tepat
- Jangan menghentikan penggunaan ranitidine secara tiba-tiba tanpa konsultasi dengan dokter
- Jika lupa minum satu dosis, segera minum begitu ingat. Namun jika sudah mendekati waktu dosis berikutnya, lewati dosis yang terlewat dan lanjutkan jadwal normal
Penting untuk selalu mengikuti petunjuk dokter atau apoteker dalam menggunakan ranitidine. Jangan mengubah dosis atau menghentikan pengobatan tanpa konsultasi terlebih dahulu. Jika gejala tidak membaik atau memburuk setelah 2 minggu penggunaan, segera hubungi dokter untuk evaluasi lebih lanjut.
Efek Samping Ranitidine
Meskipun ranitidine umumnya ditoleransi dengan baik oleh sebagian besar pasien, obat ini tetap memiliki potensi efek samping. Penting untuk mengetahui efek samping yang mungkin terjadi agar dapat mengambil tindakan yang tepat jika mengalaminya. Efek samping ranitidine dapat dibagi menjadi efek samping umum dan efek samping serius.
Efek Samping Umum
Efek samping umum ranitidine biasanya ringan dan dapat hilang seiring berjalannya waktu. Efek samping ini meliputi:
- Sakit kepala
- Pusing atau mengantuk
- Konstipasi (sembelit)
- Diare
- Mual atau muntah
- Nyeri perut
- Perut kembung atau gas berlebih
- Ruam kulit ringan
Jika efek samping ini ringan dan tidak mengganggu, biasanya tidak perlu penanganan khusus. Namun, jika efek samping tersebut berlangsung lama atau semakin parah, sebaiknya konsultasikan dengan dokter.
Efek Samping Serius
Meskipun jarang terjadi, ranitidine juga dapat menyebabkan efek samping serius yang memerlukan perhatian medis segera. Efek samping serius yang perlu diwaspadai antara lain:
- Reaksi alergi berat (anafilaksis) dengan gejala seperti kesulitan bernapas, pembengkakan wajah atau tenggorokan, dan gatal-gatal parah
- Detak jantung tidak teratur atau cepat
- Nyeri dada
- Demam disertai menggigil dan batuk berdahak
- Mudah memar atau berdarah
- Kelelahan yang tidak biasa
- Perubahan suasana hati yang drastis, seperti depresi atau halusinasi
- Nyeri sendi atau otot yang parah
- Penglihatan kabur
- Urine berwarna gelap atau tinja berwarna pucat
- Kulit atau mata menguning (jaundice)
- Kejang
Jika mengalami salah satu dari efek samping serius di atas, segera hentikan penggunaan ranitidine dan cari pertolongan medis.
Efek Samping Jangka Panjang
Penggunaan ranitidine jangka panjang juga dapat memiliki beberapa risiko, meskipun jarang terjadi:
- Peningkatan risiko infeksi saluran pencernaan, seperti infeksi Clostridium difficile
- Penurunan penyerapan vitamin B12, yang dapat menyebabkan anemia
- Peningkatan risiko fraktur tulang, terutama pada penggunaan dosis tinggi jangka panjang
- Gangguan fungsi hati
- Perubahan jumlah sel darah putih (neutropenia atau agranulocytosis)
Untuk meminimalkan risiko efek samping jangka panjang, penggunaan ranitidine harus selalu di bawah pengawasan dokter. Evaluasi berkala diperlukan untuk memastikan manfaat pengobatan masih lebih besar daripada risikonya.
Advertisement
Interaksi Obat Ranitidine
Ranitidine dapat berinteraksi dengan berbagai obat lain, baik meningkatkan maupun mengurangi efektivitasnya. Beberapa interaksi obat yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Obat yang Memerlukan Keasaman Lambung untuk Penyerapan
Ranitidine dapat mengurangi penyerapan obat-obatan yang membutuhkan keasaman lambung untuk diserap dengan baik. Contohnya:
- Ketoconazole dan itraconazole (obat antijamur)
- Atazanavir (obat HIV)
- Gefitinib (obat kanker)
- Erlotinib (obat kanker)
2. Obat yang Metabolismenya Dipengaruhi Ranitidine
Ranitidine dapat mempengaruhi metabolisme beberapa obat di hati, yang dapat meningkatkan atau menurunkan kadar obat tersebut dalam darah. Contohnya:
- Warfarin (pengencer darah)
- Theophylline (obat asma)
- Glipizide (obat diabetes)
- Midazolam (obat penenang)
- Triazolam (obat tidur)
3. Obat yang Dapat Meningkatkan Efek Ranitidine
Beberapa obat dapat meningkatkan kadar ranitidine dalam darah, yang berpotensi meningkatkan efek samping. Contohnya:
- Procainamide (obat jantung)
- Metformin (obat diabetes)
4. Obat yang Efeknya Dapat Ditingkatkan oleh Ranitidine
Ranitidine dapat meningkatkan efek beberapa obat, yang mungkin memerlukan penyesuaian dosis. Contohnya:
- Metoprolol (obat tekanan darah tinggi)
- Nifedipine (obat tekanan darah tinggi)
- Phenytoin (obat epilepsi)
5. Interaksi dengan Antasida
Penggunaan antasida bersamaan dengan ranitidine dapat mengurangi penyerapan ranitidine. Jika perlu menggunakan keduanya, sebaiknya berikan jarak minimal 2 jam antara penggunaan ranitidine dan antasida.
Penting untuk selalu memberitahu dokter atau apoteker tentang semua obat, suplemen, dan produk herbal yang sedang dikonsumsi sebelum memulai pengobatan dengan ranitidine. Dokter dapat menyesuaikan dosis atau mengganti obat jika diperlukan untuk menghindari interaksi yang tidak diinginkan.
Peringatan dan Perhatian Penggunaan Ranitidine
Meskipun ranitidine umumnya aman digunakan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memastikan keamanan dan efektivitas pengobatan:
1. Riwayat Alergi
Beri tahu dokter jika Anda memiliki riwayat alergi terhadap ranitidine atau obat golongan antagonis H2 lainnya seperti cimetidine atau famotidine.
2. Kondisi Medis Tertentu
Informasikan dokter jika Anda memiliki atau pernah mengalami kondisi berikut:
- Gangguan fungsi ginjal
- Gangguan fungsi hati
- Porfiria (kelainan metabolisme)
- Fenilketonuria (jika menggunakan ranitidine effervescent)
- Diabetes
- Gangguan sistem kekebalan tubuh
- Penyakit paru-paru kronis seperti asma atau PPOK
3. Kehamilan dan Menyusui
Ranitidine termasuk dalam kategori B untuk kehamilan, yang berarti studi pada hewan tidak menunjukkan risiko pada janin, namun belum ada studi yang memadai pada wanita hamil. Jika Anda hamil atau berencana hamil, diskusikan dengan dokter tentang manfaat dan risiko penggunaan ranitidine.
Ranitidine dapat terserap ke dalam ASI. Jika Anda sedang menyusui, konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan ranitidine.
4. Penggunaan pada Anak-anak
Keamanan dan efektivitas ranitidine pada anak di bawah 12 tahun belum sepenuhnya ditetapkan. Penggunaan pada anak-anak harus di bawah pengawasan ketat dokter.
5. Penggunaan pada Lansia
Pasien lansia mungkin lebih sensitif terhadap efek ranitidine. Penyesuaian dosis mungkin diperlukan, terutama pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal.
6. Pemeriksaan Medis
Penggunaan ranitidine dapat menyembunyikan gejala kanker lambung. Jika Anda mengalami gejala seperti penurunan berat badan yang tidak disengaja, kesulitan menelan, atau muntah darah, segera hubungi dokter.
7. Efek pada Kemampuan Mengemudi
Ranitidine dapat menyebabkan pusing atau mengantuk pada beberapa orang. Hindari mengemudi atau mengoperasikan mesin berbahaya sampai Anda tahu bagaimana obat ini mempengaruhi Anda.
8. Penggunaan Jangka Panjang
Penggunaan ranitidine jangka panjang dapat meningkatkan risiko beberapa efek samping. Evaluasi berkala oleh dokter diperlukan untuk memastikan manfaat pengobatan masih lebih besar daripada risikonya.
9. Interaksi dengan Alkohol
Hindari konsumsi alkohol selama menggunakan ranitidine, karena dapat meningkatkan risiko efek samping pada lambung.
10. Pemeriksaan Laboratorium
Ranitidine dapat mempengaruhi hasil beberapa tes laboratorium. Beri tahu petugas medis bahwa Anda sedang menggunakan ranitidine sebelum menjalani pemeriksaan.
Dengan memperhatikan peringatan dan perhatian di atas, penggunaan ranitidine dapat lebih aman dan efektif. Selalu ikuti petunjuk dokter dan jangan ragu untuk bertanya jika ada hal yang tidak dipahami tentang pengobatan Anda.
Advertisement
Alternatif Pengobatan Selain Ranitidine
Meskipun ranitidine efektif dalam mengatasi masalah asam lambung, ada beberapa alternatif pengobatan yang dapat dipertimbangkan. Pilihan pengobatan dapat bervariasi tergantung pada kondisi spesifik pasien dan keputusan dokter. Berikut adalah beberapa alternatif pengobatan selain ranitidine:
1. Obat Golongan Penghambat Pompa Proton (PPI)
Obat-obatan ini bekerja dengan menghambat enzim yang bertanggung jawab atas produksi asam lambung. PPI umumnya lebih kuat dan memiliki durasi kerja yang lebih lama dibandingkan ranitidine. Contoh obat golongan PPI:
- Omeprazole
- Esomeprazole
- Lansoprazole
- Pantoprazole
- Rabeprazole
2. Antagonis Reseptor H2 Lainnya
Selain ranitidine, ada beberapa obat lain dalam golongan antagonis reseptor H2 yang dapat digunakan, seperti:
- Famotidine
- Cimetidine
- Nizatidine
3. Antasida
Antasida bekerja dengan cara menetralkan asam lambung. Obat ini cocok untuk mengatasi gejala ringan dan digunakan sesuai kebutuhan. Contoh antasida:
- Aluminium hidroksida
- Magnesium hidroksida
- Kalsium karbonat
4. Sukralfat
Sukralfat adalah obat yang membentuk lapisan pelindung pada permukaan tukak atau lesi di saluran pencernaan. Obat ini efektif untuk mengobati dan mencegah tukak lambung atau duodenum.
5. Prokinetik
Obat-obatan prokinetik dapat membantu mempercepat pengosongan lambung dan meningkatkan tonus sfingter esofagus bawah, yang berguna untuk mengatasi GERD. Contohnya adalah domperidone dan metoclopramide.
6. Obat Herbal dan Suplemen
Beberapa produk herbal dan suplemen diklaim dapat membantu mengatasi masalah asam lambung, meskipun efektivitasnya belum sepenuhnya terbukti secara ilmiah. Contohnya:
- Jahe
- Kunyit
- Probiotik
- DGL (Deglycyrrhizinated licorice)
7. Perubahan Gaya Hidup
Selain pengobatan farmakologis, perubahan gaya hidup juga penting dalam mengatasi masalah asam lambung. Beberapa langkah yang dapat dilakukan:
- Menghindari makanan yang memicu gejala
- Makan dalam porsi kecil tapi sering
- Menghindari makan terlalu dekat dengan waktu tidur
- Menurunkan berat badan jika kelebihan
- Berhenti merokok
- Mengurangi konsumsi alkohol dan kafein
- Mengelola stres
Pemilihan alternatif pengobatan harus selalu dikonsultasikan dengan dokter. Setiap pilihan pengobatan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, dan efektivitasnya dapat bervariasi tergantung pada kondisi individu. Dokter akan mempertimbangkan berbagai faktor seperti tingkat keparahan gejala, riwayat medis, dan kemungkinan interaksi obat sebelum merekomendasikan alternatif pengobatan yang paling sesuai.
Kesimpulan
Ranitidine merupakan obat yang efektif untuk mengatasi berbagai kondisi yang berkaitan dengan kelebihan asam lambung. Fungsi utamanya adalah mengurangi produksi asam lambung dengan cara menghambat reseptor histamin H2. Meski umumnya aman digunakan, ranitidine tetap memiliki potensi efek samping dan interaksi dengan obat lain yang perlu diperhatikan.
Penggunaan ranitidine harus selalu sesuai dengan petunjuk dokter, baik dalam hal dosis maupun durasi pengobatan. Penting untuk memahami peringatan dan perhatian khusus terkait penggunaan ranitidine, terutama bagi kelompok pasien tertentu seperti ibu hamil, lansia, atau penderita gangguan ginjal dan hati.
Meskipun ranitidine efektif, ada beberapa alternatif pengobatan yang dapat dipertimbangkan, termasuk obat-obatan lain dan perubahan gaya hidup. Pilihan pengobatan sebaiknya didiskusikan dengan dokter untuk memastikan pendekatan yang paling sesuai dengan kondisi masing-masing individu.
Â
Advertisement