Liputan6.com, Jakarta Weton merupakan salah satu warisan budaya Jawa yang masih dipegang teguh oleh sebagian masyarakat hingga saat ini. Perhitungan weton sering digunakan untuk menentukan hari baik, meramal jodoh, hingga memprediksi nasib seseorang. Meski terkesan mistis, weton memiliki filosofi mendalam yang mencerminkan kearifan lokal masyarakat Jawa. Mari kita telusuri lebih dalam mengenai arti jumlah weton dan berbagai aspek yang terkait dengannya.
Pengertian dan Sejarah Weton
Weton berasal dari kata "wetu" dalam bahasa Jawa yang berarti keluar atau lahir. Secara harfiah, weton merujuk pada hari kelahiran seseorang berdasarkan penanggalan Jawa. Namun dalam praktiknya, weton tidak hanya sekedar menunjukkan tanggal lahir, tetapi juga mengandung makna spiritual dan ramalan.
Sistem penanggalan weton merupakan perpaduan antara kalender Masehi dan kalender Jawa kuno. Dalam satu pekan Jawa terdapat 7 hari (Senin-Minggu) yang dikombinasikan dengan 5 hari pasaran (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon). Sehingga terbentuk siklus 35 hari yang disebut selapan.
Sejarah weton dapat ditelusuri hingga era kerajaan Mataram Islam pada abad ke-17. Sultan Agung, raja Mataram kala itu, menggagas sistem penanggalan baru yang memadukan unsur Islam dan Jawa. Tujuannya adalah menyatukan dua arus peradaban yang berkembang saat itu. Sejak saat itulah perhitungan weton mulai digunakan secara luas oleh masyarakat Jawa.
Weton memiliki fungsi penting dalam kehidupan tradisional Jawa. Selain untuk menentukan hari baik, weton juga dipercaya dapat menggambarkan karakter, nasib, jodoh, hingga rezeki seseorang. Meski zaman telah berubah, sebagian masyarakat Jawa masih memegang teguh tradisi weton, terutama dalam hal-hal penting seperti pernikahan.
Advertisement
Cara Menghitung Weton
Untuk memahami arti jumlah weton, kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara menghitungnya. Berikut langkah-langkah menghitung weton:
- Tentukan hari lahir (Senin-Minggu) dan pasaran (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon) seseorang.
- Lihat nilai neptu (angka) untuk hari dan pasaran tersebut pada tabel berikut:
- Hari: Senin (4), Selasa (3), Rabu (7), Kamis (8), Jumat (6), Sabtu (9), Minggu (5)
- Pasaran: Legi (5), Pahing (9), Pon (7), Wage (4), Kliwon (8)
- Jumlahkan nilai neptu hari dan pasaran.
Contoh: Seseorang lahir pada Rabu Kliwon
- Neptu Rabu = 7
- Neptu Kliwon = 8
- Jumlah weton = 7 + 8 = 15
Untuk menghitung kecocokan pasangan, jumlahkan weton kedua orang tersebut. Misalnya:
- Weton A = 15
- Weton B = 17
- Jumlah weton pasangan = 15 + 17 = 32
Hasil penjumlahan inilah yang kemudian ditafsirkan maknanya berdasarkan primbon Jawa. Penting untuk diingat bahwa perhitungan ini hanyalah tradisi dan tidak memiliki dasar ilmiah. Namun bagi sebagian masyarakat, weton masih dianggap sebagai pedoman dalam mengambil keputusan penting.
Makna dan Penafsiran Jumlah Weton
Setelah mengetahui cara menghitung, mari kita bahas lebih lanjut mengenai arti jumlah weton berdasarkan primbon Jawa. Berikut adalah beberapa penafsiran umum dari hasil perhitungan weton:
1. Pegat (1, 9, 10, 18, 19, 27, 28, 36)
Pegat berarti berpisah atau cerai. Pasangan dengan jumlah weton ini dipercaya akan menghadapi banyak cobaan dalam rumah tangga. Masalah yang mungkin timbul antara lain ekonomi, perselingkuhan, atau pertengkaran. Meski demikian, bukan berarti pasangan ini pasti bercerai. Dengan kesadaran dan usaha bersama, masalah dapat diatasi.
2. Ratu (2, 11, 20, 29)
Ratu melambangkan keharmonisan dan kemuliaan. Pasangan dengan jumlah weton ini diramalkan akan hidup bahagia dan dihormati oleh lingkungan sekitar. Mereka cenderung memiliki rezeki yang lancar dan kehidupan rumah tangga yang rukun.
3. Jodoh (3, 12, 21, 30)
Seperti namanya, pasangan dengan jumlah weton ini dipercaya memang berjodoh. Mereka dapat saling menerima kekurangan dan kelebihan satu sama lain. Kehidupan rumah tangga mereka cenderung harmonis dan langgeng hingga usia senja.
4. Topo (4, 13, 22, 31)
Topo berarti bertapa atau prihatin. Pasangan ini mungkin akan menghadapi kesulitan di awal pernikahan, terutama dalam hal ekonomi. Namun jika mampu bertahan, kehidupan mereka akan membaik seiring waktu. Kesabaran dan kerja keras adalah kunci keberhasilan pasangan ini.
5. Tinari (5, 14, 23, 32)
Tinari melambangkan kemudahan dalam mencari rezeki. Pasangan dengan jumlah weton ini diramalkan akan hidup berkecukupan dan jarang mengalami kesulitan ekonomi. Mereka juga cenderung memiliki keberuntungan dalam berbagai aspek kehidupan.
6. Padu (6, 15, 24, 33)
Padu berarti bertengkar. Pasangan ini mungkin akan sering mengalami perselisihan dalam rumah tangga. Meski demikian, pertengkaran yang terjadi biasanya tidak sampai menyebabkan perceraian. Komunikasi yang baik dan kesediaan untuk mengalah adalah kunci keharmonisan pasangan ini.
7. Sujanan (7, 16, 25, 34)
Sujanan berarti selingkuh. Pasangan dengan jumlah weton ini perlu waspada terhadap godaan orang ketiga dalam rumah tangga. Baik suami maupun istri memiliki potensi untuk berselingkuh. Kepercayaan dan komitmen yang kuat diperlukan untuk menghindari masalah ini.
8. Pesthi (8, 17, 26, 35)
Pesthi berarti pasti atau takdir. Pasangan ini dipercaya memang ditakdirkan bersama. Kehidupan rumah tangga mereka cenderung rukun dan damai. Meski ada masalah, mereka dapat mengatasinya dengan baik tanpa mengganggu keharmonisan keluarga.
Perlu diingat bahwa penafsiran di atas hanyalah panduan umum. Dalam praktiknya, banyak faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan sebuah hubungan, seperti komunikasi, pengertian, dan komitmen bersama. Weton sebaiknya tidak dijadikan satu-satunya pertimbangan dalam memilih pasangan atau menjalani kehidupan berumah tangga.
Advertisement
Tradisi Weton dalam Pernikahan Jawa
Dalam adat Jawa, perhitungan weton memiliki peran penting dalam prosesi pernikahan. Beberapa tradisi terkait weton yang masih dilakukan antara lain:
1. Petung Jodoh
Sebelum melamar, keluarga calon pengantin pria biasanya akan menghitung kecocokan weton dengan calon pengantin wanita. Hasil perhitungan ini menjadi salah satu pertimbangan untuk melanjutkan ke tahap lamaran.
2. Penentuan Hari Baik
Weton juga digunakan untuk menentukan tanggal pernikahan yang dianggap baik. Biasanya dipilih hari dengan neptu yang cocok agar pernikahan berjalan lancar dan membawa keberuntungan.
3. Selamatan Weton
Beberapa keluarga masih melakukan ritual selamatan pada hari weton pengantin. Tujuannya adalah memohon keselamatan dan keberkahan untuk pasangan yang akan menikah.
4. Perhitungan Mahar
Di beberapa daerah, jumlah mahar atau mas kawin juga ditentukan berdasarkan weton pengantin wanita. Meski tidak wajib, tradisi ini masih dijalankan oleh sebagian masyarakat.
Meski tradisi-tradisi di atas masih ada, penerapannya kini lebih fleksibel. Banyak pasangan yang tetap menghormati tradisi weton namun tidak menjadikannya sebagai patokan mutlak. Keputusan akhir tetap ada di tangan pasangan dan keluarga masing-masing.
Kontroversi dan Kritik terhadap Perhitungan Weton
Meski masih dipraktikkan oleh sebagian masyarakat, perhitungan weton juga menuai kontroversi dan kritik dari berbagai pihak. Beberapa argumen yang sering dilontarkan antara lain:
1. Tidak Memiliki Dasar Ilmiah
Perhitungan weton tidak didasarkan pada metode ilmiah yang dapat dibuktikan kebenarannya. Kritikus berpendapat bahwa mempercayai weton sama dengan percaya pada takhayul.
2. Bertentangan dengan Ajaran Agama
Beberapa tokoh agama menilai bahwa perhitungan weton bertentangan dengan ajaran agama, terutama Islam. Mereka berpendapat bahwa nasib seseorang ditentukan oleh Tuhan, bukan oleh angka-angka.
3. Membatasi Pilihan Jodoh
Terlalu bergantung pada weton dapat membatasi pilihan jodoh seseorang. Ada kasus di mana pasangan yang saling mencintai terpaksa berpisah karena weton mereka dianggap tidak cocok.
4. Menciptakan Sugesti Negatif
Ramalan weton yang buruk dapat menciptakan sugesti negatif bagi pasangan. Hal ini justru bisa menjadi penyebab masalah dalam rumah tangga, bukan karena takdir.
5. Mengabaikan Faktor Penting Lainnya
Terlalu fokus pada weton dapat mengabaikan faktor-faktor penting lain dalam hubungan, seperti kecocokan karakter, visi hidup, dan kemampuan berkomunikasi.
Menghadapi kritik-kritik tersebut, banyak tokoh budaya Jawa menekankan bahwa weton sebaiknya dipahami sebagai kearifan lokal, bukan dogma yang kaku. Perhitungan weton dapat dijadikan pertimbangan, namun bukan satu-satunya penentu dalam mengambil keputusan penting seperti pernikahan.
Advertisement
Menyikapi Perhitungan Weton di Era Modern
Di tengah arus modernisasi dan globalisasi, bagaimana sebaiknya kita menyikapi tradisi perhitungan weton? Berikut beberapa saran yang dapat dipertimbangkan:
1. Memahami Konteks Budaya
Penting untuk memahami bahwa weton adalah bagian dari kearifan lokal masyarakat Jawa. Meski tidak memiliki dasar ilmiah, weton mencerminkan filosofi dan nilai-nilai budaya yang telah berkembang selama berabad-abad.
2. Mengambil Nilai Positif
Dari tradisi weton, kita dapat mengambil nilai-nilai positif seperti kehati-hatian dalam memilih pasangan dan pentingnya mempertimbangkan berbagai aspek sebelum menikah.
3. Tidak Menjadikan Patokan Mutlak
Perhitungan weton sebaiknya tidak dijadikan satu-satunya pertimbangan dalam mengambil keputusan penting. Faktor-faktor lain seperti kecocokan karakter, visi hidup, dan kesiapan mental juga perlu diperhatikan.
4. Menghormati Keyakinan Orang Lain
Bagi yang tidak mempercayai weton, penting untuk tetap menghormati keyakinan orang lain yang masih memegang tradisi ini. Sebaliknya, penganut weton juga perlu menghargai pilihan mereka yang tidak menggunakannya.
5. Mengkombinasikan dengan Pendekatan Modern
Beberapa pasangan memilih untuk tetap menghitung weton namun juga melengkapinya dengan pendekatan modern seperti konseling pranikah atau tes psikologi. Cara ini dapat menjembatani antara tradisi dan tuntutan zaman modern.
6. Fokus pada Esensi Pernikahan
Yang terpenting adalah memahami esensi pernikahan sebagai komitmen dua insan untuk hidup bersama. Keberhasilan rumah tangga lebih ditentukan oleh usaha pasangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari, bukan oleh ramalan atau perhitungan.
Dengan pendekatan yang bijak, tradisi weton dapat tetap dilestarikan sebagai warisan budaya tanpa harus bertentangan dengan perkembangan zaman. Yang terpenting adalah bagaimana kita memaknainya secara positif dan proporsional.
Kesimpulan
Arti jumlah weton merupakan bagian dari kearifan lokal masyarakat Jawa yang telah bertahan selama berabad-abad. Meski banyak menuai kritik, tradisi ini masih dipegang teguh oleh sebagian masyarakat sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan, terutama dalam hal pernikahan.
Penting untuk memahami bahwa perhitungan weton bukanlah ilmu pasti atau ramalan yang mutlak benar. Ia lebih tepat dipandang sebagai warisan budaya yang mencerminkan filosofi dan nilai-nilai luhur masyarakat Jawa. Dalam penerapannya di era modern, perhitungan weton sebaiknya disikapi secara bijak dan proporsional.
Bagi yang masih memegang tradisi ini, perhitungan weton dapat dijadikan salah satu pertimbangan, namun bukan satu-satunya penentu dalam mengambil keputusan penting. Faktor-faktor lain seperti kematangan emosi, kecocokan visi hidup, dan kemampuan berkomunikasi juga perlu diperhatikan, terutama dalam membangun rumah tangga.
Pada akhirnya, keberhasilan sebuah hubungan lebih ditentukan oleh komitmen, pengertian, dan usaha bersama pasangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Perhitungan weton dapat menjadi panduan, namun kuncinya tetap ada pada bagaimana pasangan mengelola hubungan mereka dengan baik.
Dengan pemahaman yang tepat, tradisi weton dapat terus dilestarikan sebagai bagian dari kekayaan budaya nusantara, tanpa harus bertentangan dengan perkembangan zaman dan kemajuan pemikiran masyarakat modern.
Advertisement
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)