Kurangi Polusi, Ilmuwan Ubah Karbon Dioksida Jadi Bahan Bakar

Imuwan dari University of Illinois at Chicago telah membuat sel surya yang dapat mengubah karbon dioksida atau CO2 menjadi bahan bakar.

oleh Citra Dewi diperbarui 03 Agu 2016, 06:30 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2016, 06:30 WIB
Alat yang dapat mengubah CO2 menjadi bahan bakar
Alat yang dapat mengubah CO2 menjadi bahan bakar (University of Illinois at Chicago)

Liputan6.com, Chicago - Perbincangan tentang keadaan iklim Bumi seringkali membuat kita khawatir, mengingat perubahan ke arah negatif yang disebabkan oleh manusia itu sendiri tampak tak terkendali.

Berbagai macam upaya pun dilakukan untuk menekan laju kerusakan di Bumi, mulai dari membuat peraturan, mengubah pola hidup, hingga menciptakan teknologi.

Baru-baru ini, ilmuwan dari University of Illinois at Chicago (UIC) telah membuat sel surya yang dapat mengubah karbon dioksida atau CO2 menjadi bahan bakar.

"Sel surya baru ini bukan fotovolatik, namun fotosintetik," ujar asisten profesor teknik mesin dan industri di UIC, Amin Salehi-Khojin, seperti dikutip dari International Business Times, Selasa (2/8/2016).

"Alih-alih menghasilkan energi dalam rute satu arah yang tak berkelanjutan dari bahan bakar fosil ke gas rumah kaca, kita sekarang dapat membalikkan proses dan mendaur ulang karbon di atmosfer menjadi bahan bakar dengan menggunakan sinar Matahari," jelasnya.

Ilustrasi polusi udara (Reuters)

Solar sel yang baru diklaim dapat menghapus karbon dioksida dari atmosfer, layaknya pohon. Menurut website UIC, perkebunan yang menggunakan sel yang seperti daun buatan itu dapat menghasilkan bahan bakar padat energi nan efisien.

Bahan bakar yang dihasilkan oleh sel tersebut berupa gas sintesis, yakni campuran dari hidrogen dan karbon monoksida yang dapat langsung dibakar atau dikonversi menjadi diesel atau bahan bakar hidrokarbon lainnya.

Metode untuk mengubah CO2 menjadi bentuk yang dapat dibakar telah ada sebelumnya, namun dinilai tak efisien dan membutuhkan logam mulia seperti perak agar dapat berfungsi.

Alat yang dibuat oleh peneliti UIC menggunakan serpihan berukuran nano dari Tungsten Diselenide, yakni sebuah materi yang 20 kali lebih murah dari logam mulia dan 1.000 kali lebih cepat sebagai katalis dalam reaksi kimia.

CO2 merupakan gas rumah kaca yang merusak karena berada di atmosfer dalam waktu lama dibandung dengan gas-gas lain. Hal tersebut membuatnya menjadi penyebab signifikan atas terperangkapnya panas di Bumi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya