Liputan6.com, Florida - Ingatan kembali ke tahun 1999, kakak beradik Catherine --saat itu 14 tahun dan Curtis--12 tahun Jones membunuh pacar ayah mereka dengan sepucuk pistol milik Curtis Jones senior.
Dalam dakwaannya, keduanya membunuh karena cemburu Nicole telah merebut ayah mereka. Polisi menggambarkan bahwa ketiganya adalah keluarga yang harmonis sampai sang kepala keluarga ingin menikahi kekasihnya.
Sebuah pemberitaan Orlando Sentinel tahun 1999 mengatakan bahwa keduanya merencanakan pembunuhan kepada asisten guru itu.
Kakak beradik ini menjadi terpidana pembunuh paling muda seantero Amerika dan yang kali pertama diperlakukan sebagai orang dewasa dengan pasal pembunuhan tingkat satu.
Keduanya sadar bahwa mereka telah melakukan kesalahan. Mereka mencoba menutupi jejak kejahatan dengan curhat ke tetangga bahwa itu adalah kecelakaan. Mereka lalu memilih kabur ke hutan dan ditemukan oleh sherif lokal keesokan paginya.
Catherine dan Curtis pun harus mendekam dalam penjara selama 18 tahun.
Tanpa pengadilan. Tanpa saksi. Tanpa ada kesempatan membela diri bahwa mereka adalah korban kekerasan di usia mereka yang masih rentan.
Saat prapersidangan, Departemen Anak-anak AS tidak dapat memberikan dokumen yang mengatakan bahwa kakak-beradik ini adalah korban kekerasan dalam rumah tangga.
Advertisement
Badan pemerintah ini juga tidak bersikeras untuk "memperjuangkan" mereka di pengadilan. Hingga tahun 2009, cerita mereka terungkap saat Catherine Jones membuka diri untuk diwawancara Florida Today, seperti dikutip Liputan6.com dari USAToday.
>>> Horor yang sesungguhnya
Horor yang sesungguhnya
Horor dimulai saat ibu kandung mereka --yang berkulit putih-- meninggalkan kedua kakak-beradik itu karena tak tahan menjadi sasaran kekerasan bertahun-tahun oleh suaminya, Curtin Jones Sr.
Jones Sr tidak pernah memperkenankan anak-anaknya pergi bersama ibunya, sementara keluarga sang ibu tidak mau menerima keduanya karena mereka "setengah hitam", demikian ungkap Catherine.
Jones Sr pernah dikenakan pasal pembunuhan tingkat dua setelah menembak mati dua orang di sebuah arena biliar tahun 1989. Catherine 4 tahun saat itu. Namun, polisi dan pengadilan melepaskan kasus itu karena Jones Sr dianggap membela diri.
Florida Today menemukan sejumlah dokumen yang menyatakan bahwa Departemen Anak-anak pernah mendapat laporan dan investigasi bahwa kedua anak ini mendapat pelecehan seksual dan kekerasan. Laporan ini dibuat empat bulan sebelum insiden pembunuhan terjadi.
Beberapa tahun sebelumnya, pemerintah lokal mempunyai catatan bahwa seorang anggota keluarga pernah melakukan pelecehan seksual dengan anak berusia 14 tahun dan tidur bersama si adik yang berusia 12 tahun. Laporan tersebut menunjukan bahwa tempat kejadian perkara adalah rumah Catherine dan Curtis.
Investigasi lainnya terjadi tahun 1996, mereka mencatat mata Curtis bengkak dan merah. Namun, investigasi itu hanya sekadar laporan dan statistik.
"Dia melakukan semua kecuali penetrasi," ungkap Cathrine, seperti dikutip dari News.com.au. "Ia menyentuh semua bagian tubuhku dan aku diminta oral seks sampai muntah."
Cathrine lantas melaporkan cerita ini kepada ayah dan pacar ayahnya Nichole Speights. Namun, mereka berdua menganggap ia yang masih gadis cilik berbohong.
Satu-satunya yang percaya ceritanya adalah saudara laki-lakinya, Curtis. Yang mengalami hal yang serupa.
"Ia (pelaku kekerasan yang masih kerabat) juga pernah masuk kamar mandi saat aku mandi. Merobek korden, memandangiku sambil masturbasi, sementara aku menangis di pojokkan," kata Catherine.
"Setelah ia selesai, ia letakkan uang 50 sen di atas dudukan toilet. Saat itulah aku ingin membunuhnya. Membunuh semua. Itulah yang terjadi."
"Di satu titik saya merasa bahagia saat harus keluar dari masalah dan rumah itu,"
"Dan aku merasa aman," tambahnya.
Pengacara sekaligus pengajar di Florida State University, Paolo Annino--yang gagal meminta pengampunan untuk mereka berdua-- mengatakan bahwa keduanya telah mendapat perlakuan tidak adil.
"Ini adalah kasus di mana semua sistem gagal," katanya kepada Florida Today.
"Terutama buat Departemen Anak-anak. Merekalah yang patut disalahkan. Mereka tidak pernah melakukan pekerjaannya dengan benar. Kalau mereka tidak sekadar mencatat, tentu tidak akan ada pembunuhan."
Grand Juri memutuskan untuk memperlakukan mereka sebagai pesakitan dewasa dan menjatuhi hukuman orang dewasa.
Pengacaranya meminta keringanan hukuman dan diterima. Saat itu Curtis meminta apakah boleh ia membawa Nintendo kesayangannya ke sel tahanan.
Ia kini menjadi Pendeta.
Keduanya saling menulis surat selama sekian tahun hingga kepala lapas menghentikannya karena mereka berdua adalah co-defendants -- pelaku kriminal untuk kasus yang sama. Di Amerika ada aturan kontroversial apakah sesama terdakwa menghubungi atau tidak, tergantung kebijakan kepala lapas masing-masing.
>>>>Sahabat Pena
Advertisement
Sahabat Pena
Di lokasi berbeda ribuan kilometer jauhnya, Komandan Ramous K Fleming sedang berada di kapal perang USS Enterprise menuju Teluk Persia. Ia menghabiskan waktu membuka internet untuk membaca berita-berita kriminal kesukaannya.
Matanya tertumbuk pada cerita Catherine. Beberapa tahun kemudian, ia membaca laporan Florida Today dan memutuskan untuk keluar dari zona nyamannya.
"Aku menulis surat kepadanya dan Catherine membalas," kata Fleming kepada USAToday.
"Aku belum pernah melakukan ini. Ceritanya menarik perhatianku dan aku ingin jadi sahabat penanya."
Mereka pun tetap saling berhubungan lewat surat. "Kami saling surat-menyurat dan entah bagaimana, kami jatuh cinta," katanya. "Tidak pernah terpikir ini bakal terjadi."
Mereka memutuskan untuk bertemu dan kilatan cinta menyala begitu saja, kata Flemming. Tanggal 27 November 2013, mereka menikah di gereja kecil di Hernando Correctional Institution.
>>>>Usia 30 dan tidak tahu apa-apa
Usia 30 dan tidak tahu apa-apa
Usaha Annino untuk meminta pengampunan seperti berbicara dengan tembok. Begitu juga proposalnya untuk meminta mereka hanya menjalani hukuman 10 tahun penjara.
Curtis yang tahun 2009 tidak mau diwawancara harus menjalani satu tahun lagi hukuman karena dia adalah salah satu tahanan yang mencoba melarikan diri saat badai memorakporandakan penjaranya tahun 2004. Flemming mengatakan bahwa ia selalu menghubungi Curtis setiap minggu.
Apabila perhitungan benar dan Cathrine dianggap berlaku baik, ia akan meninggalkan penjara 28 Juli 2015 mendatang.
Ia adalah seorang perempuan --menikah. Kini usia 30, tidak pernah menyetir mobil, tidak pernah kirim SMS di telepon genggam, tidak pernah berjalan di lorong SMA, tidak pernah datang ke interview pekerjaan, bahkan tidak pernah datang ke pesta dansa dan tidak pernah menggunakan internet.
"Setelah menghabiskan waktu remaja dan perempuan muda di belakang jeruji penjara, aku akan terjun ke dunia asing yang jelas berbeda saat aku tinggalkan dulu," katanya dalam surat kepada Florida Today tahun lalu.
"Tentu akan ada air mata karena aku akan menjalankan fungsiku sebagai manusia normal: menyetir mobil, melamar pekerjaan, memakai telepon genggam, berpakaian pantas untuk wawancara kerja. Atau, pergi ke dokter gigi, mencari asuransi. Aku benar-benar tak punya petunjuk."
"Ide berumur 30 tahun dan harus bergantung kepada orang lain untuk melakukan hal-hal dasar sama sekali menyeramkan. Aku akan meninggalkan penjara sebagai orang yang tidak tahu apa-apa, sama persis seperti saat aku masuk ke penjara di usia 13 tahun."
Flemming berencana meninggalkan karier militernya untuk membantu kekasih sekaligus istrinya. Ia berkata sangat tidak mungkin apabila ia tetap berkarier sementara Catherine tidak tahu bagaimana bertahan di luar penjara.
"Aku tidak mau meninggalkannya sendirian," kata Flemming. (Rie/Ein)
Advertisement