Liputan6.com, Jakarta - Istilah "skena" belakangan ini menjadi viral dan banyak diperbincangkan di media sosial. Bagi sebagian orang, kata ini mungkin terdengar asing dan membingungkan. Namun bagi generasi muda, khususnya pengguna aktif media sosial, skena telah menjadi bagian dari kosakata sehari-hari mereka. Lantas, apa sebenarnya arti dari kata skena yang tengah populer ini? Mari kita telusuri lebih dalam tentang makna, asal-usul, dan fenomena di balik istilah yang satu ini.
Definisi dan Asal-Usul Kata Skena
Kata "skena" sebenarnya merupakan adaptasi dari kata bahasa Inggris "scene". Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata ini belum terdaftar sebagai kata baku. Namun, penggunaannya sudah sangat luas di kalangan anak muda Indonesia.
Menurut para ahli bahasa, skena dapat diartikan sebagai sebuah lingkup kegiatan, situasi, atau kancah aktivitas tertentu. Misalnya, ketika seseorang berbicara tentang "skena musik rock" atau "skena fashion", mereka merujuk pada komunitas, tren, dan segala hal yang berkaitan dengan bidang tersebut.
Ada pula yang menafsirkan skena sebagai akronim dari tiga kata dalam bahasa Indonesia, yaitu:
- Sua: yang berarti bertemu atau berjumpa
- Cengkerama: yang bermakna berbincang-bincang atau bercengkerama
- Kelana: yang berarti mengembara atau melakukan perjalanan
Jika dirangkai, ketiga kata tersebut dapat dimaknai sebagai sebuah kegiatan berkumpul, berbincang, dan melakukan perjalanan bersama. Hal ini sejalan dengan penggunaan kata skena yang sering dikaitkan dengan komunitas atau kelompok yang memiliki minat dan kegiatan serupa.
Advertisement
Sejarah Kemunculan Istilah Skena
Penggunaan istilah skena dalam konteks subkultur dan komunitas sebenarnya sudah ada sejak lama. Di negara-negara Barat, kata "scene" telah digunakan sejak era 1940-an untuk menggambarkan komunitas seni yang tidak mainstream atau alternatif.
Di Indonesia sendiri, popularitas kata skena mulai meningkat dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak maraknya penggunaan media sosial. Istilah ini semakin sering digunakan untuk mendeskripsikan berbagai komunitas anak muda dengan minat khusus, seperti komunitas musik indie, seni rupa alternatif, atau gaya hidup tertentu.
Fenomena skena di Indonesia juga tidak terlepas dari perkembangan industri kreatif dan budaya anak muda yang semakin beragam. Munculnya berbagai festival musik indie, pameran seni alternatif, dan komunitas hobi yang spesifik turut mendorong penggunaan istilah ini menjadi lebih luas.
Karakteristik dan Ciri-Ciri Anak Skena
Meski tidak ada definisi baku tentang "anak skena", ada beberapa karakteristik yang sering dikaitkan dengan mereka yang mengidentifikasi diri sebagai bagian dari skena tertentu:
- Memiliki minat yang kuat pada bidang seni atau budaya tertentu, terutama yang bersifat alternatif atau non-mainstream
- Aktif dalam komunitas yang memiliki kesamaan minat
- Cenderung mengikuti tren fashion yang khas, seperti gaya streetwear atau vintage
- Memiliki pengetahuan mendalam tentang bidang yang diminati
- Sering menghadiri acara-acara khusus seperti konser indie, pameran seni, atau gathering komunitas
- Aktif di media sosial dalam membagikan informasi atau konten terkait minat mereka
Dalam hal penampilan, beberapa ciri yang sering diasosiasikan dengan anak skena antara lain:
- Mengenakan kaos band atau kaos dengan desain grafis yang unik
- Memakai celana jeans atau celana cargo yang longgar
- Menggunakan sepatu sneakers atau boots
- Memiliki aksesoris seperti topi beanie, kacamata vintage, atau tas tote
- Terkadang memiliki tato atau piercing
Perlu diingat bahwa ciri-ciri ini tidak bersifat mutlak dan dapat bervariasi tergantung pada jenis skena atau komunitas yang diikuti.
Advertisement
Jenis-jenis Skena yang Populer
Istilah skena dapat diterapkan pada berbagai bidang dan komunitas. Berikut beberapa jenis skena yang populer di kalangan anak muda:
- Skena Musik Indie: Mencakup komunitas penggemar dan musisi dari berbagai genre musik independen, seperti indie rock, indie pop, atau electronic dance music (EDM) underground.
- Skena Seni Rupa: Meliputi seniman, kurator, dan penikmat seni yang fokus pada karya-karya alternatif atau kontemporer.
- Skena Fashion: Berkaitan dengan komunitas yang mengikuti atau menciptakan tren fashion tertentu, seperti streetwear, vintage, atau sustainable fashion.
- Skena Kuliner: Mencakup foodie dan chef yang mengeksplorasi kuliner unik atau fusion.
- Skena Literatur: Melibatkan penulis, penerbit indie, dan pembaca yang tertarik pada karya-karya sastra alternatif.
- Skena Olahraga Urban: Termasuk komunitas skateboard, parkour, atau street basketball.
Setiap jenis skena memiliki karakteristik, bahasa, dan kebiasaan uniknya sendiri yang membedakannya dari mainstream.
Peran Media Sosial dalam Perkembangan Skena
Media sosial memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan dan popularitas konsep skena di kalangan anak muda. Beberapa aspek pengaruh media sosial terhadap fenomena skena antara lain:
- Penyebaran Informasi: Platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter memungkinkan informasi tentang acara, tren, atau karya seni dalam skena tertentu menyebar dengan cepat.
- Pembentukan Komunitas Virtual: Media sosial memfasilitasi terbentuknya komunitas online yang memungkinkan anggota skena berinteraksi tanpa batasan geografis.
- Showcase Karya: Seniman, musisi, atau kreator konten dapat dengan mudah memamerkan karya mereka kepada audiens yang lebih luas.
- Tren dan Viral Challenge: Berbagai tren fashion, musik, atau challenge yang berkaitan dengan skena tertentu dapat menjadi viral dengan cepat melalui media sosial.
- Diskusi dan Kritik: Platform media sosial menyediakan ruang untuk diskusi dan kritik yang membantu mengembangkan wacana dalam skena.
Namun, popularitas skena di media sosial juga membawa tantangan tersendiri, seperti risiko over-kommersialisasi atau hilangnya keotentikan yang awalnya menjadi ciri khas skena tertentu.
Advertisement
Fenomena Polisi Skena: Antara Kritik dan Kontroversi
Seiring berkembangnya konsep skena, muncul pula istilah "polisi skena" yang cukup kontroversial. Polisi skena merujuk pada individu atau kelompok yang mengklaim diri sebagai penjaga "kemurnian" atau "keaslian" dari skena tertentu. Mereka sering kali bersikap kritis, bahkan cenderung menghakimi terhadap orang-orang yang dianggap tidak sepenuhnya memahami atau menghayati nilai-nilai dalam skena tersebut.
Beberapa karakteristik yang sering dikaitkan dengan polisi skena antara lain:
- Bersikap elitis dan eksklusif
- Mengkritik keras orang yang dianggap hanya "ikut-ikutan" tren
- Memiliki standar yang sangat tinggi dalam menilai keaslian atau kredibilitas seseorang dalam skena
- Cenderung menolak perubahan atau perkembangan baru dalam skena
Fenomena polisi skena ini menuai berbagai tanggapan. Sebagian menganggap bahwa sikap kritis mereka diperlukan untuk menjaga integritas dan nilai-nilai asli dari skena. Namun, banyak pula yang mengkritik bahwa sikap polisi skena justru bertentangan dengan semangat inklusivitas dan kreativitas yang seharusnya menjadi inti dari sebuah skena.
Dampak Positif dan Negatif Fenomena Skena
Seperti halnya fenomena sosial lainnya, keberadaan skena membawa dampak positif maupun negatif bagi masyarakat, khususnya generasi muda. Berikut beberapa dampak yang dapat diidentifikasi:
Dampak Positif:
- Wadah Kreativitas: Skena menyediakan ruang bagi anak muda untuk mengekspresikan kreativitas mereka dalam berbagai bentuk seni dan budaya.
- Pembentukan Identitas: Melalui keterlibatan dalam skena tertentu, individu dapat menemukan dan mengembangkan identitas diri mereka.
- Jejaring Sosial: Skena memfasilitasi terbentuknya koneksi dan pertemanan berbasis minat yang sama.
- Pengembangan Industri Kreatif: Munculnya berbagai skena turut mendorong perkembangan industri kreatif lokal.
- Alternatif Mainstream: Skena menawarkan pilihan dan perspektif alternatif di luar budaya mainstream.
Dampak Negatif:
- Eksklusivitas: Beberapa skena cenderung menjadi eksklusif dan sulit diakses oleh orang luar.
- Stereotyping: Munculnya stereotip negatif terhadap anggota skena tertentu.
- Konflik Antar-Skena: Potensi terjadinya persaingan atau konflik antara berbagai skena yang berbeda.
- Over-Kommersialisasi: Risiko skena kehilangan esensi aslinya karena terlalu terkommersialisasi.
- Tekanan Sosial: Adanya tekanan untuk selalu mengikuti tren atau standar tertentu dalam skena.
Advertisement
Perkembangan Skena di Era Digital
Era digital telah membawa perubahan signifikan dalam cara skena terbentuk, berkembang, dan berinteraksi. Beberapa aspek perkembangan skena di era digital antara lain:
- Globalisasi Skena: Internet memungkinkan skena lokal terhubung dengan komunitas serupa di seluruh dunia, menciptakan jaringan global.
- Digitalisasi Karya: Banyak karya seni, musik, atau konten kreatif lainnya kini diproduksi dan didistribusikan secara digital.
- Virtual Events: Pandemi COVID-19 mendorong munculnya berbagai acara virtual seperti konser online atau pameran digital yang menjadi bagian integral dari skena.
- Crowdfunding dan Indie Publishing: Platform crowdfunding dan self-publishing memungkinkan kreator independen untuk memproduksi dan mendistribusikan karya mereka tanpa bergantung pada label atau penerbit besar.
- Algoritma dan Rekomendasi: Sistem rekomendasi di platform streaming musik atau video turut mempengaruhi bagaimana orang menemukan dan terlibat dalam skena baru.
Meski demikian, perkembangan digital juga membawa tantangan baru, seperti oversaturasi konten dan persaingan yang semakin ketat untuk mendapatkan perhatian audiens.
Skena dan Identitas Generasi Muda
Bagi banyak anak muda, keterlibatan dalam skena tertentu menjadi bagian penting dari pembentukan identitas diri. Beberapa aspek hubungan antara skena dan identitas generasi muda meliputi:
- Ekspresi Diri: Skena menjadi sarana bagi anak muda untuk mengekspresikan diri melalui musik, fashion, atau bentuk seni lainnya.
- Rasa Memiliki: Bergabung dengan skena tertentu memberikan rasa memiliki dan keterikatan dengan komunitas yang memiliki minat serupa.
- Pembentukan Nilai: Nilai-nilai dan ideologi yang ada dalam skena tertentu sering kali mempengaruhi pandangan hidup anggotanya.
- Diferensiasi: Keterlibatan dalam skena memungkinkan anak muda untuk membedakan diri dari mainstream dan menonjolkan keunikan mereka.
- Pembelajaran Sosial: Melalui interaksi dalam skena, anak muda belajar bersosialisasi, berkolaborasi, dan menghadapi perbedaan pendapat.
Namun, penting untuk dicatat bahwa identitas yang terbentuk melalui skena bersifat dinamis dan dapat berubah seiring waktu. Banyak anak muda yang awalnya sangat terlibat dalam skena tertentu kemudian mengembangkan minat baru atau beralih ke skena lain seiring bertambahnya usia dan pengalaman.
Advertisement
Skena dan Kritik Sosial
Banyak skena, terutama yang berkaitan dengan musik dan seni, sering kali menjadi wadah untuk menyuarakan kritik sosial. Beberapa aspek hubungan antara skena dan kritik sosial meliputi:
- Lirik Lagu: Banyak musisi dalam skena indie atau underground menggunakan lirik lagu mereka untuk mengkritisi isu-isu sosial dan politik.
- Seni Visual: Seniman dalam skena seni rupa alternatif sering mengangkat tema-tema kontroversial atau kritik terhadap sistem yang ada melalui karya mereka.
- Fanzine dan Media Alternatif: Banyak skena memiliki media independen mereka sendiri yang menjadi saluran untuk menyuarakan opini dan kritik yang mungkin tidak mendapat tempat di media mainstream.
- Gaya Hidup Alternatif: Beberapa skena mempromosikan gaya hidup yang menentang norma sosial yang ada, seperti gerakan DIY (Do It Yourself) atau komunitas yang mengadvokasi sustainable living.
Melalui berbagai bentuk ekspresi ini, skena tidak hanya menjadi ruang kreativitas, tetapi juga menjadi katalis untuk perubahan sosial dan kesadaran kritis di kalangan anak muda.
Tantangan dan Masa Depan Skena
Seiring perkembangan zaman, skena menghadapi berbagai tantangan sekaligus peluang baru. Beberapa isu yang mungkin mempengaruhi masa depan skena antara lain:
- Digitalisasi: Bagaimana skena beradaptasi dengan semakin dominannya platform digital tanpa kehilangan esensi tatap muka dan pengalaman langsung?
- Sustainability: Dalam era kesadaran lingkungan yang meningkat, bagaimana skena dapat menjadi lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan?
- Inklusi dan Diversitas: Bagaimana skena dapat menjadi lebih inklusif dan mewakili keberagaman masyarakat?
- Monetisasi vs Autentisitas: Bagaimana menyeimbangkan kebutuhan finansial dengan menjaga integritas dan autentisitas skena?
- Regulasi: Bagaimana skena menavigasi peraturan dan kebijakan yang mungkin membatasi ruang gerak mereka, terutama untuk acara-acara underground?
Meski menghadapi berbagai tantangan, banyak yang optimis bahwa skena akan terus berkembang dan beradaptasi. Kreativitas dan semangat inovasi yang menjadi inti dari berbagai skena diyakini akan membantu komunitas-komunitas ini menemukan cara baru untuk tetap relevan dan berpengaruh di masa depan.
Advertisement
Kesimpulan
Istilah "skena" telah berkembang menjadi fenomena sosial yang kompleks dan multidimensi. Dari sekadar kata serapan, skena kini mewakili berbagai komunitas, gaya hidup, dan ekspresi kreatif yang menjadi bagian integral dari budaya anak muda kontemporer. Meski membawa tantangan tersendiri, keberadaan skena telah memberikan ruang bagi generasi muda untuk mengekspresikan diri, membangun identitas, dan bahkan menyuarakan kritik sosial.
Perkembangan teknologi dan media sosial telah mengubah lanskap skena, membuatnya lebih terhubung secara global namun juga menghadirkan dilema baru terkait autentisitas dan komersialisme. Di tengah berbagai perubahan ini, esensi skena sebagai wadah kreativitas dan komunitas berbasis minat tetap bertahan.
Â