Penyebab Amandel pada Anak, Ketahui Gejala, Pengobatan, dan Pencegahannya

Kenali penyebab amandel pada anak, gejala, cara pengobatan dan pencegahannya. Informasi lengkap untuk orang tua agar bisa menangani dengan tepat.

oleh Ayu Isti Prabandari Diperbarui 11 Apr 2025, 08:43 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2025, 08:43 WIB
penyebab amandel pada anak
penyebab amandel pada anak ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Amandel merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh anak yang berfungsi melawan infeksi. Namun, amandel juga rentan mengalami peradangan yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang penyebab amandel pada anak, gejala yang perlu diwaspadai, metode pengobatan, serta langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan.

Pengertian Amandel pada Anak

Amandel, atau dalam istilah medis disebut tonsil, adalah dua kelenjar kecil yang terletak di bagian belakang tenggorokan. Kelenjar ini terbuat dari jaringan limfoid yang berperan penting dalam sistem pertahanan tubuh, terutama pada anak-anak. Fungsi utama amandel adalah menjebak dan menyaring kuman seperti virus dan bakteri yang masuk melalui mulut atau hidung, sehingga mencegah infeksi menyebar ke bagian tubuh lainnya.

Pada anak-anak, amandel cenderung lebih besar dibandingkan orang dewasa. Hal ini karena sistem kekebalan tubuh anak masih dalam tahap perkembangan, sehingga amandel bekerja lebih aktif untuk melindungi tubuh dari berbagai patogen. Seiring bertambahnya usia, ukuran amandel biasanya akan mengecil secara alami.

Meski berfungsi sebagai pelindung, amandel sendiri dapat mengalami infeksi atau peradangan. Kondisi ini dikenal sebagai radang amandel atau tonsilitis. Radang amandel merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup umum terjadi pada anak-anak, terutama yang berusia antara 5-15 tahun.

Penyebab Amandel pada Anak

Radang amandel pada anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut ini adalah beberapa penyebab utama terjadinya radang amandel:

1. Infeksi Virus

Virus merupakan penyebab paling umum dari radang amandel, dengan persentase kasus mencapai lebih dari 70%. Beberapa jenis virus yang sering menjadi penyebab radang amandel antara lain:

  • Adenovirus: Virus ini tidak hanya dapat menyebabkan radang amandel, tetapi juga pilek, sakit tenggorokan, dan bronkitis.
  • Virus Epstein-Barr (EBV): Virus ini dikenal sebagai penyebab mononukleosis atau "penyakit ciuman", karena dapat menular melalui air liur.
  • Virus influenza: Penyebab umum flu yang juga dapat menginfeksi amandel.
  • Rhinovirus: Virus penyebab pilek yang dapat memicu peradangan pada amandel.
  • Enterovirus: Virus ini dapat menyebabkan penyakit tangan, kaki, dan mulut, serta berpotensi menginfeksi amandel.

2. Infeksi Bakteri

Meskipun tidak sesering infeksi virus, bakteri juga dapat menjadi penyebab radang amandel pada anak. Beberapa jenis bakteri yang sering menginfeksi amandel antara lain:

  • Streptococcus pyogenes: Bakteri ini merupakan penyebab paling umum dari radang amandel bakterial, juga dikenal sebagai "strep throat".
  • Streptococcus pneumoniae: Selain menyebabkan pneumonia, bakteri ini juga dapat menginfeksi amandel.
  • Haemophilus influenzae: Meskipun namanya mengandung kata "influenza", ini adalah bakteri yang dapat menyebabkan berbagai infeksi, termasuk radang amandel.

3. Faktor Lingkungan

Selain infeksi mikroorganisme, beberapa faktor lingkungan juga dapat meningkatkan risiko terjadinya radang amandel pada anak:

  • Paparan asap rokok: Anak-anak yang terpapar asap rokok secara pasif memiliki risiko lebih tinggi mengalami infeksi saluran pernapasan, termasuk radang amandel.
  • Polusi udara: Udara yang tercemar dapat mengiritasi saluran pernapasan dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.
  • Alergen: Paparan terhadap alergen seperti debu atau serbuk sari dapat memicu peradangan pada saluran pernapasan, termasuk amandel.

4. Faktor Genetik

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik dapat mempengaruhi kerentanan seseorang terhadap infeksi amandel. Anak-anak dengan riwayat keluarga yang sering mengalami radang amandel mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi yang sama.

5. Sistem Kekebalan Tubuh yang Lemah

Anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, baik karena penyakit bawaan atau faktor lain seperti kekurangan gizi, lebih rentan terhadap berbagai infeksi, termasuk radang amandel.

Gejala Radang Amandel pada Anak

Mengenali gejala radang amandel pada anak sangat penting agar orang tua dapat segera memberikan penanganan yang tepat. Berikut ini adalah beberapa gejala umum yang perlu diwaspadai:

1. Sakit Tenggorokan

Gejala paling umum dari radang amandel adalah rasa sakit atau nyeri pada tenggorokan. Anak mungkin akan mengeluh sakit saat menelan makanan atau minuman. Pada kasus yang parah, rasa sakit ini bahkan bisa menjalar hingga ke telinga.

2. Kesulitan Menelan

Akibat pembengkakan amandel dan rasa sakit di tenggorokan, anak mungkin akan mengalami kesulitan saat menelan. Hal ini dapat menyebabkan penurunan nafsu makan dan keengganan untuk minum, yang pada akhirnya dapat menyebabkan dehidrasi jika tidak ditangani dengan baik.

3. Demam

Demam sering menyertai radang amandel sebagai respons tubuh terhadap infeksi. Suhu tubuh anak biasanya akan meningkat di atas 38°C. Demam dapat disertai dengan gejala lain seperti menggigil, berkeringat, atau badan terasa panas dingin.

4. Pembengkakan dan Perubahan Warna Amandel

Amandel yang meradang akan membengkak dan terlihat lebih besar dari biasanya. Warnanya juga dapat berubah menjadi merah atau kemerahan. Pada beberapa kasus, mungkin terlihat bintik-bintik putih atau kuning di permukaan amandel.

5. Suara Serak

Peradangan pada amandel dapat mempengaruhi pita suara, menyebabkan suara anak menjadi serak atau berubah.

6. Bau Mulut

Infeksi pada amandel dapat menyebabkan bau mulut yang tidak sedap. Hal ini terjadi karena bakteri yang berkembang biak di amandel yang meradang.

7. Pembengkakan Kelenjar Getah Bening

Kelenjar getah bening di sekitar leher dan rahang mungkin akan membengkak sebagai respons terhadap infeksi.

8. Kelelahan dan Lesu

Anak mungkin akan terlihat lebih lelah dari biasanya dan kurang berenergi. Hal ini merupakan respons alami tubuh yang sedang melawan infeksi.

9. Sakit Kepala

Beberapa anak mungkin mengalami sakit kepala sebagai gejala tambahan dari radang amandel.

10. Nafas Berbau

Selain bau mulut, nafas anak juga mungkin akan berbau tidak sedap akibat infeksi pada amandel.

Penting untuk diingat bahwa tidak semua anak akan mengalami semua gejala di atas. Beberapa mungkin hanya mengalami satu atau dua gejala, sementara yang lain mungkin mengalami kombinasi dari beberapa gejala. Intensitas gejala juga dapat bervariasi dari ringan hingga berat.

Diagnosis Radang Amandel pada Anak

Untuk mendiagnosis radang amandel pada anak, dokter biasanya akan melakukan beberapa langkah pemeriksaan. Proses diagnosis ini penting untuk menentukan penyebab spesifik dari radang amandel dan memilih metode pengobatan yang paling tepat. Berikut ini adalah beberapa metode diagnosis yang umumnya dilakukan:

1. Pemeriksaan Fisik

Langkah pertama dalam diagnosis adalah pemeriksaan fisik. Dokter akan memeriksa tenggorokan anak menggunakan senter untuk melihat kondisi amandel. Mereka akan mencari tanda-tanda pembengkakan, kemerahan, atau adanya bintik-bintik putih pada amandel. Dokter juga akan memeriksa leher anak untuk mendeteksi adanya pembengkakan kelenjar getah bening.

2. Riwayat Medis

Dokter akan menanyakan tentang gejala yang dialami anak, kapan gejala mulai muncul, dan apakah ada riwayat radang amandel sebelumnya. Informasi tentang riwayat kesehatan keluarga juga mungkin akan ditanyakan.

3. Tes Usap Tenggorokan

Jika dokter mencurigai infeksi bakteri, mereka mungkin akan melakukan tes usap tenggorokan. Prosedur ini melibatkan pengambilan sampel dari tenggorokan menggunakan cotton swab. Sampel ini kemudian akan diperiksa di laboratorium untuk mendeteksi keberadaan bakteri Streptococcus, penyebab umum radang amandel bakterial.

4. Tes Darah

Dalam beberapa kasus, dokter mungkin akan merekomendasikan tes darah. Tes ini dapat membantu menentukan apakah infeksi disebabkan oleh virus atau bakteri, serta mengukur tingkat keparahan infeksi. Tes darah juga dapat mendeteksi adanya mononukleosis, yang kadang-kadang menyebabkan gejala mirip radang amandel.

5. Kultur Tenggorokan

Jika hasil tes usap tenggorokan tidak konklusif, dokter mungkin akan melakukan kultur tenggorokan. Prosedur ini melibatkan pengambilan sampel dari tenggorokan yang kemudian ditumbuhkan di laboratorium untuk mengidentifikasi jenis bakteri yang menyebabkan infeksi.

6. Pemeriksaan Radiologi

Dalam kasus yang jarang terjadi, dokter mungkin akan merekomendasikan pemeriksaan radiologi seperti CT scan atau MRI. Ini biasanya dilakukan jika ada kecurigaan komplikasi seperti abses peritonsillar (pengumpulan nanah di sekitar amandel).

7. Evaluasi Tidur

Jika anak mengalami masalah tidur atau mendengkur yang parah, dokter mungkin akan merekomendasikan evaluasi tidur. Ini dapat membantu menentukan apakah amandel yang membesar menyebabkan gangguan pernapasan saat tidur (sleep apnea).

Setelah melakukan diagnosis, dokter akan dapat menentukan apakah radang amandel disebabkan oleh virus atau bakteri, serta tingkat keparahan infeksi. Informasi ini sangat penting untuk menentukan rencana pengobatan yang paling tepat untuk anak.

Penting untuk diingat bahwa diagnosis yang akurat adalah kunci untuk pengobatan yang efektif. Jika Anda mencurigai anak Anda mengalami radang amandel, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.

Pengobatan Radang Amandel pada Anak

Pengobatan radang amandel pada anak akan disesuaikan dengan penyebab dan tingkat keparahan infeksi. Berikut ini adalah beberapa metode pengobatan yang umumnya direkomendasikan:

1. Pengobatan untuk Radang Amandel Viral

Jika radang amandel disebabkan oleh infeksi virus, pengobatan utama berfokus pada pengelolaan gejala dan mendukung sistem kekebalan tubuh anak. Beberapa langkah yang dapat dilakukan meliputi:

  • Istirahat yang cukup: Memberikan waktu istirahat yang cukup bagi anak untuk membantu tubuh melawan infeksi.
  • Hidrasi: Memastikan anak mengonsumsi cukup cairan untuk mencegah dehidrasi.
  • Obat pereda nyeri: Pemberian obat seperti paracetamol atau ibuprofen dapat membantu mengurangi rasa sakit dan menurunkan demam.
  • Berkumur dengan air garam: Untuk anak yang lebih besar, berkumur dengan larutan air garam hangat dapat membantu meredakan sakit tenggorokan.
  • Konsumsi makanan lunak: Menyediakan makanan yang mudah ditelan seperti sup atau bubur dapat membantu anak tetap mendapatkan nutrisi meski tenggorokan terasa sakit.

2. Pengobatan untuk Radang Amandel Bakterial

Jika radang amandel disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter biasanya akan meresepkan antibiotik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan antibiotik:

  • Jenis antibiotik: Penisilin atau amoksisilin sering menjadi pilihan utama untuk mengobati radang amandel bakterial.
  • Durasi pengobatan: Antibiotik biasanya diberikan selama 7-10 hari.
  • Kepatuhan: Penting untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik sesuai resep dokter, meskipun gejala sudah membaik.
  • Efek samping: Perhatikan kemungkinan efek samping seperti diare atau ruam kulit.

3. Terapi Suportif

Selain pengobatan spesifik untuk infeksi viral atau bakterial, beberapa terapi suportif dapat membantu mempercepat pemulihan dan meringankan gejala:

  • Penggunaan humidifier: Menjaga kelembaban udara dapat membantu meredakan iritasi tenggorokan.
  • Kompres dingin atau hangat: Kompres pada leher dapat membantu mengurangi rasa tidak nyaman.
  • Permen pelega tenggorokan: Untuk anak yang lebih besar, permen pelega tenggorokan dapat membantu meredakan sakit.
  • Madu: Madu dapat membantu meredakan batuk dan iritasi tenggorokan. Namun, jangan berikan madu pada anak di bawah usia 1 tahun.

4. Operasi Pengangkatan Amandel (Tonsilektomi)

Dalam beberapa kasus, dokter mungkin merekomendasikan operasi pengangkatan amandel. Prosedur ini biasanya dipertimbangkan jika:

  • Anak mengalami radang amandel berulang (lebih dari 7 kali dalam setahun atau 5 kali per tahun selama 2 tahun berturut-turut).
  • Radang amandel menyebabkan komplikasi seperti abses peritonsillar.
  • Amandel yang membesar menyebabkan gangguan pernapasan atau kesulitan menelan.
  • Radang amandel kronis tidak merespons terhadap pengobatan antibiotik.

Keputusan untuk melakukan tonsilektomi harus dipertimbangkan dengan hati-hati, mempertimbangkan risiko dan manfaatnya.

5. Pemantauan dan Tindak Lanjut

Setelah memulai pengobatan, penting untuk memantau perkembangan anak. Jika gejala tidak membaik atau bahkan memburuk setelah beberapa hari pengobatan, segera hubungi dokter. Dokter mungkin perlu mengevaluasi kembali diagnosis atau mengubah rencana pengobatan.

Ingatlah bahwa setiap anak mungkin merespons pengobatan secara berbeda. Selalu ikuti petunjuk dokter dan jangan ragu untuk bertanya jika ada hal yang tidak dipahami tentang pengobatan anak Anda.

Pencegahan Radang Amandel pada Anak

Meskipun tidak selalu mungkin untuk mencegah radang amandel sepenuhnya, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi ini pada anak. Berikut adalah beberapa strategi pencegahan yang dapat diterapkan:

1. Menjaga Kebersihan

Kebersihan yang baik adalah langkah pertama dalam mencegah berbagai infeksi, termasuk radang amandel. Beberapa hal yang dapat dilakukan:

  • Ajarkan anak untuk mencuci tangan secara teratur, terutama sebelum makan dan setelah menggunakan toilet.
  • Gunakan sabun dan air mengalir, cuci setidaknya selama 20 detik.
  • Jika tidak ada air dan sabun, gunakan hand sanitizer berbasis alkohol.
  • Hindari menyentuh wajah, terutama mulut dan hidung, dengan tangan yang belum dicuci.

2. Memperkuat Sistem Kekebalan Tubuh

Sistem kekebalan tubuh yang kuat dapat membantu anak melawan infeksi. Beberapa cara untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh anak:

  • Pastikan anak mendapatkan nutrisi yang cukup dan seimbang.
  • Dorong anak untuk mengonsumsi banyak buah dan sayuran.
  • Pastikan anak mendapatkan cukup tidur.
  • Ajak anak untuk berolahraga secara teratur.
  • Pertimbangkan pemberian suplemen vitamin sesuai rekomendasi dokter.

3. Menghindari Paparan terhadap Iritan

Beberapa zat dapat mengiritasi tenggorokan dan meningkatkan risiko infeksi. Usahakan untuk:

  • Hindari paparan asap rokok, baik aktif maupun pasif.
  • Kurangi paparan terhadap polusi udara.
  • Jaga kelembaban udara di rumah, terutama jika tinggal di daerah dengan udara kering.

4. Mengelola Alergi

Jika anak memiliki alergi, pengelolaan yang baik dapat membantu mencegah iritasi pada tenggorokan yang dapat meningkatkan risiko infeksi:

  • Identifikasi dan hindari pemicu alergi.
  • Gunakan obat alergi sesuai resep dokter.
  • Pertimbangkan penggunaan air purifier di rumah untuk mengurangi alergen di udara.

5. Vaksinasi

Beberapa vaksin dapat membantu mencegah infeksi yang dapat menyebabkan radang amandel:

  • Pastikan anak mendapatkan vaksin influenza tahunan.
  • Ikuti jadwal imunisasi yang direkomendasikan, termasuk vaksin pneumokokus yang dapat mencegah beberapa jenis infeksi bakteri.

6. Menghindari Kontak dengan Orang Sakit

Virus dan bakteri yang menyebabkan radang amandel dapat menular melalui kontak langsung:

  • Hindari kontak dekat dengan orang yang sedang sakit, terutama yang mengalami infeksi saluran pernapasan.
  • Ajarkan anak untuk tidak berbagi peralatan makan, minuman, atau barang pribadi lainnya dengan orang lain.

7. Menjaga Kebersihan Lingkungan

Lingkungan yang bersih dapat membantu mengurangi risiko infeksi:

  • Bersihkan dan disinfeksi permukaan yang sering disentuh secara teratur.
  • Ganti sikat gigi anak secara teratur, terutama setelah mengalami infeksi.
  • Pastikan ventilasi rumah baik untuk mengurangi akumulasi kuman di udara.

8. Edukasi

Edukasi adalah kunci dalam pencegahan:

  • Ajarkan anak tentang pentingnya kebersihan dan cara mencegah penyebaran kuman.
  • Jelaskan kepada anak tentang gejala radang amandel dan pentingnya memberitahu orang tua jika merasa tidak enak badan.

Meskipun langkah-langkah ini dapat membantu mengurangi risiko radang amandel, penting untuk diingat bahwa tidak ada metode pencegahan yang 100% efektif. Jika anak Anda menunjukkan gejala radang amandel, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.

Kapan Harus ke Dokter?

Meskipun banyak kasus radang amandel dapat sembuh sendiri atau dengan perawatan di rumah, ada situasi di mana Anda perlu membawa anak ke dokter. Berikut adalah beberapa kondisi yang mengindikasikan perlunya konsultasi medis segera:

1. Gejala yang Parah atau Memburuk

  • Demam tinggi (di atas 39°C) yang tidak turun dengan obat penurun panas.
  • Sakit tenggorokan yang sangat parah hingga mengganggu kemampuan menelan atau berbicara.
  • Pembengkakan yang signifikan pada leher atau rahang.

2. Gejala yang Berlangsung Lama

  • Gejala yang tidak membaik setelah 3-4 hari.
  • Sakit tenggorokan yang berlangsung lebih dari seminggu.

3. Tanda-tanda Dehidrasi

  • Mulut dan bibir kering.
  • Kurangnya produksi air seni atau urin berwarna gelap.
  • Anak terlihat lesu atau tidak responsif.

4. Kesulitan Bernapas

  • Anak terlihat kesulitan bernapas atau napas terdengar berbunyi (stridor).
  • Anak bernapas dengan mulut terbuka atau terengah-engah.

5. Gejala Komplikasi

  • Ruam kulit yang muncul tiba-tiba.
  • Nyeri sendi atau otot yang parah.
  • Sakit perut yang hebat.
  • Urin berwarna merah atau coklat gelap.

6. Radang Amandel Berulang

  • Anak mengalami radang amandel lebih dari 7 kali dalam setahun.
  • Radang amandel terjadi 5 kali atau lebih per tahun selama 2 tahun berturut-turut.

7. Gangguan Tidur

  • Anak mendengkur keras saat tidur.
  • Anak sering terbangun di malam hari atau terlihat kelelahan di siang hari.

8. Kesulitan Makan

  • Anak menolak makan atau minum sama sekali.
  • Terjadi penurunan berat badan yang signifikan.

Ingatlah bahwa sebagai orang tua, Anda yang paling mengenal anak Anda. Jika Anda merasa ada sesuatu yang tidak beres atau khawatir tentang kondisi anak, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter. Diagnosis dan pengobatan dini dapat mencegah komplikasi dan mempercepat proses pemulihan.

Selain itu, jika anak Anda sedang dalam pengobatan untuk radang amandel tetapi tidak menunjukkan perbaikan atau bahkan memburuk, segera hubungi dokter. Mungkin diperlukan evaluasi ulang atau perubahan dalam rencana pengobatan.

Penting juga untuk memperhatikan bahwa beberapa gejala radang amandel dapat mirip dengan gejala penyakit lain yang lebih serius, seperti epiglotitis (peradangan pada katup tenggorokan) atau abses peritonsillar. Oleh karena itu, jika Anda ragu atau khawatir, selalu lebih baik untuk berkonsultasi dengan profesional medis.

Kesimpulan

Radang amandel pada anak merupakan kondisi yang cukup umum terjadi, terutama pada usia 5-15 tahun. Meskipun seringkali tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya, penting bagi orang tua untuk memahami penyebab, gejala, dan cara penanganannya.

Penyebab utama radang amandel adalah infeksi virus dan bakteri, dengan virus menjadi penyebab paling umum. Gejala yang perlu diwaspadai meliputi sakit tenggorokan, kesulitan menelan, demam, dan pembengkakan amandel. Diagnosis yang tepat oleh dokter sangat penting untuk menentukan pengobatan yang sesuai.

Pengobatan radang amandel tergantung pada penyebabnya. Untuk infeksi virus, penanganan umumnya berfokus pada perawatan suportif dan pengelolaan gejala. Sementara untuk infeksi bakteri, antibiotik mungkin diperlukan. Dalam kasus yang parah atau berulang, operasi pengangkatan amandel (tonsilektomi) mungkin direkomendasikan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya