10-5-1996: Kisah Nyata di Balik Film Populer 'The Everest'

8 orang pendaki Gunung Everest tewas dalam sehari, saat mencoba 'menaklukkan' puncak tersebut akibat badai dahsyat melanda pada 10 Mei 1996.

oleh Nurul Basmalah diperbarui 10 Mei 2016, 06:00 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2016, 06:00 WIB
Gunung Everest
foto: roughguides.com

Liputan6.com, Jakarta Delapan orang pendaki Gunung Everest tewas dalam sehari, saat mencoba 'menaklukkan' puncak tersebut akibat badai dahsyat melanda pada 10 Mei 1996.

Peristiwa tersebut merupakan kejadian terburuk dalam sejarah korban tewas di Everest.

Dikutip dari History.com, Senin (9/5/2016), seorang penulis, Jon Krakauer, yang berhasil mencapai puncak tersebut pada tahun 1996, menceritakan kembali peristiwa nahas tersebut dalam sebuah buku dengan tajuk Into Thin Air, yang kemudian diangkat menjadi sebuah film berjudul The Everest pada tahun 2015.

Pada tahun 1996, dibantu dengan alat canggih pada masa itu, melalui 17 ekspedisi, ribuan orang berhasil mendaki gunung Himalaya.

Termasuk salah satunya Sandy Pittman, satu-satunya pendaki berpengalaman.

Pittman, istri seorang pebisnis terkenal Bob Pittman, bergabung dalam kelompok pemandu Scott Fischer, sebagai koresponden jaringan untuk media interaktif NBC.

"Aku membawa semua peralatan komputerku dan juga semua persediaan yang dibutuhkan selama pendakian yang akan memakan waktu lama ini,'' kata Pittman dalam laporan pertamanya.

Semua peralatan dan persediaan Pittman dibawakan oleh Lopsang Jangbu Sherpa, seorang yang dipekerjakan oleh tim Fischer. Pittman berencana bertemu dengan seorang rekannya di posko pertama pendakian, salah satunya Martha Stewart.

Pada pagi 10 Mei 1996, Pittman melaporkan bahwa cuaca tidak begitu mendukung untuk melakukan pendakian. Namun beberapa tim tetap memaksa untuk naik berbekalkan oksigen seadanya.

Seorang pemandu Anatoli Boukreev membawa timnya lebih awal pada hari tersebut, diikuti oleh tim Rob Hall dan Scott Fischer yang berada tak jauh di belakangnya.

Belum sempat mencapai puncak tertinggi Everest, badai yang telah diprediksi akan terjadi pun menghantam kelompok ekspedisi itu dan membuat mereka harus berjuang antara hidup dan mati. Bahkan mantan 'penakluk' Everest  Hall dan Fischer pun tidak bisa berbuat banyak di tengah badai itu.

Setelah berjuang melawan badai tersebut, Boukreev berhasil turun dan mencapai kamp terdekat, mencari pertolongan untuk menjemput timnya yang tertinggal di dalam amukan badai.

Hall dan Fischer memilih untuk tinggal bersama timnya, namun nahas, oksigen yang mereka bawa pun mulai menipis. Tanpa oksigen, nyawa mereka bisa melayang kapan saja.

Walaupun teknologi canggih yang dimiliki Hall memungkinkannya untuk menghubungi istrinya yang berada di Selandia Baru, namun tidak cukup canggih untuk menyelamatkan nyawanya dan tujuh pendaki lainnya yang tewas di tengah amukan badai.

Pittman selamat walaupun menderita radang dingin atau yang lebih dikenal dengan sebutan frostbite.  

Tak hanya kejadian Everest yang terjadi pada tanggal 10 Mei. Pada tahun 1503, Christopher Columbus berhasil menemukan kepulauan Cayman yang terletak di sebelah barat lautan Karabia.

Pada tanggal 10 Mei 1990, pemerintah China melepaskan 211 tahanan terkait demo berdarah di Tiananmen Square. 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya