Legenda 'Monster' di Balik Warna Merah yang Identik dengan Imlek

Imlek datang, warna merah mendominasi dekorasi di jalanan dan toko-toko. Mengapa?

oleh Indy Keningar diperbarui 05 Feb 2016, 07:00 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2016, 07:00 WIB
Kepercayaan Warna Merah di Balik Perayaan Imlek
Imlek datang, warna merah mendominasi dekorasi di jalanan dan toko-toko. Mengapa?

Liputan6.com, Jakarta - Hanya dalam hitungan hari, perayaan tahun baru China alias Imlek 2567 akan segera tiba. Artinya, jalanan dan toko-toko akan ramai dihiasi oleh dekorasi warna merah. Identik dengan perayaan ini.

Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, apa yang mendasari warna merah dalam perayaan imlek?

Tak disangka, semua itu berawal dari sebuah legenda yang mengisahkan monster Nian yang takut dengan warna merah.

Alkisah, setiap awal Tahun Baru China dimulai dengan serangan dari makhluk mitos Nian ('Nian' artinya 'Tahun' dalam bahasa China). Nian akan hadir di setiap hari pertama tahun baru untuk memakan hewan ternak, tanaman, bahkan penduduk desa, terutama anak-anak.

Untuk melindungi diri, penduduk meletakkan makanan di depan pintu setiap tahun baru, yang dipercaya akan dimakan oleh monster Nian. Menurut cerita mereka tak akan menyerang orang lain, dikutip, Colour Lovers.

Namun, pada suatu ketika  orang-orang melihat monster Nian takut dengan penampakan seorang anak kecil yang mengenakan pakaian berwarna merah, kemudian menganggap monster itu takut dengan warna tersebut.

 

Ilustrasi Monster Nian. (flickr/CACTUSBEETROOT)

Setelahnya, setiap tahun baru datang, penduduk desa akan menggantungkan lentera warna merah dan menutup jendela dan pintu mereka rapat-rapat.

Mereka juga menggunakan petasan untuk menakuti Nian. Setelahnya monster itu tak pernah datang kembali ke desa, dan diduga diubah menjadi gunung oleh Hongjunlaozu, pendeta Tao di masa itu.

Pada perayaan Imlek, amplop merah yang umum dikenal dengan nama angpao akan dibagikan oleh orang-orang tua atau yang sudah menikah kepada remaja dan anak-anak.

Angpao dikenal juga dengan nama Ya Sui Qian, yang artinya 'uang untuk mengusir roh jahat'. Uang diletakkan di dalam amplop, dengan jumlah yang bervariasi dari puluhan hingga ratusan ribu.

Ada kepercayaan bahwa jumlah uang dalam amplop harus genap, karena angka ganjil berkaitan dengan nominal uang yang diberikan dalam upacara pemakaman.

Angka 8 dianggap sebagai angka keberuntungan (karena pengucapan bahasa China-nya berima dengan kata 'kekayaan').

Angka enam juga dianggap angka keberuntungan, karena dalam bahasa China, enam (liu) punya arti yang sama dengan lancar, dalam hal semua urusan di tahun baru diharapkan lancar. Kadang-kadang, cokelat berbentuk koin juga ditemukan pada amplop.

Dalam kepercayaan lima elemen (Wu Xing), yakni --kayu, api, tanah, logam, dan air masing-masing memiliki warna yang berkaitan.

Warna merah merupakan simbol elemen api, dan menjadi lambang dari rezeki dan kebahagiaan.

Warna-warna merah dalam Imlek sering kali dipasangkan dengan warna emas. Pemilihan warna ini bukan tanpa alasan, kepercayaan China menganggap emas adalah warna yang menggabungkan Yin dan Yang, dan merupakan pusat dari segalanya, menurut, Qi Harmony.

Kuning, yang merupakan dasar warna emas menjadi simbol kealamian dan keberuntungan. Sementara kuning merupakan warna dari kerajaan-kerajaan, dan simbol lima kaisar legendaris China kuno.

Warna itu juga melambangkan kebebasan dunia dan dimuliakan dalam kepercayaan Buddha, hal ini terlihat dari pakaian para biksu yang diwajibkan berwarna kuning.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya