Mengulik Jejak Keturunan Para Keturunan RA Kartini Saat Ini, Dikabarkan Hidup Memprihatinkan

Keturunan RA Kartini saat ini tak jelas di mana rimbanya. Dikabarkan mereka hidup memprihatinkan

oleh Shani Ramadhan Rasyid Diperbarui 22 Apr 2025, 18:56 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2025, 18:49 WIB
Keturunan RA Kartini, sumber foto diambil dari Buletin Layanan Perpustakaan, Edukasi, Mereferensi, Bincang-bincang, Abstrak, Risalah, dan Anosti (Lembaran)
Keturunan RA Kartini, sumber foto diambil dari Buletin Layanan Perpustakaan, Edukasi, Mereferensi, Bincang-bincang, Abstrak, Risalah, dan Anosti (Lembaran)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Biasanya, Hari Kartini diisi dengan berbagai kegiatan yang sifatnya seremonial sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa-jasa beliau di masa lalu. Biasanya para pakar atau wanita-wanita yang sukses di bidangnya diundang untuk menjadi pembicara pada hari itu yang menjadi contoh keberhasilan perjuangan emansipasi wanita yang dipelopori Kartini. Namun ada satu hal yang luput ketika membahas Kartini. Di manakah keturunannya sekarang? Bagaimana nasib mereka? Biasanya bila mengenang tokoh pahlawan lain, keluarga atau keturunannya diundang untuk memberikan kesan terhadap nenek moyangnya. Namun berbeda dengan keluarga R.A Kartini. Mereka seolah hilang tak tentu rimbanya. 

Raden Ajeng Kartini merupakan seorang keturunan priyayi yang kemudian menikah dengan K.R.M Adipati Ario Singgih Djojoadhiningrat, seorang tokoh terpandang pada masanya yang menjabat sebagai bupati Rembang. Mereka menikah pada 12 November 1903. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai seorang anak bernama Soesalit Djojoadhiningrat yang lahir pada tanggal 13 September 1904. Empat hari setelah Soesalit lahir, Kartini meninggal dunia. 

Dari anak semata wayang inilah, lahirlah generasi-generasi yang bisa dibilang sebagai keturunan Kartini. Namun seiring berjalannya waktu, keturunan tokoh emansipasi perempuan itu sulit dilacak. Pada tahun 2002, sempat ada upaya dari pengelola Museum Kartini di Rembang untuk melacak keluarga dekat Kartini yang tersisa. Namun upaya itu hanya menemui jalan buntu. Miftakhus Salami dalam tulisannya yang berjudul “Menelusur Jejak Keturunan RA Kartini dalam Surat Kabar Langka”, yang dipublikasikan Jurnal Lembaran pada Mei 2023 menyebut, semasa hidupnya, Soesalit dibesarkan oleh Raden Mas Abdul Karnen Djojodiningrat, kakaknya yang seayah namun beda ibu. 

 

Oleh kakak tirinya Soesalit disekolahkan di HBS Semarang. Setelah lulus ia melanjutkan pendidikan di Recht School di Jakarta. Baru dua tahun berjalan ia tak melanjutkan studinya karena terpilih sebagai Candidat Abtenaar, sebutan untuk pegawai negeri pada zaman Belanda. Ia pun diangkat menjadi Mantri Polisi di Banjarnegara, Karesidenan Banyumas. 

Pada 15 Mei 1932, Soesalit mempersunting seorang wanita asal Tegal bernama Siti Loewijah. Dari pernikahan ini mereka dikaruniai seorang anak laki-laki bernama R.M Boedi Setia Soesalit. Sementara itu setelah menikah Soesalit beralih tugas menjadi Asisten Wedana di Sumpiuh, Banyumas. Pada masa pendudukan Jepang, Soesalit diangkat menjadi Daidancho atau Komandan Batalyon di tempat yang sama. 

Setelah kemerdekaan, R.M Soesalit dan keluarga kecilnya pindah ke Tegal yang merupakan kampung halaman istrinya. Saat itu, Soesalit ditugaskan ke berbagai kota sehingga istri dan anaknya dititipkan di rumah mertuanya. Pada tahun 1947, Soesalit diangkat menjadi Panglima Divisi DIponegoro di Yogyakarta dengan pangkat Mayor Jenderal. Pada tahun 1950, Soesalit menjadi administrator Kementerian Perhubungan dan pensiun pada tahun 1953. Setelah pensiun, ia menjadi penasihat pribadi Menteri Pertahanan Iwa Kusumasumantri. 

Riwayat Boedi Setia Soesalit

Cucu RA Kartini, Boedi Setia Soesalit,  sumber foto diambil dari Buletin Layanan Perpustakaan, Edukasi, Mereferensi, Bincang-bincang, Abstrak, Risalah, dan Anosti (Lembaran)
Cucu RA Kartini, Boedi Setia Soesalit, sumber foto diambil dari Buletin Layanan Perpustakaan, Edukasi, Mereferensi, Bincang-bincang, Abstrak, Risalah, dan Anosti (Lembaran)... Selengkapnya

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, pernikahan antara R.M Soesilat dengan Siti Loewijah melahirkan seorang anak laki-laki bernama R.M Boedi Setya Soesilat. Lahir pada 24 Februari 1933, Boedi menjadi anak semata wayang dari pasangan  Soesilat dan Siti Loewijah. Dikutip dari Salami (2023), Boedi menamatkan pendidikannya di STM Teknik Mesin pada tahun 1955. Ia kemudian berkesempatan melanjutkan pendidikan di Australia selama dua tahun (1959-1961) melalui jalur beasiswa Colombo Plan. Pada tahun 1961, Boedi sebenarnya mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi ke Jerman. Namun saat itu kondisi ayahnya memburuk. Hal ini membuatnya harus membatalkan diri untuk berangkat ke Jerman.

Pada 17 Maret 1962, R.M Soesilat meninggal dunia dan dimakamkan di dekat makam kedua orang tuanya di Rembang. Sementara itu Boedi melanjutkan mengabdi di Partai Persatuan Daerah (PPD) hingga tahun 1969. 

Pada April 1965, Boedi Soesilat menikahi seorang bidan dari Rumah Sakit Nugroho di Kebayoran Baru bernama R. Ayu Sri Biantini setelah berkenalan selama sebulan. Dari pernikahan itu, lahirlah lima orang anak yang secara otomatis menjadi cicit RA Kartini. Mereka bernama R.A Kartini Setiawati Soesalit, R.M Kartono Budiman Soesalit, R.A Rukmini Soesalit, R.M Samingun Bawadiman Soesalit, dan R.M Rahmat Haryanto. 

Keluarga kecil itu tinggal di Kelurahan Cipete, Jakarta Selatan. Dari beberapa wawancara dengan surat kabar, Boedi Soesalit pernah mengatakan bahwa menjadi cucu seorang pahlawan besar seperti R.A Kartini bukanlah hal yang mudah. Sering kali ia merasa berkecil hati karena bakatnya biasa-biasa saja. Bahkan semasa sekolah, Boedi harus menyembunyikan identitasnya. Baginya, ketika menyandang status sebagai keturunan pahlawan dengan nama besarnya, ada nama baik yang harus dijaga dan jangan sampai ternodai oleh keturunan-keturunan selanjutnya. 

Maka tak heran, setelah Boedi Soesalit, nama-nama keturunan R.A Kartini selanjutnya seolah lenyap. Bahkan dalam sebuah artikel yang pernah dimuat Kompas pada 17 April 1975, keluarga Boedi Soesalit yang diwakili istrinya menolak untuk diwawancarai. Sejak saat itu, berdasarkan penelusuran Salami dalam artikelnya yang berjudul “Menelusur Jejak Keturunan RA Kartini dalam Surat Kabar Langka”, keberadaan cicit R.A Kartini selanjutnya sulit untuk dideteksi.      

Usaha Pencarian Keturunan RA Kartini

Keturunan RA Kartini, sumber foto diambil dari Buletin Layanan Perpustakaan, Edukasi, Mereferensi, Bincang-bincang, Abstrak, Risalah, dan Anosti (Lembaran)
Keturunan RA Kartini, sumber foto diambil dari Buletin Layanan Perpustakaan, Edukasi, Mereferensi, Bincang-bincang, Abstrak, Risalah, dan Anosti (Lembaran)... Selengkapnya

Boedi Soesalit meninggal dunia pada tahun 1990. Selanjutnya, para keturunan Kartini seolah menghilang bak ditelan bumi. Pada tahun 2018, ada inisiatif dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah untuk membentuk tim kecil guna melacak dan memberi bantuan pada keturunan RA Kartini. Menurut Bupati Jepara saat itu, Ahmad Marzuki, para keturunan R.A Kartini hidup dalam keprihatinan. Hanya R.A Kartini Setiawati Soesalit sebagai anak sulung-lah yang ekonominya terbilang lumayan. 

Beredar kabar bahwa keturunan RA Kartini saat ini sudah hidup berbaur dengan masyarakat pada umumnya. Dilansir dari artikel dari Merdeka.com berjudul “Menelusuri Keturunan RA Kartini saat Ini, Cicitnya Hidup Sederhana” pada 21 April 2021, selain R.A Kartini Setiawati, keempat cicit Kartini lainnya hidup dalam kondisi seadanya. Kartono dan Samimun berprofesi sebagai tukang ojek. Rukmini ditinggal suaminya yang bunuh diri karena terlilit ekonomi. Sementara Rachmat yang berkebutuhan khusus telah lama meninggal dunia. Mirisnya lagi, Sekolah Kartini yang berada di Kota Rembang, kini mulai dilupakan.   

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya