Myanmar Akhirnya Menggelar Pemilu Setelah 25 Tahun

Partai Aung Sang Suu Kyi, NLD, harus meraih suara 67% dari seluruh kursi yang diperebutkan untuk mendapatkan angka mayoritas.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 08 Nov 2015, 09:25 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2015, 09:25 WIB
Rakyat Myanmar Akhirnya Menggelar Pemilu Setelah 25 Tahun
Rakyat Myanmar Akhirnya Menggelar Pemilu Setelah 25 Tahun. Pengamat Uni Eropa dan Surat Suara Pemilu Myanmar (Reuters)

Liputan6.com, Yangon - Bilik-bilik pencoblosan pemilu Myanmar akhirnya dibuka pada Minggu (8/11/2015). Hari ini adalah pemilihan paling bersejarah dalam 25 tahun.

Partai berkuasa Union Solidarity Development Party (USDP), yang didukung oleh militer, adalah salah satu partai dengan banyak pendukung. Sementara itu, partai saingannya, yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi, National League for Democracy (NLD) diharapkan dapat merebut suara terbanyak, meskipun Suu Kyi tidak bisa menjadi presiden karena dibatasi undang-undang.

Presiden Thein Sein mengatakan bahwa pemerintah siap menerima hasil pemilu. "Saya akan terima pemerintah baru berdasarkan hasil pemilu," kata Thein Sein pada Jumat 6 November 2015, seperti dilansir BBC Minggu (8/11/2015).

Lebih dari 30 juta penduduk Myanmar hari ini melaksanakan pemilu. Lebih dari 6.000 kandidat dari 90 partai berkampanye dan berharap untuk memenangkan 664 kursi di parlemen, dalam pemilihan pertama kali saat pemerintah sipil berhasil mengambil alih kepemimpinan pada 2011.

Namun, bagaimanapun 25 persen kursi sudah diberikan tanpa melalui proses pemilihan kepada perwakilan militer. Karena itu, NLD harus meraih suara 67% dari seluruh kursi yang diperebutkan untuk mendapatkan suara mayoritas.

Suu Kyi, peraih Nobel Perdamaian, tidak akan bisa menjadi Presiden Myanmar, walaupun nantinya NLD menang, karena konstitusi negara itu -- yang dirancang rezim militer -- melarangnya.

Dalam ketentuan itu, seseorang tidak bisa menjadi presiden jika menikah dengan orang asing dan juga memiliki anak orang asing.

Dalam sebuah pawai besar, dia mengulangi pernyataannya bahwa apabila partainya memang dia akan berada di atas presiden.

"Saya akan berada di atas presiden. Ini sebuah pesan yang sangat sederhana," ucapnya dalam jumpa pers di Yangon pada Kamis 5 November -- jumpa pers terakhir sebelum pencoblosan.

Diperintah oleh junta militer selama hampir setengah abad, Myanmar telah memulai reformasi ekonomi dan politik dalam beberapa tahun terakhir. (Rie/Yus)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya