Liputan6.com, Jakarta Mantra merupakan salah satu bentuk puisi lama yang memiliki keunikan tersendiri dalam khazanah sastra Nusantara. Sebagai warisan budaya lisan, mantra menyimpan kekayaan makna dan fungsi yang menarik untuk dipelajari. Artikel ini akan mengupas tuntas tentang contoh mantra puisi lama, mulai dari pengertian, jenis-jenis, ciri khas, hingga fungsinya dalam kehidupan masyarakat tradisional.
Pengertian Mantra sebagai Puisi Lama
Mantra adalah rangkaian kata atau kalimat yang dipercaya memiliki kekuatan gaib dan diucapkan dengan tujuan tertentu. Dalam konteks sastra, mantra termasuk ke dalam jenis puisi lama yang berkembang dalam tradisi lisan masyarakat Nusantara. Beberapa pengertian mantra menurut para ahli:
- Menurut KBBI, mantra adalah perkataan atau ucapan yang memiliki kekuatan gaib (misalnya dapat menyembuhkan, mendatangkan celaka, dan sebagainya).
- Koentjaraningrat mendefinisikan mantra sebagai bagian dari teknik ilmu gaib yang berupa kata-kata dan suara-suara yang sering tidak berarti, tetapi dianggap berisi kesaktian atau kekuatan mengutuk.
- Dalam buku Mantra Muar Wanyek, mantra diyakini sebagai puisi yang paling tua karena berhubungan dengan bagian penting ritual-ritual masa lampau.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa mantra merupakan bentuk puisi lama yang memiliki kekuatan magis, digunakan dalam ritual tertentu, dan menjadi bagian dari tradisi lisan masyarakat. Keberadaan mantra tidak dapat dipisahkan dari sistem kepercayaan dan budaya yang melingkupinya.
Advertisement
Jenis-Jenis Mantra dalam Puisi Lama
Mantra sebagai bagian dari puisi lama memiliki beragam jenis berdasarkan tujuan penggunaannya. Berikut adalah beberapa jenis mantra yang umum ditemui dalam tradisi masyarakat Nusantara:
1. Mantra Pengobatan
Mantra jenis ini digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit, baik fisik maupun non-fisik. Contoh mantra pengobatan:
BismillahirrahmanirrahimHai mataMata berlianAllah jadi mata sejatiCahayalah mata sekalian alamSakitnya tak datang lagi
Mantra di atas dipercaya dapat menyembuhkan sakit mata. Penggunaan kata "Bismillahirrahmanirrahim" menunjukkan adanya pengaruh Islam dalam mantra ini.
2. Mantra Perlindungan
Mantra perlindungan bertujuan untuk melindungi diri dari bahaya atau gangguan makhluk halus. Contoh mantra perlindungan:
BismillahirrahmanirrahimHantu raya jembalang rayaDatang engkau dari hutan rayaKembalilah engkau ke hutan rayaEngkau jangan bertemu anak sidang manusiaJika bertemu anak sidang manusiaTunduk engkau tujuh kali kepada akuUmat Muhammad lah yang sebenarnyaBerkat kata lailahaillallah Muhammadarrasulullah
Mantra ini dipercaya dapat mengusir hantu atau makhluk halus yang mengganggu. Penggunaan unsur keislaman juga terlihat dalam mantra ini.
3. Mantra Pengasihan
Mantra pengasihan digunakan untuk memikat hati seseorang atau membuat orang lain menyukai si pembaca mantra. Contoh mantra pengasihan:
Angin yang ada di mekkahGunung bawakaraeng yang ada di arah selatanSampaikan doangang ini padanyaBuat hatinya gemetarBuat hatinya gelisahAgar dia nurut padakuBerkat lailahaillallahBerkat nabi muhammad shallallahu alaihi wa sallam
Mantra ini bertujuan untuk membuat seseorang tertarik atau jatuh hati kepada si pembaca mantra. Penggunaan unsur alam dan keagamaan terlihat dalam mantra ini.
4. Mantra Kekebalan
Mantra kekebalan dipercaya dapat membuat tubuh kebal dari senjata atau serangan fisik. Contoh mantra kekebalan:
Tabik tabik ya tabikAngin lalu angin balikTubuhku kebal bagai besiTak luluh dengan pedang tajam
Mantra ini bertujuan untuk membuat tubuh kebal dari senjata tajam. Penggunaan perumpamaan "kebal bagai besi" menunjukkan kekuatan yang diinginkan.
5. Mantra Pertanian
Mantra pertanian digunakan untuk memperoleh hasil panen yang melimpah atau mengusir hama tanaman. Contoh mantra pertanian:
Hujud bungbangNu hurung dina jajantungNu ruhay dina kalilipaRemet meteng dina angenBray padangPangmukakeun kareremet nu aya di diri kulaBray padang!Bray caang!Caangna salalawasnaLawasna saumur kula
Mantra ini berasal dari Sunda dan dipercaya dapat membuat tanaman tumbuh subur dan terhindar dari hama.
Ciri-Ciri Khas Mantra sebagai Puisi Lama
Mantra memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dari jenis puisi lama lainnya. Berikut adalah ciri-ciri utama mantra:
1. Penggunaan Bahasa Khusus
Mantra sering menggunakan bahasa yang tidak umum atau sulit dipahami. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kesan misterius dan sakral. Contohnya penggunaan kata-kata dalam bahasa kuno atau bahasa daerah tertentu yang jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari.
2. Pengulangan Bunyi atau Kata
Mantra biasanya memiliki pola pengulangan bunyi atau kata tertentu. Pengulangan ini dipercaya dapat memperkuat kekuatan magis dari mantra tersebut. Contohnya pengulangan kata "bray" dalam mantra pertanian Sunda di atas.
3. Ritme dan Irama Khusus
Pembacaan mantra memiliki ritme dan irama khusus yang berbeda dari pembacaan puisi biasa. Ritme ini sering kali monoton dan berulang, menciptakan suasana yang magis dan mistis.
4. Penggunaan Metafora dan Simbol
Mantra sering menggunakan metafora dan simbol untuk menggambarkan kekuatan atau efek yang diinginkan. Contohnya penggunaan frasa "tubuhku kebal bagai besi" dalam mantra kekebalan.
5. Unsur Kepercayaan dan Spiritual
Mantra selalu mengandung unsur kepercayaan atau spiritual, baik itu kepercayaan lokal maupun agama. Hal ini terlihat dari penggunaan nama-nama Tuhan, dewa, atau makhluk gaib dalam mantra.
6. Tujuan Praktis
Berbeda dengan puisi pada umumnya, mantra selalu memiliki tujuan praktis yang spesifik, seperti menyembuhkan penyakit, melindungi diri, atau memperoleh kekuatan tertentu.
Advertisement
Fungsi Mantra dalam Kehidupan Masyarakat
Mantra memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan masyarakat tradisional. Beberapa fungsi utama mantra antara lain:
1. Fungsi Religius
Mantra sering digunakan dalam ritual keagamaan atau kepercayaan lokal. Fungsi ini terlihat dari penggunaan mantra dalam upacara adat atau ritual penyembahan kepada leluhur.
2. Fungsi Pengobatan
Banyak mantra yang digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit, baik fisik maupun non-fisik. Mantra pengobatan biasanya diucapkan oleh dukun atau tabib tradisional.
3. Fungsi Perlindungan
Mantra perlindungan dipercaya dapat melindungi seseorang dari bahaya atau gangguan makhluk halus. Fungsi ini sering terlihat dalam masyarakat yang masih mempercayai kekuatan gaib.
4. Fungsi Sosial
Mantra juga memiliki fungsi sosial, seperti memperkuat ikatan komunitas melalui ritual bersama atau menjaga keharmonisan dengan alam dan makhluk gaib.
5. Fungsi Psikologis
Pembacaan mantra dapat memberikan rasa aman dan percaya diri bagi si pembaca. Hal ini berkaitan dengan keyakinan akan kekuatan magis yang dimiliki mantra tersebut.
Perbedaan Mantra dengan Jenis Puisi Lama Lainnya
Meskipun termasuk dalam kategori puisi lama, mantra memiliki beberapa perbedaan mendasar dengan jenis puisi lama lainnya seperti pantun, syair, atau gurindam. Berikut adalah beberapa perbedaan utama:
1. Tujuan Penggunaan
Mantra memiliki tujuan praktis dan magis, sementara jenis puisi lama lainnya lebih berfokus pada nilai estetika dan penyampaian pesan moral.
2. Struktur
Mantra tidak memiliki struktur baku seperti pantun atau syair. Panjang dan bentuk mantra dapat bervariasi tergantung pada tujuan dan tradisi setempat.
3. Bahasa
Mantra sering menggunakan bahasa yang sulit dipahami atau bersifat rahasia, sementara jenis puisi lama lainnya umumnya menggunakan bahasa yang lebih mudah dimengerti.
4. Cara Penyampaian
Mantra biasanya diucapkan dengan cara khusus, seperti berbisik atau dengan intonasi tertentu. Sementara itu, jenis puisi lama lainnya dapat dibacakan atau dinyanyikan secara terbuka.
5. Kepercayaan akan Kekuatan Magis
Mantra diyakini memiliki kekuatan magis, sementara jenis puisi lama lainnya tidak selalu dikaitkan dengan kekuatan supernatural.
Advertisement
Tradisi Mantra dalam Berbagai Budaya Nusantara
Mantra dapat ditemukan dalam berbagai budaya di Nusantara, masing-masing dengan keunikan dan karakteristiknya sendiri. Beberapa contoh tradisi mantra dalam budaya Nusantara:
1. Mantra Jawa
Dalam budaya Jawa, mantra dikenal dengan istilah "japa mantra" atau "rapal". Mantra Jawa sering menggunakan bahasa Kawi (Jawa Kuno) dan memiliki hubungan erat dengan filosofi Kejawen.
2. Mantra Sunda
Mantra dalam budaya Sunda dikenal dengan istilah "jangjawokan". Mantra Sunda sering menggunakan bahasa Sunda kuno dan berkaitan erat dengan kepercayaan lokal Sunda Wiwitan.
3. Mantra Melayu
Dalam budaya Melayu, mantra memiliki berbagai sebutan seperti "serapah", "jampi", atau "tawar". Mantra Melayu sering menggabungkan unsur kepercayaan lokal dengan ajaran Islam.
4. Mantra Bali
Mantra dalam budaya Bali disebut "puja" atau "stawa" dan memiliki hubungan erat dengan ritual keagamaan Hindu Bali. Mantra Bali sering menggunakan bahasa Sanskerta atau Kawi.
5. Mantra Bugis-Makassar
Dalam budaya Bugis-Makassar, mantra dikenal dengan istilah "baca-baca" atau "paddoangeng". Mantra ini sering digunakan dalam ritual adat dan kepercayaan lokal masyarakat Sulawesi Selatan.
Perkembangan dan Relevansi Mantra di Era Modern
Meskipun mantra berakar pada tradisi lama, keberadaannya masih dapat ditemui hingga saat ini. Beberapa aspek perkembangan dan relevansi mantra di era modern antara lain:
1. Pelestarian Budaya
Mantra menjadi salah satu warisan budaya yang dilestarikan sebagai bagian dari identitas lokal. Beberapa komunitas adat masih mempertahankan penggunaan mantra dalam ritual-ritual tertentu.
2. Objek Kajian Akademis
Mantra menjadi objek kajian menarik dalam bidang sastra, antropologi, dan ilmu budaya. Penelitian tentang mantra dapat memberikan pemahaman mendalam tentang sistem kepercayaan dan worldview masyarakat tradisional.
3. Inspirasi Karya Sastra Modern
Beberapa penyair modern mengadaptasi bentuk dan gaya mantra dalam karya-karya mereka, menciptakan puisi-puisi dengan nuansa magis dan mistis.
4. Praktik Alternatif
Meskipun tidak seluas dulu, penggunaan mantra masih dapat ditemui dalam praktik-praktik pengobatan alternatif atau ritual-ritual tertentu di beberapa komunitas.
5. Daya Tarik Wisata Budaya
Mantra menjadi salah satu daya tarik dalam wisata budaya, di mana wisatawan dapat menyaksikan pembacaan mantra dalam pertunjukan seni tradisional atau upacara adat.
Advertisement
Kontroversi dan Kritik terhadap Penggunaan Mantra
Meskipun mantra merupakan bagian dari warisan budaya, penggunaannya tidak lepas dari kontroversi dan kritik. Beberapa isu yang sering muncul antara lain:
1. Pertentangan dengan Ajaran Agama
Beberapa pemuka agama menganggap penggunaan mantra bertentangan dengan ajaran agama, terutama jika dianggap menyekutukan Tuhan dengan kekuatan lain.
3. Eksploitasi Kepercayaan
Ada kekhawatiran bahwa kepercayaan terhadap kekuatan mantra dapat dieksploitasi oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan pribadi atau penipuan.
4. Hambatan Modernisasi
Beberapa pihak menganggap kepercayaan terhadap mantra sebagai hambatan dalam proses modernisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan.
5. Isu Hak Cipta dan Komersialisasi
Penggunaan mantra dalam konteks komersial, seperti dalam industri pariwisata atau hiburan, menimbulkan pertanyaan tentang hak cipta dan etika penggunaan warisan budaya.
Kesimpulan
Mantra sebagai bagian dari puisi lama merupakan warisan budaya yang kaya akan makna dan fungsi. Meskipun berakar pada tradisi lama, keberadaan mantra masih relevan hingga saat ini, baik sebagai objek kajian akademis maupun sebagai bagian dari identitas budaya. Pemahaman yang mendalam tentang mantra dapat memberikan wawasan berharga tentang kearifan lokal dan sistem kepercayaan masyarakat Nusantara.
Dalam menyikapi keberadaan mantra di era modern, diperlukan pendekatan yang bijak dan seimbang. Di satu sisi, kita perlu menghargai mantra sebagai warisan budaya yang memiliki nilai historis dan kultural. Di sisi lain, kita juga perlu bersikap kritis dan rasional dalam memahami fungsi dan relevansi mantra dalam konteks kehidupan modern.
Terlepas dari pro dan kontra yang menyertainya, mantra tetap menjadi bagian penting dari khazanah sastra lisan Nusantara. Keberadaannya mengingatkan kita akan kekayaan dan keragaman budaya Indonesia, sekaligus mengajak kita untuk terus menjaga dan melestarikan warisan budaya tersebut dengan cara yang bijaksana dan kontekstual.
Advertisement
