Apa itu Weton: Memahami Tradisi Perhitungan Hari Kelahiran dalam Budaya Jawa

Pelajari tentang weton Jawa, sistem perhitungan hari kelahiran yang memiliki makna mendalam dalam budaya Jawa. Temukan arti dan fungsinya di sini.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 16 Jan 2025, 12:16 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2025, 12:16 WIB
apa itu weton
apa itu weton Ā©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Weton merupakan salah satu warisan budaya Jawa yang masih dipegang teguh oleh sebagian masyarakat hingga saat ini. Sistem perhitungan hari kelahiran ini memiliki makna yang mendalam dan dipercaya dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang. Mari kita telusuri lebih jauh tentang apa itu weton, bagaimana cara menghitungnya, serta peran dan fungsinya dalam kehidupan masyarakat Jawa.

Pengertian dan Sejarah Weton

Weton adalah sistem penanggalan tradisional Jawa yang menggabungkan hari dalam seminggu (7 hari) dengan hari pasaran (5 hari). Istilah ini berasal dari kata "wetu" dalam bahasa Jawa yang berarti "keluar" atau "lahir". Jadi, weton merujuk pada hari kelahiran seseorang berdasarkan kombinasi kedua sistem tersebut.

Sejarah weton dapat ditelusuri hingga masa kerajaan-kerajaan Jawa kuno. Sistem ini merupakan perpaduan antara kalender Saka (Hindu) dan kalender Hijriyah (Islam) yang kemudian diadaptasi oleh Sultan Agung dari Kesultanan Mataram pada abad ke-17. Weton menjadi bagian integral dari primbon, yaitu kitab yang berisi ramalan dan petunjuk tradisional Jawa.

Dalam perkembangannya, weton tidak hanya digunakan untuk menandai hari kelahiran, tetapi juga menjadi dasar untuk berbagai perhitungan dan ramalan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa. Mulai dari menentukan hari baik untuk acara penting, meramalkan karakter seseorang, hingga memprediksi kecocokan pasangan dalam pernikahan.

Komponen Utama Weton

Untuk memahami weton secara lebih mendalam, kita perlu mengenal dua komponen utamanya:

  1. Hari dalam seminggu: Terdiri dari tujuh hari seperti yang kita kenal (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu).
  2. Hari pasaran: Sistem penanggalan khas Jawa yang terdiri dari lima hari, yaitu Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.

Setiap hari dalam kedua sistem ini memiliki nilai numerik yang disebut neptu. Nilai neptu inilah yang nantinya akan digunakan dalam berbagai perhitungan weton.

Cara Menghitung Weton

Perhitungan weton melibatkan penjumlahan nilai neptu dari hari kelahiran dan hari pasaran. Berikut adalah langkah-langkah dasarnya:

  1. Tentukan hari lahir dalam seminggu dan hari pasarannya.
  2. Cari nilai neptu untuk masing-masing hari tersebut.
  3. Jumlahkan kedua nilai neptu tersebut.

Berikut adalah tabel nilai neptu untuk membantu perhitungan:

Nilai Neptu Hari dalam Seminggu:

  • Minggu: 5
  • Senin: 4
  • Selasa: 3
  • Rabu: 7
  • Kamis: 8
  • Jumat: 6
  • Sabtu: 9

Nilai Neptu Hari Pasaran:

  • Legi: 5
  • Pahing: 9
  • Pon: 7
  • Wage: 4
  • Kliwon: 8

Sebagai contoh, jika seseorang lahir pada hari Rabu Kliwon, maka perhitungan wetonnya adalah:

Neptu Rabu (7) + Neptu Kliwon (8) = 15

Hasil penjumlahan ini kemudian dapat diinterpretasikan sesuai dengan berbagai panduan dalam primbon Jawa.

Fungsi dan Peran Weton dalam Kehidupan Masyarakat Jawa

Weton memiliki berbagai fungsi dan peran penting dalam kehidupan masyarakat Jawa tradisional, dan sebagian masih dipraktikkan hingga saat ini. Berikut adalah beberapa fungsi utamanya:

1. Menentukan Karakter dan Sifat Seseorang

Masyarakat Jawa percaya bahwa weton dapat memberikan gambaran tentang karakter dan sifat seseorang. Misalnya, orang yang lahir pada Selasa Kliwon dipercaya memiliki sifat yang tegas dan berani, sementara yang lahir pada Jumat Legi cenderung lembut dan bijaksana.

2. Meramalkan Kecocokan Pasangan

Salah satu penggunaan weton yang paling populer adalah untuk menghitung kecocokan pasangan sebelum pernikahan. Weton kedua calon pengantin akan dihitung dan dianalisis untuk memprediksi keharmonisan rumah tangga mereka di masa depan.

3. Menentukan Hari Baik

Weton juga digunakan untuk menentukan hari yang dianggap baik atau cocok untuk melakukan berbagai kegiatan penting, seperti memulai usaha, pindah rumah, atau mengadakan acara besar seperti pernikahan.

4. Sebagai Panduan Spiritual

Bagi sebagian masyarakat Jawa, weton menjadi bagian dari praktik spiritual. Misalnya, ada tradisi berpuasa pada hari weton kelahiran sebagai bentuk introspeksi diri dan ungkapan syukur.

5. Memprediksi Nasib dan Peruntungan

Dalam primbon Jawa, weton juga digunakan untuk meramalkan berbagai aspek kehidupan seseorang, mulai dari karier, kesehatan, hingga keberuntungan finansial.

Interpretasi Weton dalam Primbon Jawa

Primbon Jawa memiliki berbagai interpretasi terhadap hasil perhitungan weton. Berikut adalah beberapa contoh umum:

Untuk Perjodohan:

  • Pegat (1, 9, 10, 18, 19, 27, 28, 36): Pasangan mungkin akan menghadapi banyak tantangan dalam rumah tangga.
  • Ratu (2, 11, 20, 29): Pasangan diprediksi akan hidup harmonis dan bahagia.
  • Jodoh (3, 12, 21, 30): Pasangan dianggap sangat cocok dan akan langgeng.
  • Topo (4, 13, 22, 31): Mungkin akan mengalami kesulitan di awal pernikahan, tetapi akan membaik seiring waktu.
  • Tinari (5, 14, 23, 32): Pasangan akan mudah mendapatkan rezeki dan keberuntungan.
  • Padu (6, 15, 24, 33): Mungkin akan sering mengalami pertengkaran, tetapi tidak sampai bercerai.
  • Sujanan (7, 16, 25, 34): Berisiko menghadapi masalah perselingkuhan.
  • Pesthi (8, 17, 26, 35): Pasangan akan hidup rukun dan tenteram.

Untuk Karakter Individu:

  • Neptu 7: Senang berpetualang, tetapi cenderung pemalas.
  • Neptu 8: Berwatak keras, mudah marah, tetapi juga cepat memaafkan.
  • Neptu 9: Mudah terpengaruh, tetapi juga lincah dan cerdas.
  • Neptu 10: Cerdas dan bijaksana, suka memberi nasihat.
  • Neptu 11: Kurang tegas dalam mengambil keputusan.

Kontroversi dan Kritik terhadap Weton

Meskipun masih dipraktikkan oleh sebagian masyarakat, penggunaan weton juga menghadapi berbagai kritik dan kontroversi, terutama di era modern ini. Beberapa kritik yang sering muncul antara lain:

1. Tidak Ilmiah

Banyak pihak menganggap bahwa perhitungan weton tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat. Kritik ini menyoroti bahwa tidak ada hubungan logis antara hari kelahiran seseorang dengan karakter atau nasibnya di masa depan.

2. Potensi Diskriminasi

Penggunaan weton dalam perjodohan atau penentuan hari baik dapat menimbulkan diskriminasi terhadap individu yang dianggap memiliki weton yang "kurang baik". Hal ini dapat membatasi pilihan dan kesempatan seseorang dalam berbagai aspek kehidupan.

3. Bertentangan dengan Ajaran Agama

Beberapa pemuka agama, terutama dari kalangan Islam yang ketat, menganggap praktik perhitungan weton sebagai bentuk syirik atau menyekutukan Tuhan. Mereka berpendapat bahwa nasib seseorang sepenuhnya ada di tangan Tuhan, bukan ditentukan oleh hari kelahiran.

4. Menghambat Kemajuan

Ada pandangan bahwa ketergantungan pada weton dapat menghambat kemajuan dan inovasi dalam masyarakat. Orang mungkin terlalu terpaku pada hari baik dan buruk, alih-alih mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan rasional dan pragmatis.

5. Kurang Relevan dengan Kehidupan Modern

Dalam masyarakat yang semakin global dan multikultural, penggunaan weton dianggap kurang relevan. Terutama bagi generasi muda yang lebih terpapar pada nilai-nilai dan cara pandang modern.

Weton dalam Konteks Modern

Meskipun menghadapi berbagai kritik, weton masih memiliki tempat dalam kehidupan sebagian masyarakat Jawa modern. Beberapa adaptasi dan penyesuaian yang terjadi antara lain:

1. Sebagai Warisan Budaya

Banyak orang Jawa modern melihat weton sebagai bagian dari warisan budaya yang perlu dilestarikan, meskipun tidak selalu dipraktikkan secara harfiah. Weton dianggap sebagai kekayaan kultural yang memberi identitas unik pada masyarakat Jawa.

2. Integrasi dengan Nilai-nilai Modern

Beberapa keluarga Jawa mencoba mengintegrasikan konsep weton dengan nilai-nilai modern. Misalnya, mereka mungkin tetap menghitung weton untuk pernikahan, tetapi tidak menjadikannya sebagai faktor penentu utama dalam pengambilan keputusan.

3. Sebagai Sarana Introspeksi

Ada yang menggunakan weton sebagai sarana untuk introspeksi diri dan refleksi. Misalnya, tradisi berpuasa pada hari weton dilihat sebagai momen untuk mengevaluasi diri dan bersyukur, bukan semata-mata sebagai ritual mistis.

4. Objek Studi Akademis

Weton menjadi objek studi menarik bagi para akademisi, terutama dalam bidang antropologi dan sosiologi. Ini membantu dalam memahami pola pikir dan sistem kepercayaan masyarakat Jawa tradisional.

5. Inspirasi Kreatif

Konsep weton juga menginspirasi berbagai karya kreatif, mulai dari sastra hingga seni rupa modern. Ini menunjukkan bahwa tradisi ini masih memiliki relevansi dalam ekspresi budaya kontemporer.

Cara Menghitung Weton untuk Perjodohan

Salah satu penggunaan weton yang paling populer adalah untuk menghitung kecocokan pasangan dalam perjodohan. Berikut adalah langkah-langkah detailnya:

  1. Tentukan weton masing-masing pasangan: Carilah hari lahir dan hari pasaran untuk kedua calon.
  2. Hitung neptu masing-masing: Jumlahkan nilai neptu hari lahir dan hari pasaran untuk setiap orang.
  3. Jumlahkan neptu kedua pasangan: Tambahkan hasil perhitungan neptu dari kedua orang.
  4. Interpretasikan hasil: Gunakan panduan primbon untuk menafsirkan angka yang dihasilkan.

Contoh perhitungan:

Calon A lahir Senin Wage:Neptu Senin (4) + Neptu Wage (4) = 8

Calon B lahir Jumat Kliwon:Neptu Jumat (6) + Neptu Kliwon (8) = 14

Total neptu pasangan: 8 + 14 = 22

Angka 22 kemudian dapat diinterpretasikan sesuai panduan primbon. Dalam beberapa versi, angka 22 masuk dalam kategori "Topo", yang berarti pasangan mungkin akan menghadapi tantangan di awal pernikahan tetapi akan membaik seiring waktu.

Weton dan Hari Baik dalam Tradisi Jawa

Selain untuk perjodohan, weton juga digunakan untuk menentukan hari baik dalam melakukan berbagai kegiatan penting. Beberapa contoh penggunaannya antara lain:

1. Memulai Usaha

Banyak pengusaha Jawa tradisional yang masih mempertimbangkan weton dalam memilih hari untuk membuka atau meresmikan usaha baru. Mereka percaya bahwa memilih hari yang tepat dapat membawa keberuntungan dan kesuksesan.

2. Pindah Rumah

Hari untuk pindah ke rumah baru sering kali ditentukan berdasarkan perhitungan weton. Tujuannya adalah untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan penghuni di tempat tinggal yang baru.

3. Memulai Pembangunan

Sebelum memulai pembangunan rumah atau bangunan lainnya, banyak orang Jawa yang masih mencari hari baik berdasarkan weton. Ini diyakini dapat menjamin kelancaran proses pembangunan dan keamanan struktur di masa depan.

4. Mengadakan Hajatan

Acara-acara besar seperti pernikahan, khitanan, atau selamatan sering kali dipilih harinya berdasarkan perhitungan weton. Ini bertujuan untuk memastikan kelancaran acara dan keberkahan bagi semua yang terlibat.

5. Menanam Tanaman

Dalam masyarakat agraris Jawa, pemilihan hari untuk mulai menanam juga sering didasarkan pada perhitungan weton. Ini dipercaya dapat mempengaruhi kesuburan tanaman dan hasil panen.

Weton dalam Konteks Spiritual dan Filosofis

Bagi sebagian masyarakat Jawa, weton bukan sekadar sistem perhitungan, tetapi juga memiliki makna spiritual dan filosofis yang mendalam. Beberapa aspek spiritual dan filosofis dari weton antara lain:

1. Hubungan Manusia dengan Alam

Konsep weton mencerminkan kepercayaan Jawa tentang hubungan erat antara manusia dan alam semesta. Setiap hari dianggap memiliki energi dan karakteristik tersendiri yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia.

2. Keseimbangan dan Harmoni

Perhitungan weton sering dilihat sebagai upaya untuk mencapai keseimbangan dan harmoni dalam hidup. Dengan memilih hari yang tepat untuk berbagai kegiatan, orang Jawa berusaha menyelaraskan diri dengan ritme alam semesta.

3. Introspeksi Diri

Mengetahui weton sendiri dan maknanya dapat menjadi sarana untuk introspeksi diri. Ini mendorong seseorang untuk memahami kekuatan dan kelemahannya, serta berusaha memperbaiki diri.

4. Konsep Takdir dan Kebebasan Memilih

Weton mencerminkan pandangan Jawa tentang takdir dan kebebasan memilih. Meskipun seseorang "ditakdirkan" lahir pada weton tertentu, mereka tetap memiliki kebebasan untuk menentukan bagaimana merespons karakteristik tersebut.

5. Penghormatan pada Leluhur

Praktik perhitungan weton juga dapat dilihat sebagai bentuk penghormatan pada kebijaksanaan leluhur. Ini menjadi cara untuk menjaga hubungan dengan tradisi dan nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Weton dan Perkembangan Teknologi

Di era digital ini, konsep weton juga mengalami adaptasi dengan perkembangan teknologi. Beberapa manifestasi modern dari praktik weton antara lain:

1. Aplikasi Penghitung Weton

Tersedia berbagai aplikasi smartphone yang dapat menghitung weton seseorang dengan cepat dan mudah. Aplikasi-aplikasi ini sering kali juga menyertakan interpretasi dan ramalan berdasarkan hasil perhitungan.

2. Website Konsultasi Weton

Banyak website yang menawarkan layanan konsultasi weton online. Pengguna dapat memasukkan data kelahiran mereka dan mendapatkan analisis detail tentang karakter, nasib, dan kecocokan jodoh.

3. Forum Diskusi Online

Ada forum-forum online khusus yang membahas tentang weton dan primbon Jawa. Di sini, orang-orang dapat berbagi pengalaman, meminta saran, atau berdiskusi tentang interpretasi weton.

4. Integrasi dengan Media Sosial

Beberapa platform media sosial memiliki fitur atau bot yang dapat memberikan informasi weton harian atau mingguan kepada penggunanya.

5. E-book dan Konten Digital

Banyak buku dan materi tentang weton dan primbon Jawa yang kini tersedia dalam format digital, memudahkan akses bagi generasi muda yang tertarik mempelajari tradisi ini.

Kesimpulan

Weton merupakan warisan budaya Jawa yang kaya akan makna dan filosofi. Meskipun menghadapi berbagai tantangan di era modern, tradisi ini tetap bertahan dan bahkan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Bagi sebagian masyarakat, weton bukan hanya sistem perhitungan, tetapi juga cerminan kebijaksanaan leluhur dalam memahami hubungan manusia dengan alam semesta.

Terlepas dari pro dan kontra yang mengiringinya, weton tetap menjadi bagian penting dari identitas budaya Jawa. Memahami weton tidak hanya tentang mempercayai ramalan atau perhitungan, tetapi juga tentang menghargai kekayaan tradisi dan filosofi yang telah diwariskan selama berabad-abad.

Di tengah arus modernisasi dan globalisasi, tantangan bagi masyarakat Jawa adalah bagaimana melestarikan esensi dan nilai-nilai positif dari tradisi weton, sambil tetap terbuka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan pendekatan yang bijak dan seimbang, weton dapat terus menjadi sumber inspirasi dan refleksi bagi generasi mendatang, tanpa harus bertentangan dengan kemajuan zaman.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya