Nama Teroris Paris dan Anggota ISIS Asal RI Terungkap di Jerman

Dokumen itu juga menyebut sejumlah orang Indonesia yang menjadi pengikut ISIS. Antara lain seorang bernama Abu Zalfa al-Indonesi.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 12 Mar 2016, 10:32 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2016, 10:32 WIB
Fakta Baru, Nama Pelaku Teror Paris Ada di Dokumen ISIS di Jerman
Ilustrasi berkas ISIS berbahasa Arab. (BBC)

Liputan6.com, London - Belum lama ini beberapa dokumen milik intelijen Jerman berisi 22.000 nama pengikut ISIS terkuak. Belakangan, media dari negara tersebut menyebutkan 3 nama pelaku teror Paris muncul dalam berkas dokumen kelompok militan itu.

Ketiganya adalah Samy Amimour, Foued Mohamed-Aggad, dan Omar Ismail Mostefai yang melancarkan serangan di Teater Bataclan -- serangan paling mematikan di Paris yang menewaskan 90 orang.

Dokumen ISIS berbahasa Arab yang diperoleh media Jerman, Inggris, dan oposisi Suriah itu mengidentifikasi ribuan orang yang direkrut sebagai militan. Mereka teridentifikasi dari sekitar 40 negara.

"Berkas-berkas itu diduga kuat asli," ucap Menteri Dalam Negeri Jerman seperti dikutip dari BBC, Sabtu (12/3/2016).

Dari data sekitar 22.000 pengikut ISIS yang dilaporkan teridentifikasi oleh dokumen milik intelijen Jerman, berisi nama-nama, alamat, nomor telepon, dan informasi lainnya.

Media Jerman yang memperoleh berkas-berkas itu adalah media elektronik WDR dan NDR, serta harian Sueddeutsche Zeitung. WDR menyebut, berkas-berkas itu mengisyaratkan bahwa ketiga penyerang Paris masuk ke kawasan yang dikuasai ISIS pada 2013 dan 2014.

Dokumen itu juga menyebut sejumlah orang Indonesia yang menjadi pengikut ISIS. Antara lain disebutkan seorang bernama Abu Zalfa al-Indonesi. Umumnya militan asing yang bergabung dengan kelompok ekstrem di Timur Tengah, memang menggunakan nama Arab, diimbuhi nama negara di belakangnya.

Nama militan seperti Abu Zalfa al-Indonesi -- atau Abu Zalfa dari Indonesia, tak akan bisa ditemukan dalam catatan kependudukan di kelurahan atau kecamatan tempat asalnya di Indonesia.

Militan yang dituding otak serangan Thamrin beberapa waktu lalu, Bahrun Naim di Suriah juga dikenal sebagai Abu Aisyah Al-Indonesi. Sedangkan pengikut dari Belanda yang disebutkan dalam dokumen itu, misalnya, Abu Jihad al-Hollandi, adalah remaja Amsterdam asal Maroko yang nama aslinya Achraf Bouamran.

Asal Muasal Data

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Jerman Thomas de Maiziere sebelumnya mengatakan, informasi yang terdapat dalam dokumen itu bisa membantu untuk memproses pengikut ISIS ke muka hukum dan membantu mencegah perekrutan masa depan.

Menurut informasi yang beredar, dokumen tersebut pertama kali dipublikasikan secara online (dokumen dalam bahasa Arab) oleh Zaman Al-Wasl, sebuah situs berita Suriah yang berbasis di Qatar. Terdapat 16 nama warga Inggris dilaporkan muncul di file, termasuk Junaid Hussain dan Reyaad Khan, yang tewas pada September di Suriah oleh serangan pesawat tak berawak RAF.

Dua orang lain yang terdaftar, Karim Marc B dan Abdelkarim B -- saat ini sedang diadili secara terpisah di Jerman. Sementara 2 warga Jerman yang terdaftar adalah Farid Saal Yassin Oussaiffi -- keduanya muncul di salah satu video ISIS.

Polisi anti-terorisme di Jerman sedang mempelajari dokumen tersebut. "FBI Jerman tengah menyelidiki dokumen-dokumen yang otentik itu," kata Mendagri de Maiziere.

Sementara itu rekannya di Inggris, Menteri Dalam Negeri Theresa May mengatakan, dia tidak bisa berkomentar banyak soal keamanan nasional.

"ISIS merupakan ancaman berat ... penting bagi kita untuk bekerja sama melawan ancaman ini," kata Theresa May.

Di lain pihak, Menteri Dalam Negeri Prancis Bernard Cazeneuve juga mengaku tertarik dengan data yang dimiliki Jerman.

"Kami sangat tertarik pada informasi yang memungkinkan kita untuk ... menetralisir teroris, tetapi informasi tersebut harus dikonfirmasi," ucap Cazeneuve.

Sky News mengatakan, dokumen itu berasal dari seorang pria bernama Abu Hamed, seorang militan ISIS yang kecewa dengan kepemimpinan kelompok itu. Ia lalu mencuri data tersebut dari kepala pasukan keamanan internal ISIS sebelum dipindahtangankan di Turki.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya