Kisah Pria Disabilitas Dipaksa Merangkak ke Pesawat

Penumpang penerbangan mengaku merasa terhina karena diminta merangkak dari ruang tunggu bandara ke pesawat terbang. Ia tak berkaki lagi.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 31 Mar 2016, 20:27 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2016, 20:27 WIB
Tak Punya Kaki? Silahkan Merangkak ke Pesawat Terbang *OTW
Pria yang dua kakinya diamputasi ini merasa dipermalukan oleh penerbangan Ryanair ketika pulang liburan dari kota Malaga, Spanyol. (Sumber AFP via The Local dan Manchester Evening News)

Liputan6.com, Malaga - Seorang penumpang disabilitas ini mengalami diskriminasi saat hendak melakukan penerbangan dari Malaga, Spanyol. Ia tak bisa berjalan ke dalam kabin burung besi karena kedua kakinya sudah diamputasi, tapi diminta merangkak dari ruang tunggu bandara menuju ke pesawat terbang.

Matthew Parkes pun merasa tak terima dengan perlakukan dari pegawai maskapai penerbangan berbiaya rendah, Ryan Air. 

Pria berusia 38 tahun warga Manchester, Inggris itu kemudian menceritakan kisahnya kepada media. Ia mengatakan tangah bersama istri dan anak perempuannya yang berusia 4 tahun usai berlibur di Malaga.

Dikutip dari The Local, Kamis (31/3/2016), pria itu menceritakan kepada Manchester Evening News bahwa pegawai Ryanair memintanya untuk merangkak dua turunan, sebuah tangga, melintasi tarmak dan naik ke pesawat terbang.

"Ryanair membuat saya merasa terhina dan tidak berarti," kata pria yang dua kakinya harus diamputasi pada November lalu. Saat diamputasi, ia menderita sepsis yang sangat parah. Sepsis adalah infeksi bakteri yang menyebar di seluruh tubuh.

Lanjutnya, "Saya merasa seperti warga kelas dua dan dipermalukan, padahal amputasi ini barusan saja terjadi dan saya masih harus membiasakan diri menjadi pusat perhatian orang."

Penerbangan sebelumnya dengan Monarch mengizinkannya naik paling awal ke pesawat terbang. Sebaliknya, Ryanair -- sebuah penerbangan biaya rendah Irlandia -- memintanya menunggu hingga semua penumpang lain sudah naik pesawat.

Di dalam pesawat, ia ditandu sepanjang badan pesawat untuk menuju tempat duduknya. "Mereka menyeretku ke belakang sambil terantuk dengan orang lain di sekitar. Semua orang menontonku."

Parkes bersusah payah menaiki kursinya tanpa bantuan awak pesawat. Ketika bertanya tentang caranya ke toilet, ia diberitahu untuk "merangkak sepanjang lorong."

Pria yang dua kakinya diamputasi ini merasa dipermalukan oleh penerbangan Ryanair ketika pulang liburan dari kota Malaga, Spanyol. (Sumber Manchester Evening News)

Istrinya mengeluhkan hal ini, tapi sia-sia. Kata istrinya, Pamela, "Ryanair memperlakukan dia seperti binatang ketika dalam perjalanan pulang -- ia tidak dianggap sebagai manusia, dan saya dipaksa menyaksikan suami saya dipermalukan."

Lanjutnya, "Saya benar-benar muak. Mereka perlu mengubah kebijakan terhadap kaum cacat."

Pamela juga mengeluhkan penolakan permohonan makan lebih awal terkait dengan obat untuk suaminya. Permintaan ini diabaikan dan mereka menjadi yang terakhir disuguhi makanan.

Namun demikian, pihak Ryanair membantah hal ini melalui pernyataan, "Penumpang yang dimaksud meminta dan diberikan bantuan PRM (passenger with reduced mobility) di Bandara Malaga. Layanan ini diberikan kepada seluruh penumpang penerbangan oleh operator bandara AENA."

"Kami tidak menerima laporan apapun dari awak pesawat maupun penyedia PRM tentang adanya masalah ketika membantu penumpang ini menuju kursinya."

"Sepengetahuan kami, tidak ada kebenaran dalam pengakuan ini dan tidak ada keluhan disampaikan oleh penumpang ini ataupun dua orang yang bepergian bersamanya, baik kepada awak pesawat kami maupun kepada penyedia bantuan PRM."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya