Liputan6.com, Jakarta - Indonesia secara strategis membidik Rusia sebagai salah satu pasar alternatif dalam menghadapi tekanan tarif impor dari Amerika Serikat dan gejolak ekonomi global. Langkah ini ditegaskan oleh Ketua Komite Rusia Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Didit Ratam, dalam forum bisnis "Rusia-Indonesia Business Forum" 2025.Â
Didit menyebutkan bahwa langkah Indonesia bergabung dengan BRICS pada Januari 2025 serta keikutsertaan dalam New Development Bank menjadi momentum penting dalam memperkuat hubungan ekonomi dengan Rusia.
Baca Juga
Menurutnya, forum bisnis seperti "Rusia-Indonesia Business Forum" harus lebih sering diselenggarakan untuk meningkatkan konektivitas dan volume perdagangan antar pelaku usaha kedua negara.
Advertisement
"Kadin Indonesia sebagai warga perusahaan Indonesia, seluruh perusahaan Indonesia, dengan senang hati mengadakan bisnis forum ini karena kita melihat bahwa peningkatan lingkungan ekonomi antara Indonesia dan Rusia benar-benar berjaya," kata Didit dalam acara yang diselenggarakan di Jakarta, Senin (14/4/2025) itu.Â
Menanggapi pertanyaan tentang apakah Rusia bisa menjadi pasar alternatif di tengah tekanan tarif dari AS, Didit menegaskan hal tersebut. Ia mengatakan bahwa Indonesia kini mulai menggarap pasar-pasar non-tradisional sebagai strategi diversifikasi ekonomi.
"Pasar non-tradisional ini antara lain adalah Rusia. Kita juga melihat Amerika Selatan dan Amerika Latin, tetapi pasar Rusia ini merupakan pasar yang benar-benar terkembali karena mempengaruhi hubungan Indonesia sejak lama," jelasnya.
Forum ini, menurut Didit, menjadi jembatan awal menuju transaksi yang lebih besar dan luas. Meskipun belum ada target angka perdagangan yang spesifik dalam waktu dekat, peningkatan partisipasi pelaku usaha menjadi indikator utama dari pertumbuhan kerja sama.
"Ini kan sebuah proses. Jadi kita ketemu, dan pada akhirnya transaksi itu akan terjadi. Mungkin akan makan waktu, tapi yang kita tekankan adalah semakin banyak partisipasi dari teman-teman Indonesia," ucapnya.
Â
Target Perdagangan dengan Rusia
Saat ini, nilai perdagangan antara Indonesia dan Rusia tercatat sekitar USD 4 miliar. Didit menyebut target jangka pendek adalah menembus angka USD 5 miliar dan terus meningkat seiring dengan penguatan hubungan kedua negara.
Terkait defisit perdagangan Indonesia dengan Rusia yang mencapai sekitar USD 900 juta tahun lalu, Didit menyatakan bahwa pihaknya terus mendorong keseimbangan perdagangan dengan mengajak lebih banyak pengusaha Indonesia menjajaki pasar Rusia.
"Kita juga mendorong pengusaha-pengusaha Indonesia untuk ke sana, untuk membawa produk Indonesia ke Rusia. Penyelesaian harus dilakukan dua arah," katanya.
Didit juga menyebut sejumlah sektor potensial untuk kerja sama, mulai dari tambang, jasa, teknik, hingga program-program yang tengah berlangsung selama forum dua hari di Jakarta.
Â
Advertisement
