Tulang Aneh Kuak Kebiri dan 'Derita' Penyanyi Opera Abad ke-19

Peneliti mengekskavasi serta meneliti tubuh penyanyi sopran Pacchierotti dan menemukan hasil yang mengejutkan.

oleh Citra Dewi diperbarui 01 Jul 2016, 07:30 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2016, 07:30 WIB
Kerangka Pacchierotti diteliti oleh ilmuwan dari Padua University
Kerangka Pacchierotti diteliti oleh ilmuwan dari Padua University (Alberto Zanatta/Scientific Reports/Public Domain)

Liputan6.com, Padua - Hingga akhir tahun 1800-an, praktik menyeramkan dilakukan oleh penyanyi opera laki-laki untuk mempertahankan suara meso-sopran mereka.

Mereka dikebiri sebelum mengalami pubertas, sehingga tetap memiliki suara anak-anak hingga dewasa.

Mungkin tak mengherankan jika pengebirian pada usia dini berdampak pada pertumbuhan mereka. Namun menurut penelitian terbaru yang dilakukan pada kerangka penyanyi sopran Abad ke-19, Gaspare Pacchierotti, bernyanyi ternyata juga berdampak pada fisiknya.

Peneliti dari Univeristy of Padua, Italia, mengekskavasi tubuh Pacchierotti untuk lebih memahami fisik penyanyi yang juga dikenal dengan istilah 'castrato'. Demikian seperti dikutip dari Daily Mail, Jumat (30/6/2016).

Tubuh pria tersebut kemudian di bawa ke laboratorium di Museum of Pathological Anatomy, di mana dilakukan CT scan dan sinar-X pada tulang.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan dipublikasi di jurnal Scientific Reports, castrato -- penyanyi klasik pria -- memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

"Castrato biasanya memiliki badan lebih tinggi, dengan dada berbentuk tong besar, laring layaknya anak-anak, serta kaki yang panjang," ujar keterangan dalam jurnal tersebut.

"Tulang Pacchierotti mengonfirmasi karakteristik ini...dengan tinggi sekitar 191 sentimeter," imbuhnya.

Analisa itu menunjukkan adanya garis epifis di iliac crest Pacchierotti (Alberto Zanatta/Scientific Reports)

Analisa itu menunjukkan adanya garis epifis di iliac crest -- bagian tulang panggul yang menonjol -- pada tubuh Pacchierotti. Bagian tersebut biasanya tersambung pada usia 23 dan menghilang ketika telah berumur 35 tahun.

CT scan juga mengungkap adanya patahan pada tulang belakang dan penurunan kepadatan tulang. Para peneliti mengatakan, perubahan hormon akibat pengebirian menyebabkan penyanyi tersebut mengalami osteoporosis dan gangguan tulang belakang.

Namun anomali tulang pada Pacchierotti tak hanya disebabkan karena pengebirian.

Pacchierotti mengalami pengikisan tulang leher dan penurunan kepadatan tulang (Alberto Zanatta/Scientific Reports)

"Tulang leher Pacchierotti sangat terkikis dengan adanya tanda-tanda tulang yang bertumbukan di tubuhnya, akibat osteoporosis dan gerakan terus menerus kepala dan leher selama latihan menyanyi," jelas peneliti dalam jurnal.

"Penemuan ini sangat signifikan, karena merupakan kali pertama mereka dapat mengamati tubuh castrato," tambahnya.

Para peneliti juga menemukan perubahan dalam tubuh dan tulang-tulang Pacchierotti, termasuk perubahan sisipan tiga otot pernapasan yang bekerja untuk mengangkat tulang rusuk tertentu dan membantu pernapasan.

CT scan dan sinar-X dilakukan untuk menganalisa tulang Pacchierotti (Alberto Zanatta/Scientific Reports)

Analisa penelitian tersebut juga mengungkap terdapat tanda-tanda di tulang belikat yang mengindikasi Pacchierotti sering menggunakan pundaknya selama melakukan pertunjukan.

Selain itu, analisa dari tulang Pacchierotti mengonfrimasi bahwa penyanyi itu melatih postur tertentu untuk mengoptimalkan suaranya. Postur ini, dengan bagian belakang leher memanjang, meregangkan kotak suara, dan mengangkat rahang, menyebabkan tulang lehernya terkikis.

Penelitian tersebut membantu kita untuk memahami rahasia dibalik suara indah Pacchierotti.

Di samping pengebiriannya dan mengalami masalah tulang, para peneliti mengatakan, penyanyi yang meninggal pada usia 81 tahun tersebut memiliki banyak hubungan asmara selama hidupnya.

 

**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya