Liputan6.com, Jakarta Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli siap mendukung pelatihan untuk calon tenaga kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. Menyusul adanya sekitar 1,7 juta lowongan kerja di luar negeri menurut laporan Menteri Perlindungan Pekerja Migran (P2MI), Abdul Kadir Karding.
Yassierli mengatakan, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) selalu berdiskusi dengan Kementerian P2MI soal kebutuhan pekerja migran. Pihaknya juga telah siap membuat program pelatihan bagi para calon tenaga kerja Indonesia, jika memang ada kebutuhan besar dari luar negeri.
Baca Juga
"Sudah, sudah. Jadi kita akan support pelatihannya nanti," kata Menaker Yassierli saat ditanyai oleh Liputan6.com di Jakarta, Senin (14/4/2025).
Advertisement
Format Disusun P2MI
Untuk urusan kepelatihan, Kemnaker menyerahkan kepada Kementerian P2MI untuk menyusun formatnya. Setelahnya, Kemnaker bakal memberikan dukungan dalam bentuk tenaga instruktur hingga proses sertifikasi.
"Nanti kita support, karena kan kita yang selama ini dalam bidang pelatihan kita punya modalitasnya, kemudian kita punya skema-skema untuk sertifikasi, instruktur dan seterusnya. Tapi kolaborasi intinya," bebernya.
Lebih lanjut, ia belum memetakan secara pasti bagaimana potensi lapangan kerja untuk 1,7 juta TKI, yang tersebar di 100 negara.
"Kita harus lihat nanti di pak Karding, tentu ada tahapannya. Kita nanti ketemu sama pak Karding," kata Yassierli.
Â
Klaster Khusus
Adapun informasi soal 1,7 juta lowongan kerja di luar negeri ini disampaikan oleh Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding. Dari jumlah tersebut, ia menyebut baru bisa terpenuhi sekitar 297 ribu tenaga kerja.
Untuk itu, Karding meminta Menaker Yassierli menyiapkan klaster khusus untuk menyiapkan pekerja migran.
"Kami minta tolong Menaker agar ada klaster khusus supaya kami fokus. Jangan dicampur dengan yang disiapkan dalam negeri karena kan beda nanti," katanya di sela peninjauan kegiatan di Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Surakarta di Solo, Jawa Tengah, seperti dikutip dari Antara.
Ia mencontohkan, tenaga las antara Jepang dan Korea berbeda. Oleh karena itu, harus disiapkan secara optimal.
"Ini saya dalam rangka lihat itu semua. Nanti kami duduk bareng dengan Kemenaker karena mereka yang punya infrastrukturnya," katanya.
Terkait dengan klaster khusus tersebut, dikatakannya, agar secepatnya dibentuk.
"Nggak boleh lambat, kalau nggak nanti permintaan numpuk tapi kita nggak bisa menyiapkan. Apalagi ini kan ekosistem mendukung," katanya.
Â
Advertisement
Jumlah Tenaga Kerja
Selanjutnya, dikatakannya, yang juga harus dipastikan adalah berapa jumlah tenaga kerja yang disiapkan untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri dan berapa untuk kebutuhan di luar negeri.
"Kalau permintaan kerja banyak tapi kan kesiapan bukan hanya tempat pelatihan tapi juga skema pembiayaan seperti apa. Kalau sudah ketemu nanti dengan Kemenaker akan bicara misalnya di Balai Solo kira-kira jabatan kerja apa saja, berapa jumlahnya," katanya.
Ia berharap, program tersebut dapat berjalan dengan mengoptimalkan 21 balai pelatihan yang ada di bawah Kementerian Tenaga Kerja dan 13 satuan pelaksana.
Pada kunjungan tersebut, Abdul Kadir juga sempat bertanya kepada para peserta terkait ketertarikannya sebagai pekerja migran.
"Rata-rata saya tanya siapa yang minat ternyata banyak, ada yang Jepang dan Korea. Ada juga yang ingin ke Amerika Serikat," katanya.
