Liputan6.com, Jakarta Istilah "fakir" sering kita dengar dalam konteks sosial dan keagamaan, terutama ketika membahas tentang penerima zakat atau bantuan sosial. Namun, apa sebenarnya arti fakir yang tepat? Bagaimana kriterianya dan apa perbedaannya dengan miskin? Mari kita telusuri lebih dalam tentang konsep fakir ini.
Arti Fakir Menurut Berbagai Perspektif
Untuk memahami arti fakir secara komprehensif, kita perlu melihatnya dari beberapa sudut pandang:
1. Definisi Fakir Secara Bahasa
Secara etimologi, kata "fakir" berasal dari bahasa Arab "faqr" yang berarti tulang punggung. Makna ini mengandung kiasan bahwa seseorang yang fakir seolah-olah patah tulang punggungnya karena beban hidup yang berat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fakir didefinisikan sebagai orang yang sangat berkekurangan atau sangat miskin.
2. Definisi Fakir Menurut Islam
Dalam perspektif Islam, definisi fakir memiliki beberapa variasi menurut berbagai mazhab:
- Mazhab Syafi'i: Fakir adalah orang yang tidak memiliki harta dan usaha sama sekali, atau memiliki harta dan usaha namun tidak mencukupi setengah dari kebutuhannya dan kebutuhan orang-orang yang menjadi tanggungannya.
- Mazhab Hanafi: Fakir didefinisikan sebagai orang yang memiliki harta kurang dari nishab zakat, atau memiliki harta senishab atau lebih namun habis untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.
- Mazhab Hambali: Fakir adalah orang yang tidak memiliki harta sama sekali, atau memiliki harta namun kurang dari setengah kebutuhannya.
- Mazhab Maliki: Fakir diartikan sebagai orang yang memiliki harta, namun tidak mencukupi kebutuhannya selama satu tahun penuh.
3. Definisi Fakir Menurut Hukum di Indonesia
Dalam konteks hukum di Indonesia, definisi fakir dapat kita temukan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin. Menurut undang-undang ini, fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan dirinya dan/atau keluarganya.
Advertisement
Kriteria Fakir: Siapa yang Termasuk Golongan Fakir?
Untuk menentukan apakah seseorang termasuk dalam kategori fakir, terdapat beberapa kriteria yang biasa digunakan:
1. Kriteria Berdasarkan Had Kifayah
Had Kifayah adalah standar kecukupan minimal yang digunakan dalam Islam untuk menentukan apakah seseorang tergolong fakir atau tidak. Konsep ini mencakup beberapa aspek:
- Kebutuhan pangan: Makanan pokok dan lauk pauk yang cukup untuk diri dan keluarganya.
- Kebutuhan sandang: Pakaian yang layak untuk digunakan sehari-hari dan untuk beribadah.
- Kebutuhan papan: Tempat tinggal yang memadai dan aman.
- Kebutuhan pendidikan: Biaya pendidikan dasar untuk anak-anaknya.
- Kebutuhan kesehatan: Biaya pengobatan jika sakit.
- Kebutuhan transportasi: Biaya transportasi untuk kebutuhan sehari-hari.
Jika seseorang tidak mampu memenuhi standar Had Kifayah ini, maka ia dapat dikategorikan sebagai fakir.
2. Kriteria Berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak (KHL)
Di Indonesia, konsep Kebutuhan Hidup Layak (KHL) sering digunakan sebagai acuan untuk menentukan upah minimum. Namun, konsep ini juga bisa digunakan untuk mengidentifikasi golongan fakir. KHL mencakup komponen-komponen berikut:
- Makanan dan minuman
- Sandang
- Perumahan
- Pendidikan
- Kesehatan
- Transportasi
- Rekreasi dan tabungan
Seseorang yang tidak mampu memenuhi komponen-komponen KHL ini dapat dikategorikan sebagai fakir.
3. Kriteria Berdasarkan Garis Kemiskinan
Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan konsep Garis Kemiskinan untuk mengukur tingkat kemiskinan di Indonesia. Garis Kemiskinan dihitung berdasarkan pengeluaran per kapita per bulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan non-makanan. Meskipun konsep ini lebih sering digunakan untuk mengidentifikasi kelompok miskin, namun bisa juga digunakan sebagai salah satu indikator untuk menentukan golongan fakir, terutama bagi mereka yang berada jauh di bawah Garis Kemiskinan.
Perbedaan Antara Fakir dan Miskin
Meskipun sering digunakan secara bersamaan, istilah fakir dan miskin sebenarnya memiliki perbedaan. Berikut adalah beberapa perbedaan utama antara fakir dan miskin:
1. Tingkat Kesulitan Ekonomi
Fakir umumnya dianggap memiliki kondisi ekonomi yang lebih buruk dibandingkan miskin. Orang fakir hampir tidak memiliki penghasilan atau harta sama sekali, sementara orang miskin masih memiliki penghasilan meskipun tidak mencukupi kebutuhan dasarnya.
2. Kemampuan Memenuhi Kebutuhan
Orang fakir biasanya tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya sama sekali atau kurang dari setengah kebutuhannya. Sementara orang miskin masih bisa memenuhi sebagian kebutuhannya, meskipun tidak sepenuhnya.
3. Ketergantungan pada Bantuan
Fakir cenderung lebih bergantung pada bantuan orang lain atau lembaga sosial untuk bertahan hidup. Miskin, meskipun juga membutuhkan bantuan, masih memiliki sumber penghasilan meskipun minim.
4. Prioritas dalam Penerimaan Zakat
Dalam konteks penyaluran zakat, fakir umumnya ditempatkan sebagai prioritas pertama, baru kemudian diikuti oleh miskin. Hal ini karena kondisi fakir dianggap lebih mendesak dan membutuhkan bantuan segera.
Advertisement
Hak-Hak Fakir dalam Masyarakat
Sebagai bagian dari masyarakat, golongan fakir memiliki hak-hak yang perlu diperhatikan dan dipenuhi. Beberapa hak tersebut antara lain:
1. Hak Mendapatkan Bantuan
Fakir berhak mendapatkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Bantuan ini bisa berupa:
- Bantuan pangan: Seperti pemberian bahan makanan pokok atau makanan siap saji.
- Bantuan sandang: Pemberian pakaian layak pakai.
- Bantuan papan: Penyediaan tempat tinggal atau perbaikan rumah tidak layak huni.
- Bantuan kesehatan: Akses ke layanan kesehatan gratis atau bersubsidi.
- Bantuan pendidikan: Beasiswa atau bantuan biaya pendidikan untuk anak-anak dari keluarga fakir.
2. Hak Mendapatkan Perlindungan
Fakir berhak mendapatkan perlindungan hukum dan sosial, termasuk:
- Perlindungan dari diskriminasi dan perlakuan tidak adil.
- Perlindungan dari eksploitasi ekonomi.
- Jaminan keamanan sosial.
3. Hak Mendapatkan Pemberdayaan
Selain bantuan langsung, fakir juga berhak mendapatkan program pemberdayaan untuk meningkatkan kualitas hidupnya, seperti:
- Pelatihan keterampilan kerja.
- Akses ke modal usaha atau kredit mikro.
- Program pendampingan usaha.
Peran Zakat dalam Membantu Golongan Fakir
Zakat memiliki peran penting dalam upaya membantu golongan fakir. Berikut adalah beberapa aspek penting terkait zakat untuk fakir:
1. Fakir sebagai Penerima Zakat Utama
Dalam ajaran Islam, fakir disebutkan sebagai golongan pertama yang berhak menerima zakat. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memperhatikan kesejahteraan golongan fakir dalam masyarakat.
2. Bentuk-bentuk Penyaluran Zakat untuk Fakir
Zakat untuk fakir dapat disalurkan dalam berbagai bentuk, antara lain:
- Bantuan konsumtif: Pemberian uang tunai atau barang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
- Bantuan produktif: Pemberian modal usaha atau alat kerja untuk membantu fakir memulai usaha.
- Bantuan pendidikan: Beasiswa atau bantuan biaya sekolah untuk anak-anak dari keluarga fakir.
- Bantuan kesehatan: Bantuan biaya pengobatan atau asuransi kesehatan.
3. Dampak Zakat terhadap Pengentasan Kemiskinan
Zakat, jika dikelola dengan baik, dapat memberikan dampak signifikan dalam upaya pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan golongan fakir. Beberapa dampak positif zakat antara lain:
- Membantu memenuhi kebutuhan dasar fakir.
- Membuka peluang usaha bagi fakir melalui bantuan modal.
- Meningkatkan akses pendidikan dan kesehatan bagi keluarga fakir.
- Mengurangi kesenjangan ekonomi dalam masyarakat.
Advertisement
Upaya Pemerintah dalam Menangani Masalah Fakir
Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk menangani masalah fakir dan kemiskinan. Beberapa program dan kebijakan yang telah diimplementasikan antara lain:
1. Program Bantuan Sosial
Pemerintah menjalankan berbagai program bantuan sosial untuk membantu golongan fakir dan miskin, seperti:
- Program Keluarga Harapan (PKH): Bantuan tunai bersyarat untuk keluarga miskin.
- Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT): Bantuan pangan dalam bentuk non-tunai melalui kartu elektronik.
- Kartu Indonesia Sehat (KIS): Jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin.
- Kartu Indonesia Pintar (KIP): Bantuan pendidikan untuk anak dari keluarga miskin.
2. Program Pemberdayaan Masyarakat
Selain bantuan langsung, pemerintah juga menjalankan program pemberdayaan untuk meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat fakir dan miskin, seperti:
- Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri.
- Program Kewirausahaan Sosial.
- Program Desa Mandiri.
3. Kebijakan Pengentasan Kemiskinan
Pemerintah juga telah menetapkan berbagai kebijakan untuk mengurangi angka kemiskinan dan membantu golongan fakir, antara lain:
- Penetapan Upah Minimum Regional (UMR) untuk melindungi pekerja dari upah yang terlalu rendah.
- Subsidi bahan bakar dan listrik untuk meringankan beban ekonomi masyarakat miskin.
- Program rumah subsidi untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah memiliki rumah.
Peran Masyarakat dalam Membantu Golongan Fakir
Selain pemerintah, masyarakat juga memiliki peran penting dalam membantu golongan fakir. Beberapa cara yang dapat dilakukan masyarakat antara lain:
1. Memberikan Bantuan Langsung
Masyarakat dapat memberikan bantuan langsung kepada golongan fakir di sekitarnya, baik dalam bentuk uang, makanan, pakaian, atau kebutuhan lainnya.
2. Berpartisipasi dalam Program Sosial
Masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam program-program sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah atau lembaga sosial untuk membantu golongan fakir.
3. Memberdayakan Golongan Fakir
Masyarakat dapat membantu memberdayakan golongan fakir dengan cara:
- Memberikan pelatihan keterampilan.
- Membantu pemasaran produk usaha kecil milik golongan fakir.
- Memberikan kesempatan kerja atau magang.
4. Mendukung Lembaga Sosial
Masyarakat dapat mendukung lembaga-lembaga sosial yang fokus membantu golongan fakir, baik melalui donasi maupun menjadi relawan.
Advertisement
Kesimpulan
Memahami arti fakir dan perbedaannya dengan miskin adalah langkah penting dalam upaya mengatasi masalah kemiskinan di masyarakat. Fakir, sebagai golongan yang paling membutuhkan bantuan, perlu mendapat perhatian khusus baik dari pemerintah maupun masyarakat. Melalui berbagai program bantuan, pemberdayaan, dan kebijakan yang tepat, diharapkan kondisi golongan fakir dapat terus membaik dan pada akhirnya dapat keluar dari lingkaran kemiskinan. Peran aktif seluruh elemen masyarakat, termasuk melalui penyaluran zakat dan bantuan sosial lainnya, sangat diperlukan untuk mewujudkan masyarakat yang lebih sejahtera dan berkeadilan.
